18

1.4K 102 11
                                        

- - -

Wanita itu sekarang sedang duduk disamping ibuku. Mereka terlihat begitu akrab seperti kerabat lama yang tak pernah bertemu. Sesekali ia juga melemparkan senyum hangat kepada kami semua dan yang paling menyukainya adalah Kenzo tak diragukan lagi. Tentunya aku juga.

Sedari tadi ayah dan adik Aldrich asik mengobrol dengan kedua tamunya tersebut. Tapi Aldrich tak menghiraukan semua itu ia hanya berfokus pada satu titik. Wanita dengan senyum seindah senja, ia Annabeth. Dokter yang ditemuinya dulu sekaligus mate yang ditakdirkan padanya. Lamunan itu seketika buyar ketika adiknya, Leon bertanya padanya akan suatu hal.

"Brother, bukankah kau dulu pernah bilang padaku jika dr. Annabeth yang mengobatimu bukan?"

"Ah, iya."

"Jadi kau dulu pernah jadi pasien adik ku?" Tanya Ben.

"Ya, begitulah."

"Oh, bagus kalian sudah kenal sebelumnya berarti. Jadi kau yang telah menyelamatkan anak nakal satu ini?" Sambung ayah Aldrich yang hanya dibalas senyuman oleh Annabeth.

Mereka masih saja berbincang mengenai beberapa hal yang menurutku tak penting. Sungguh hal ini benar-benar membuang waktuku. Walaupun begitu aku tetap menyukai pertemuan ini karena disana terdapat gadisku. Hingga tiba-tiba Kenzo memindlink ku.

"Hei alpha bodoh, kau tak ingi berkenalan dengannya apa? Kau ini menyianyiakan kesempatan kau tahu. Biarkan aku mengambil alih tubuhmu!"

"Diamlah, Kenzo. Jangan berani-berani kau mengambil alih tubuhku kau mengerti!"

"Kau terlalu lama Alpha Aldrich yang terhormat. Kau ingin aku jomblo seumur hidupku hah?!"

"Tenanglah, nanti juga kau akan bisa dekat dengannya."

Aku segera memutus percakapan tersebut. Dasar serigala tidak memiliki rasa sabar. Tapi benar juga perkataan Kenzo. Sudahlah semakin pusing memikirkan semua ini.

Kami masih saja berbincang-bincang hingga sekarang sudah waktunya jam makan siang. Keluargaku dan keluarga Annabeth memutuskan untuk makan siang bersama.

- - -

Entah kenapa pertemuan ini benar-benar menyebalkan, aku tidak menyesal bertemu dengan Bibi Lily ataupun yang lainnya tapi aku tak tahan dengan tatap makhluk satu tersebut dia Aldrich Richardo Lightwood seseorang yang digadang-gadang bakal meneruskan perusahaan Lightwood. Kalian tak tahu bukan bahwa sedari tadi ia melihatku dari atas sampai bawah. Jika saja mencongkel matanya tak salah akan ku congkel sekarang juga.

Aku melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tanganku. Kenapa kakak ku betah sekali menghadiri pertemuan ini. Jika nanti ia memintaku lagi untuk menemaninya aku tak akan mau untuk menemaninya. Awas saja nanti jika sudah sampai rumah.

Tanpa ku sadari jam makan siang telah tiba. Kami semua memutuskan untuk makan siang bersama. Bibi Lily mengusulkan untuk makan siang dirumah mereka saja. Kami semua pun menyetujuinya walaupun awalnya aku ingin menolak tapi melihat tatapan horor kakak ku aku akhirnya berkata "ya".

Kami telah tiba di rumah keluarga bermarga Lightwood itu. Seperti kedatangan yang dulu kami disambut oleh para maid yang telah berjejer rapi. Sebegitunya kah kehidupan orang yang terlampau kaya. Aku segera mengusir pemikiranku dan mulai memasuki penthouse itu.

Kami semua menuju ruang makan. Di sana sudah banyak menu makanan yang tersusun dengan rapi di atas meja. Aku segera mengambil duduk tentunya disebelah kakak ku dan berhadapan dengan dengan Aldrich. Jika saja aku tau hal ini terjadi akan ku putar waktu dan memilih untuk makan dirumah saja. Kami semua segera menikmati hidangan tersebut. Hingga satu suara mengintrupsiku.

My Mate is a DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang