2

3.2K 215 4
                                    

Hai gaes happy reading ya!!
-
-
-
-
-
Gadis dengan surai coklat itu berlari sambil menutup pintu mobilnya yang masih terbuka. Ia segera masuk ke gedung bertingkat itu. Sambil melirik jam yang berada pada pergelangan tangannya.

"Selamat pagi, Dok." Ujar para perawat yang berada di meja administrasi.

"Selamat pagi." Gadis tersebut menjawab pertanyaan itu sambil berlari menuju ke ruangannya.

Ia memasuki ruangan yang bertuliskan dr. Annabeth Eloise Horisson, Sp.B (Spesialis Bedah Umum). Ia segera menggantungkan mantel nya dan menggantikannya dengan jas khusus para dokter.

Annabeth segera duduk di kursinya dan mengecek hal-hal yang belum ia cek sebelumnya ataupun membalas beberbagai email yang masuk ke alamat emailnya.

Pada saat ia mengecek beberapa hal dan membaca diagnosis-diagnosis para pasiennya ia mendengar suara ketukan dari luar. Sambil memanggil namanya.

"Masuk!" Ujarku kemudian. Sambil masih melakukan hal yang sedang ku lakukan.

"Permisi dokter ini hasil tes dari pasien kemarin seperti yang dokter minta." Perawat tersebut menyodorkan hasil tes tersebut.

"Terimakasih. Tolong letakkan di situ." Ujarku sambil menunjuk meja ku yang sekarang ku tempati.

"Saya permisi, Dok. Selamat pagi."

"Iya." Aku segera melanjutkan hal-hal yang ku lakukan tadi. Tak lupa ku baca hasil tes dari pasien ku tersebut.

Tak ku sadari ternyata sudah ada kepala yang menyembul di pintu ternyata ia Kak Diana. Ia sama seperti diriku yaitu spesialis bedah. Aku segera tersenyum ke arahnya.

"Masuklah." Ujarku pada Kak Diana menyurunya untuk masuk ke dalam. Ternyata tak hanya Kak Diana disana terdapat juga Kak Jessica, Angela, Kak Matthew, dan juga Kak Gerlad. Mereka semua dokter di rumah sakit ini.

Kemudian mereka masuk dan duduk di sofa panjangku. Seperti rumah mereka sendiri. Padahal ini kantorku astaga mereka ini. Aku segera melanjutkan pekerjaanku yang tertunda sambil mendengarkan mereka yang sedang berbincang-bincang.

"Anna, apakah kau tahu..."

"Tidak." Ujar Kak Matthew terpotong akibat perkataanku.

"Kau ini diam dan dengarkan dulu. Jangan asal nyosor saja." Dengan nada yang kesal Kak Matthew mengatakan hal itu.

"Iya, maaf."

"Katanya bakal ada anak baru loh. Ia juga seorang spesialis bedah." Kak Matthew mengatakannya dengan nada yang agak sebal.

"Terus..kenapa?" Ujarku membalasnya sambil terus mengamati laporan-laporan yang ada di mejaku.

"Kok aku ga tau sih, aku kan spesialis bedah juga." Tanya Kak Diana.

"Bohong nih pasti." Angela pun meresponnya.

"Serius, kalau tak percaya tanyakan pada Gerlad. Ya kan Ger?" Ucap Kak Matthew setelah mendapatkan serangan banyak orang.

"Ya." Jawab Kak Gerlad. Semua orang lantas melihat ke arahnya dengan padangan tak percaya. "Tapi bohong." Lanjut Kak Gerlad.

Mereka semua kemudian memukuli Gerald tanpa ampun kecuali Matthew dan Anna yang tak memukul Gerald. Tiba-tiba handphone milik Anna bergetar. Ia segera melihat siapa yang tengah menghubungi saat ini.

Ternyata yang menghubungi ia adalah mama nya. Ia segera menekan tombol hijau untuk membalas panggilan tersebut agar terhubung dengan orang di sebrang sana.

"Hallo, Ma." Ia kemudian keluar dari rungannya mencari tempat yang agak hening agar mendengar perkataan orang yang dicintainya tersebut.

"Hallo, Anna. Anna apakah kamu baik-baik saja disana?"

"Ya, Ma. Anna baik-baik saja, Anna sehat, dan Anna tak terluka." Jawab Anna akan pertanyaan itu.

"Syukurlah. Anna, kami disini merindukan mu. Kapan Anna berkujung ke sini?"

"Tidak tahu, Ma. Secepatnya pasti Anna akan pulang ke London untuk bertemu kalian semua." Ujarku sambil memijit pelipisku.

"Cepatlah berkunjung Anna. Kami semua merindukanmu." Ujar orang tersebut di sebrang sana.

"Tentu, Anna pasti akan..." Belum selesai aku menyampaikan pesanku pada mamaku tiba-tiba terdengar suara.

blue code.....blue code....

"Mama, Anna tutup ya telponnya nanti Anna telpon balik. Bye, Ma. Love you." Aku segera berlari ke arah sumber suara. Tanpa ku hiraukan padangan orang-orang yang menatapku bingung.

Pada saat sudah sampai di sana ternyata sudah terdapat Kak Diana seperti tengah menunggu seseorang. Aku segera menghampirinya.

"Kak?"

"Oh, Anna. Syukurlah kamu di sini aku mencarimu kemana-mana sedari tadi!" Raut wajah Kak Diana berubah jadi lebih sedikit ceria.

"Ada apa?" Tanyaku padanya. Belum sempat Kak Diana membalas pertanyaanku. Seorang anggota medis datang dengan mendorong bankar rumah sakit.

"Mundur semua!! Mundur!! Beri jalan! Beri jalan!!" Teriak anggota medis tersebut. Aku segera berlari ke arahnya di susul oleh Kak Diana.

"Apa yang terjadi?" Tanyaku

"Oh..Dokter Anna! Pasien mengalami kecelakan dan sepertinya ia menderita patah tulang di bagian leher dan kakinya. Serta jantung yang melemah" Tenaga medis tersebut menjelaskan kondisi korban tersebut dengan detail.

"UGD sekarang!" Ujarku sambil mendorong bankar tersebut bersama dengan tenaga medis lainnya. Mereka semua menyikir dari hadapan kami untuk memberikan jalan.

Setelah sampai di UGD aku segera mengecek keadaan korban dan apa yang telah terjadi. Setelah menunggu lama akhirnya hasil tes tersebut keluar. Korban tersebut memang benar mengalami patah tulang di kaki dan leher serta cidera pada bagian kepala.

Aku segera melakukan tindakan terhadap pasien tersebut. Aku dan para perawat membawa pasien tersebut ke ruang operasi. Setelah beberapa jam terlewati akhirnya operasi telah selesai.

"Tolong bangunkan pasien dan pindahkan ia ke kamarnya. Terimakasih kerja samanya." Aku segera melenggang keluar setelah melepaskan atribut yang harus di kenakan saat mengoperasi pasien.

Aku berjalan menuju ruanganku. Ku lihat banyak orang yang lalu lalang melakukan tugasnya masing-masing. Setelah sampai di ruanganku aku segera membaca laporan-laporan pasien yang belum sempat ku baca.

Itulah pekerjaanku sehari-hari dan itulah diriku. Aku seorang dokter rumah sakit ternama di Amerika. Lebih tepatnya aku menjabat sebagai dokter spesialis bedah. Saat aku tengah membaca laporan itu tiba-tiba terdengar ketukan di pintu ku.

"Masuk."

"Dokter pasien dari kamar 176 drop dan denyut jantungnya melemah." Ujar perawat tersebut.

Aku segera meletakkan laporan yang ku baca. Serelah itu aku segera bangkit dari duduk ku dan merapikan jas ku yang agak sedikit lecek. Aku segera berjalan mendahuluinya dan berkata kepadanya.

"Kita kesana sekarang!" Ujarku

"Baik dokter." Perwat tersebut segera menyusulku dan berada di sampingku menjelaskan detail kejadian tersebut. Sambil berlari menyusuri lorong-lorong menuju kamar tersebut.












Jangan lupa tinggalkan jejak...
Terimakasih

My Mate is a DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang