3

3.1K 209 2
                                    

-
-
Impian, harapan, dan perasaan. Akankah memiliki arti yang sama?

-My Mate is a Doctor-
-
-

Setelah berbincang-bincang Aldrich memutuskan untuk kembali ke meja kebanggaannya. Ia segera membuka lembar demi lembar berkas yang telah terdapat di sana. Tangannya bergerak lincah mengisi tempat-tempat yang ada di kertas tersebut.

Ia kemudian bertanya kepada kedua sahabatnya sedari kecil itu. Apakah mereka akan tetap di sini selamanya. Memang agak terkesan sarkas tapi Aldrich pikir mereka juga pasti sibuk seperti dirinya.

"Sampai kapan kau akan disini?" Ujarnya sambil memerhatikan lembar-lembar demi lembar tersebut dengan teliti.

"Maksudmu?" Jawab Lucas pura-pura bodoh. Yang kemudian Aldrich balas dengan decakan khas nya.

"Calm down buddy. Kita tak akan mengganggumu. Tenanglah dan kerjakan berkasmu dengan benar." Sahut Axello

Setelah mendengar pernyataan dari salah satu sahabatnya itu ia segera melirik Axello dan Lucas dengan bergantian. Ia memastikan bahwa pernyataan tersebut tak hanya sekedar bualan semata. Dan ternyata memang benar ia tak mengganggu Aldrich sama sekali.

- - -

Annabeth sama sibuknya seperti Aldrich. Gadis kelahiran London tersebut masih saja bergelut dengan alat-alat medisnya dan para pasiennya. Tak lupa raut muka yang cukup lelah terlihat ketara di wajah cantiknya. Tapi hal tersebut tak membuat senyum manis yang bertengger di wajahnya menghilang.

Ia tetap tersenyum kepada pasien-pasiennya yang berada di rumah sakit tersebut. Bisa dibilang hampir semua orang mengenal Annabeth. Siapa orang yang tak kenal ia? Tentu saja pasti semua orang mengenalnya. Cantik, tinggi, putih, pintar, tegas, dan juga memiliki segalanya.

Ia cukup di gandrungi oleh para dokter muda dan sedang mencari pasangan. Tapi semua itu hanya khayalan mereka saja. Berani sekali mereka mendekati Annabeth yang dingin atau bahkan tak tersentuh terhadap orang di sekitarnya. Tentu saja mereka akan mundur perlahan setelah mengetahui itu semua. Jangan lupakan latar belakang keluarganya yang membuat orang-orang ngeri untuk mendekatinya.

Annabeth sekarang tengah berada di dalam ruang pasien yang ia tangani. Ia segera memeriksa pasien tersebut dengan teliti. Kemudian ia menatap pasien tersebut.

"Aku rasa kau sudah cukup baik dari hari kemarin. Aku akan terus memantau keadaanmu agar kau segera pulih dan dapat beraktivitas kembali." Ujarnya memandangi pasien tersebut sambil tersenyum tulus.

"Terimakasih dr. Horisson." Ucap pasien tersebut dengan raut muka yang berseri-seri dan dengan nada bicara yang sedikit lemah.

Annabeth pun segera keluar dari ruang pasien tersebut sambil di ikuti oleh perawat yang membantunya. Sekarang ia menuju ke ruang pasien yang ia tangani juga. Lebih tepatnya ke pasien berikutnya.

"Permisi, Mrs. Weasly. Aku kan mengecek keadaanmu hari ini." Aku segera melangkah ke arah bangkar tempat pasien itu berbaring.

"Tentu saja dr. Horisson, masuklah! Aku telah menunggumu sedari tadi, aku kira kau tak akan datang." Mrs. Weasly berkata sambil melihat ke arah wajahku.

"Tentu saja aku akan datang Mrs. Weasly. Baiklah aku sudah mengecek semuanya. Kau pulih dengan cepat Mr.Weasly, mungkin 1 minggu lagi kau bisa pulang." Aku melihat netra Mr. Weasly terpancar kebahagiaan di dalamnya.

My Mate is a DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang