Selama Soonyoung menjalani penanganan, Jihoon benar-benar dihantui oleh rasa gelisah. Ia bahkan, berkali-kali menghela nafasnya ketika ada pemikiran aneh yang tiba-tiba terlintas tanpa sebab di dalam kepalanya. Melihat itu, Seungkwan mengambilkan air putih dan menyerahkannya kepada si Tuan mudanya. Jihoon melirik segelas air putih yang disodorkan Seungkwan, lalu menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak mau, kau saja" Katanya.
Namun, Seungkwan tak menghiraukannya. Diraihnya tangan Jihoon, dan memaksa pria itu untuk memegang gelas berisi air putih tersebut. "Minumlah, setidaknya itu bisa menenangkan diri anda, Tuan" Ujar Seungkwan.
Jihoon menatap gelas itu sejenak, sebelum akhirnya meneguk isinya hingga menyisakan setengah dari gelas tersebut. Kemudian, Seungkwan mendudukkan dirinya di sebelah Jihoon.
"Baru kali ini, saya melihat anda mencintai seseorang sedalam itu, Tuan" Celetuk Seungkwan.
Jihoon menoleh ke arah Seungkwan, "Hm?"
"Saya melihatnya. Saya melihat seberapa khawatir anda dan seberapa takut anda melihat kondisi Kwon Soonyoung tadi. Saya tidak pernah melihat anda seperti ini sebelumnya, bahkan ini pertama kalinya untuk saya, melihat anda menangis untuk seorang pria sepertinya," Seungkwan menjeda perkataannya sejenak, lalu tersenyum menatap Jihoon.
"Anda pasti sangat mencintainya, kan?" Lanjutnya.
Jihoon tersenyum tipis, lalu menundukkan kepalanya. Ia menatap gelas yang ia pegang, lalu menghela nafasnya. "Sangat, tapi aku tidak bisa mengatakannya" Ujar Jihoon lirih.
"Kenapa?"
"Entahlah, hanya tidak bisa." Lalu, Jihoon menatap pintu ruangan dimana Soonyoung masih di tangani sekarang, "Aku bahkan tak seharusnya kembali di hadapannya, Seungkwan-ah"
"Lihat, dia terluka karena ku. Jika semakin lama, aku berada di dekatnya ia akan semakin menderita dan sudah seharusnya aku pergi saja" Seungkwan hanya diam, menatap wajah tuan mudanya dengan senyuman tipis.
Belakangan ini, Jihoon memang banyak berubah. Dari sifat, dan caranya bersikap serta berpikir yang tak lagi seenaknya seperti dulu. Kemudian, Jihoon yang mengunjungi makam kedua orangtuanya karena keinginannya sendiri. Lalu, caranya mengkhawatirkan dan ketakutannya tentang kondisi Soonyoung yang barusan. Serta ketulusan yang tunjukkan Jihoon dari mata, dan tutur katanya secara tidak langsung untuk Soonyoung. Seungkwan memahami itu semua, sebagai orang yang telah bersama Jihoon dan mengetahui bagaimana sifat dan karakter Tuan Mudanya tersebut.
Bahkan, Jihoon masih setia menunggu Soonyoung berjam-jam hanya untuk memastikan pria itu baik-baik saja. Hingga orangtua Soonyoung tiba di rumah sakit, setelah Jihoon memberitahu tentang apa yang terjadi dengan Soonyoung.
Ia meminta Seungkwan untuk menenangkan dan menjelaskan kronologi yang terjadi pada Soonyoung, karena ia rasa dirinya tak mampu menjelaskannya dan takut malah salah bicara nantinya.
Kedua orangtua Soonyoung nampak sangat terkejut, ketika yang melakukan itu adalah Rena-mantan calon menantu mereka. Setelah Seungkwan menjelaskan semuanya, ibu Soonyoung menghampiri dan duduk disebelah Jihoon. Wanita paruh baya itu, menggenggam tangannya "terima kasih telah menolong Soonyoung, Jihoon-sshi" Ujarnya.
"Ne..."
"Bisa-bisanya wanita itu melakukan hal tersebut, untungnya Soonyoung membatalkan pernikahannya. Cih, benar-benar keterlaluan-"
"Ahjusshi, tenanglah. Dia sudah di proses sekarang, yang terpenting adalah kondisi Soonyoung baik-baik saja" Ujar Seungkwan menenangkan ayah Soonyoung yang tersulut emosi setelah mendengar penjelasan kronologi dari Seungkwan.
Tak lama kemudian, keluarlah seorang dokter dan beberapa perawat dari ruangan tersebut. Mereka semua berdiri, kemudian orangtua Soonyoung segera menghampiri dokter tersebut, guna menanyakan keadaan anak mereka.
"Bagaimana keadaan anak saya dokter?" Tanya ibu Soonyoung.
Dokter tersebut tersenyum, "Dia baik-baik saja, lukanya cukup dalam, tetapi kami sudah menanganinya dengan baik dengan memberinya beberapa jahitan. Namun, ia harus menjalani perawatan sampai lukanya benar-benar sembuh disini..." Mendengar itu, kedua orangtua Soonyoung, Jihoon dan juga Seungkwan akhirnya bisa bernafas lega.
"Pasien akan segera kami pindahkan ke ruang perawatan, jadi saya permisi dulu ya" Ujar dokter itu, lalu pamit pergi meninggalkan mereka.
•••
Soonyoung baru saja dipindahkan di ruang perawatan, dan Jihoon memilih untuk tidak masuk kedalam. Ia memilih untuk melihat pria itu dari pintu ruangan yang transparan di depannya, tanpa sadar ia tersenyum tipis. Ia bersyukur pria itu baik-baik saja sekarang, walau harus terluka seperti ini untuk menyelamatkannya.
"Jihoon-sshi, kau tidak ingin masuk?" Tanya ayah Soonyoung yang baru saja kembali untuk menebus obat.
"Ah, ani. Aku harus segera pulang untuk beristirahat, titip salam saja jika Soonyoung siuman nanti. Kalau begitu, aku pamit ahjusshi...maaf, tidak bisa lama-lama disini" Ujar Jihoon.
Ayah Soonyoung menepuk bahunya pelan, "tak apa. Terima kasih karena telah membantu dan menemani Soonyoung tadi, kalau begitu hati-hati ya" Jihoon mengangguk, lalu berpamitan untuk pergi pada ayah Soonyoung, di susul oleh Seungkwan setelahnya.
Sepeninggal Jihoon, ayah Soonyoung masuk kedalam ruangan dimana putranya dirawat. Dan menemukan, bahwa putranya baru saja siuman pasca operasi yang dilakukannya.
"Soonyoung-ah, kau sudah siuman?"
"Ayah...apa Jihoon ada diluar?" Tanya Soonyoung dengan suara paraunya.
"Jihoon, dia baru saja pamit untuk pulang" Ujar Ayahnya, mendengar itu Soonyoung hanya bisa menghela nafasnya pasrah.
"Huh, ibu lega kau baik-baik saja berkat Jihoon yang membantumu tadi. Ibu berterima kasih padanya, karena mau menemani mu sampai kami tiba di sini"
"Selama itu?" Ibunya mengangguk, seraya mengelus kepala anaknya.
"Tapi Soonyoung, ibu penasaran apa alasan mu tiba-tiba membatalkan pernikahan mu? Apa kau mengetahui sifat Rena aslinya buruk?" Tanya ibunya.
Soonyoung memejamkan matanya sejenak, lalu menghela nafasnya, "Aniya..."
"Lalu?"
"Karena aku tidak mencintainya. Aku mencintai orang lain, ibu..."
"Siapa itu, sampai-sampai kau nekat membatalkan pernikahan mu seperti ini?" Sahut ayahnya.
"Jihoon, aku mencintainya. Dan waktu dimana ibu dan ayah bilang bahwa aku ingin dijodohkan oleh wanita itu, sebenarnya alasanku menolak juga karena Jihoon. Karena aku mencintainya..."
Kedua orangtuanya terdiam sejenak, sebelum akhirnya sang ibu memukul telapak tangannya, "Pabo! Kenapa tidak mengatakannya dari awal?!"
"Itulah kebodohan putra ibu" Ujar Soonyoung, lalu tertawa miris.
"Dia terluka, karena ku..."
#Two_Sides—
Hai, sorry telat updatenya. Aku lupa, keasikan benerin theme ig di sec acc aku. Pendek banget ya? sengaja sih, biar agak penasaran dikit. Sorry kalo ada typo ya😊
Btw, yg mau mutualan di ig sebelah aku boleh sini, akun gabut aja sih (@/wccziby)
Stay safe, luv u all <3~!!♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides || Soonhoon
Fanfic[Version :1/2] - "He just wants to feel what the happiness is in his life" - ⚠️ B×B Rated [🔞] TW// many harsh words, murder, traumatic, etc. Homophobic ❌ Tidak untuk ditiru, jadilah pembaca yang cermat. • Not for minor!! • - Happy Reading - © L I A...