Bahkan sejak seminggu dari kejadian itu, apa yang terjadi malam itu, benar-benar tidak bisa hilang dari kepala Soonyoung.
Apa ia sudah gila?
Berhubungan dengan pria yang tak lain adalah atasannya?
Ini sudah diluar batas, bukan?
Sejak seminggu berlalu, Ia sama sekali tak melihat kehadiran Jihoon di kantor. Ia seakan hilang ditelan bumi, hanya ada sekretaris pribadinya yang selalu datang ke kantor untuk mengurus pekerjaan.
Haruskah ia bertanya? Ah tidak. Itu akan terlihat konyol, dia bukan siapa-siapa Jihoon, lalu untuk apa menanyakan tentang keberadaan Jihoon?
Tapi, mau bagaimana pun ia juga sangat penasaran. Soonyoung pun memilih bangkit dari kursinya, segera berjalan menuju pintu. Namun, pintu itu terbuka lebih dulu, dan menampilkan seseorang yang selama ini dicari Soonyoung.
"Jihoon?" Pria berwajah manis itu hanya menatap Soonyoung, sembari menutup pintu di belakangnya.
Bukannya menjawab, Jihoon malah melewati Soonyoung dan duduk di sofa ruang kerja Soonyoung, sambil menyilangkan kakinya.
"Wae? Kau mencariku?" Tanya Jihoon dengan santai, sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di meja kaca, di sebelah sofa yang kini ia duduki.
Terlalu tepat sasaran pertanyaan Jihoon barusan, harus menjawab bagaimana Soonyoung sekarang?
"T-tidak juga, tapi kau kemana saja?" Jihoon tersenyum tipis, lalu menatap Soonyoung yang masih setia berdiri di dekat pintu.
"Duduklah disini..." Ujar Jihoon sambil menepuk sisi kosong dari sofa yang ia duduki, "...aku tidak mau, wajah tampan calon kekasih ku, terbentur pintu nanti. Bisa saja, ada orang tiba-tiba membukanya, bukan?"
Soonyoung memutar bola matanya malas. Ia pikir, atasannya ini benar-benar gila. Setelah menciumnya, menjebaknya malam itu, lalu sekarang? Ia bilang apa, calon kekasih?
"Yah, duduklah...kau tidak mendengar ku?" Dengan malas, Soonyoung berjalan dan duduk di sofa itu. Tidak ingin terlalu dekat dengan Jihoon, makanya ia memberi jarak.
"Lebih dekat..."Soonyoung enggan bergeser.
"Kwon Soonyoung..." Pria pemilik nama menghela nafasnya, lalu menggeser tubuhnya agar lebih dekat seperti yang Jihoon mau.
Jari-jemarinya berhenti mengetuk, menoleh sekilas ke arah Soonyoung yang terdiam dengan wajah malasnya.
"Padahal, kau bisa menghubungi ku dan bertanya dimana keberadaan ku dengan handphonemu..." Ujar Jihoon santai, dan itu membuat Soonyoung mengerjapkan matanya beberapa kali.
Oh iya, benar juga. Soonyoung benar-benar bodoh.
"A-aku hanya ingin bertanya langsung padamu..." Jawab Soonyoung gugup.
Jihoon tersenyum puas, "Pria gentle. Aku semakin menyukaimu..."
Jihoon beranjak dari duduknya, membuat Soonyoung menatapnya bingung. Tentu, ia belum mendapatkan jawaban yang jelas dari pertanyaannya tadi. Jihoon hendak berjalan pergi, dan dengan cepat Soonyoung menahan pergelangan tangan Jihoon, tetapi badan Jihoon justru terhuyung dan jatuh di pangkuan Soonyoung.
Keduanya saling menatap, sama-sama terkejut dengan tangan Jihoon yang reflek menyentuh pundak pria itu, serta Soonyoung yang reflek memeluknya. Benar-benar ketidakseimbangan yang sungguh romantis.
Jihoon yang sadar kondisi itu lebih dulu, malah mengalungkan tangannya ke leher Soonyoung. Ia menyandarkan kepalanya di dada Soonyoung, seakan ini tempat yang nyaman baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides || Soonhoon
Fanfiction[Version :1/2] - "He just wants to feel what the happiness is in his life" - ⚠️ B×B Rated [🔞] TW// many harsh words, murder, traumatic, etc. Homophobic ❌ Tidak untuk ditiru, jadilah pembaca yang cermat. • Not for minor!! • - Happy Reading - © L I A...