PART 17

111 8 0
                                    

Assalamualaikum

Jangan lupa untuk membaca Al-Qur'an

Yakinkan hatimu, jika kamu memiliki niat baik, jangan ditunda-tunda untuk mensegerakannya

~Birlikte Indah~

.
.
Maaf typo
🍃
Jangan sinder
.
⚠️ Beri tanda jika typo ⚠️

🌸🌸🌸

Tatapan Abidzar sedari tadi tak bisa lepas dari dua orang perempuan yang ada di depannya. Ia merasakan seperti keluarganya utuh kembali, melihat bagaimana Indah yang telaten menyuapi putrinya yaitu Zaura. Dirinya merasa bahagia saat melihat tawa Zaura, terlihat dari bagaimana indah yang mengajaknya bergurau di sela makannya. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman, sesekali dirinya juga ikut bersenda gurau diantara mereka.

“abi” Abidzar menatap putrinya. “umul zaula kan 4 tahun ya.”

“iya, umur zaura 4 tahun.”

“belati sebental lagi zaula mau sekolah dong.”

Abidzar menatap putrinya. “putri abi emang mau sekolah?”

Zaura mengangguk semangat. “iya, Zaula mau sekolah, bial banyak temennya, bial nanti bisa kayak umi.” Kata Zaura menatap Indah, yang sedari tadi menyimak perkacakapn antara anak dan ayah.

Indah tersenyum menatap zaura. “emang Zaura cita-citanya jadi guru?”

“iya, zaula mau jadi gulu kayak umi, bial nanti zaula bisa nanti bisa belbagi ilmu ke banyak olang.” Zaura berbicara sambil memperagakan tangannya.

Abidzar menatap putrinya, dia merasa bersyukur, diumurnya yang baru 4 tahun, namun zaura termasuk anak yang aktif, dan rasa ingin tahunya yang sangat tinggi.

“sayang lihatlah putri kita sudah besar.” Batin abidzar.

Disaat seperti ini dia merindukan Hanna mantan istrinya yang telah meninggal setelah melahrikan putri mereka.

“abi.” Panggil Zaura lagi.

“iya sayang.”

“ayo pulang bi.” Abidzar menatap putrinya heran, tidak biasanya putrinya itu mengajak pulang saat bersama Indah, biasanya akan ada drama terlebih dahulu saat ingin pulang.

Tak ingin Zaura berubah pikiran akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Setelah membayara, mereka keluar dari restoran menuju ke sekolahan dengan berjalan kaki, mengingat jarak antara sekolahan dan restoran tidak jauh.

“woy mas.” kejut seseorang saat ia sudah sampai di restoran yang dekat dengan sekolahannya.

Hikam tersadar, dia menatap kearah Azam. “lihatin apa sih?”

Hikam menggeleng. “yuk pulang, mamah sudah nunggu.” Hikam beranjak dari sana dan meninggalkan Azam menuju mobil nya. Azam mendengusk kesal melihat kelakuan kakaknya.

Ia segera menyusul kakanya menuju mobil. Dalam perjalanan menuju rumah tidak ada yang berbicara, mereka asik dalam duniannya sendiri, Azam yang asik dengan lagu yang ia putar di handphone-nya, sedangkan Hikam tengah asik memikirkan kejadian tadi saat di restoran.

Setelah selesai dengan pekerjaannya, hikam memutuskan untuk kerumah orang tuanya, namun sebelum itu adiknya mengirim pesan untuk menjemputnya, sehingga Hikam menuju ke sekolahan Azam, karena Hikam tak ingin bosan menunggu adiknya keluar dari sekolah, hikam memutuskan untuk menuju restoran. Sampai disana dia duduk didekat kaca cendela yang mengarah pada jalanan.

Birlikte Indah [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang