PART 21

126 8 0
                                    

Assalamualaikum
Jangan lupa untuk membaca Al-Qur'an

“akhirnya hati itu sudah berlabuh, pencariaanya telah berakhir dan akan tergantikan sebuah kehabagiaan yang sesungguhnya.”

~Birlikte Indah~

Maaf typo
🍃
Jangan Sinder
.
.
.

Kaki Indah melangkah dengan terburu-buru menuju ruang rawat inap ayahnya, tepat dibelakangnya ada Abidzar. Memang Abidzar siang ini berencana untuk mengunjungi ayah Indah, saat berada di lobi tak sengaja dirinya bertemu dengan Indah yang berjalan terburu-buru.
Tadi Indah mendapat telfon dari pihak rumah sakit jika ayahnya mengalami drop kembali setelah insiden kejadian dua hari yang lalu. Indah memang menyuruh perawat rumah sakit untuk menjaga ayahnya disaat ia sedang bekerja. Insiden kecelakaan yang di alami ayahnya, tak membuat Indah lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru.
Saat sampai di depan ruang inap ayahnya, bertepatan dengan dokter Riyan yang keluar dari ruang inap ayahnya.

“dokter bagaimana keadaan ayah?” tanyan Indah dengan panik kepada dokter Ryan yang bertugas memeriksa ayahnya selama di rumah sakit.

Dokter Ryan menatap Indah dan Abidzar yang ada di belakang secara bergantian. “tadi sempat drop, dan alhamdulillahnya saat ini sudah kembali normal.” Indah menghembuskan nafasnya lega karena ayahnya baik-baik saja.

“ada yang ingin saya sampaikan.”

Indah menatap dokter ryan. “apa dok?”

“sebelumnya apakah ayah kamu sering mengeluh di bagian dada, ataupun merasa sakit di dadanya?”

Indah menggeleng. “setau Indah, ayah tak pernah mengeluh ataupun merasa sakit di dadanya dok.”

Terlihat dokter ryan menghembuskan nafas kasar. “ayahmu mempunyai penyakit jantung.”

Deg...

“tadi l detak jantungnya sempat berhenti.” lemas sudah tubuh Indah mendengar perkataan dokter Ryan. Bibirnya kelu untuk berbicara,  keseimbangan namun berhasil ia tahan, hampir saja ia kehilangan orang yang di sayangi untuk kedua kalinya. Namun Allah maha baik karena masih memberikan ayahnya kehidupan kembali. “alhamdulillah, kuasa Allah. Detak jantung nya kebali normal.”

“saya permisi dulu, jika ada apa-apa langsung panggil saya.” Dokter Ryan meninggalkan abidzar dan indah.

Abidzar duduk di dekat indah dengan berjarak bangku kosong di tengahnya. Dia sempat menatap Indah yang menyandarka kepala di dinding dengan mata terpejam. Ia tau bagaimana perasaan Indah saat ini, apa lagi Abidzar pernah merasakan berada di posisi ini. Yang dimana waktu itu papahnya pernah dirawat karena penyakit jantung.

“Allah ingin mengajarkan mu tentang arti hidup yang sesungguhnya.” Ucapan itu membuat Indah dan menatap kearah abidzar. “Allah ingin melihatmu, mampukah kamu menjalankan semua cobaan yang diberikan untuk hambanya tanpa adanya keluh kesah. Tanpa adanya kata menyerah.”

Abidzar menghembuskan nafasnya, tatapanya lurus ke depan.
“ini mungkin terberat buat kamu, saya pernah ada di posisi kamu, dimana saat itu papah sering bolak balik masuk rumah sakit, tiga kali iya mengalami kritis, namun Allah maha baik, karena papah masih bisa berada di antara kami, walaupun nyawanya tidak tertolong disaat ia sudah mengalami drop keempat kalinya. Sangat merasa kehilangan. Namun mamah selalu menguatkan saya.”
Abidzar tersenyu getir. “seharusnya saya yang memberikan kekuatan kepada mamah, mamah saya bilang, jika kita larut dalam kesedihan kita tidak akan pernah merasakan yang namanya kebahagiaan. Jika kamu merasa takut, lebih takutlah saat Allah meninggalkan mu. Jika kita merasa kehilangan orang yang kita cintai. Maka kita akan kehilangan satu orang.” Indah mencerna perkataan abidzar. “hanya Allah yang bisa menyembuhkan. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha, berdoa dan berikhtiar.”

Birlikte Indah [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang