PART 22

138 9 0
                                    

Assalamualaikum

Jangan lupa untuk membaca Al-Qur'an

“Dan hari ini dirinya merasakan sebuah kebahagian. Namun dalam sekejap dirinya telah kehilangan semuanya.”

~Birlikte Indah~

Maaf typo
🍃
Jangan Sinder
.
.
.

Wahyu tersenyum tak jauh darisana saat menatap petapa bahagia putrinya hari ini di atas pelaminan bersanding dengan abidzar, ia berharap setelah ini tak ada lagi kesedihan yang ada di hidup putrinya. Tangannya memegang dadanya yang terasa sakit, sudah sedari pagi ia menahan rasa sakit, namun ia tak ingin menunjukkan kesakitannya di hari bahagia putrinya itu.

“AYAH.” Teriakan Indah saat melihat ayahnya sudah tak sadarkan diri. Para tamu laki-laki dan Abidzar lansung sigap membawa mertuanya menuju ke kamar, melihat ayahnya pingsan Indah menangis, tak mempedulikan tamu undangan nya.

Hikam yang kebetulan ada di sana langsung memeriksa Wahyu, Untung saja dia selalu bawa peralatan dokternya di dalam mobil, untuk berjaga-jaga jika terjadi apa-apa di jalan.

“gimana dok?” Tanya Indah setelah Hikam selesai memeriksa ayahnya.

Hikam menghembuskan nafasnya, ia menatap indah yang menatapnya penuh harap. Ia menggeleng lemah. “om wahyu, telah meninggal.”

innalillahiwainailaihirojiun.”

“AYAH!” teriak Indah histeris setelah mengetahui jika ayahnya sudah meninggal. Abidzar yang berada di samping Indah langsung memeluk dirinya.

“ayah... hiks...”

“innalillahiwainailaihirojiun, kamu yang sabar.” bisi Abidzar tepat di telinga Indah sambil mengelus punggung istrinya untuk menenangkannya.

Indah mencoba melepaskan pelukan Abidzar. Setelah terlepas ia langsung menghampiri dan memeluk ayahnya. “ayah... bangun... hiks...”

Semua tamu undangan yang awalnya merasa kebahagiaan dengan pernikahan Indah sekarang menjadi penuh duka. Mereka tidak menyangka jika di hari bahagia ini indah harus kehilangan sang ayah. Ruang tamu yang awalnya di jadikan sebagai tempat ijab Qabul sekarang sudah disishkan untuk penempatan jenazah Wahyu. Tenda yang ada di depan rumah sekarang menjadi tenda berduka, bahkan sudah terpasang bendera warna kuning di depan rumah Indah. Jenazah Wahyu sudah di pindahkan di ruang tengah. Indah duduk di samping ayahnya dengan pakaian berwarna hitam. Pakaian yang dipakai sebelumnya berwarna putih dengan payet yang cantik, sekarang berubah menjadi warnah hitam menandakan jika dirinya sedang berduka. Indah duduk di samping ayahnya dengan di temani mamah Laili, dan juga kedua sahabatnya. Meninggalnya Wahyu meninggal duka untuk semua orang, pasalnya Wahyu terkenal baik di komplek ini. Bela sungkawa mereka berikan kepada Indah. Bacaan ayat suci alqur-an memenuhi ruang keluarga.

“hiks.. ayah.” Tangis Indah di samping jenazah ayahnya.

“Indah yang ikhlas ya sayang.” Kata mamah Laili.

“kasih minum dulu tan.” Kata Almira, sambil memberika botol air mineral kepada laili. Dengan pelan Laili memberikan minum, dan diterima oleh Indah walaupun sediki.

Abidzar yang dibantu warga untuk menyiapkan pemakaman mertuanya tak sengaja melihat istrinya yang terus menangis di samping jenazah mertuanya, hatinya ikut menangis. Dia tak pernah melihat Indah serapuh ini. Ia urungkan niatnya untuk menyambut warga yang datang untuk mengucapkan bela sungkawa, namun ia justru berjalan menghampiri sang istri, dia duduk di dekat istrinya yang terus menangis. Abidzar mengambil alih Indah dari pelukan mamahnya.

Birlikte Indah [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang