PART 3

152 10 0
                                    

ASSALAMUALAIKUM

Jangan lupa untuk membaca Al-Qur’an

🌸🌸🌸

Carilah pasangan yang mencintai kamu karena akhlak, bukan karena kecantikan atau ketampanannya, jika seorang pria atau wanita yang mencintaimu karena kecantika atau ketampanannya saja, maka suatu hari dia akan meninggalkanmu, karena baginya kamu sudah tidak menarik lagi

~Birlikte Indah~
.
.
MAAF TYPO

🍃
JANGAN SINDER
.
.

Jam menunjukkan pukul 11 siang, setelah mengisi penyuluhan di sekolah, aku langsung menuju ke rumah sakit lagi bersama ketiga dokter lainya, siang nanti akan ada jawal operasi jam dua jadi masih ada waktu untuk menyiapkan semua, aku berjalan dilorong rumah sakit untuk menuju ruangan ku.

“dokter.” Panggil seorang perawat wanita yang kutahu namanya Nindy berjalan menghampiriku, dengan membawa sebuah map.

“ini, data pasien yang akan melakukan operasi nanti.” Nindy menyerahkan map yang berisi data pasien.

Aku menerima map itu. “terimakasih.” Setelah mengatakan itu aku masuk ruangan ku.

Berjalan menuju kursi yang ada di ruangan itu, membuka map yang di berikan oleh nidy tadi, melihat data pasien, untuk melihat bagaimana keadaan nya hari ini, aku sebagai dokter harus teliti dalam melaku kan operasi, tidak mau mengecewakan keluarganya yang sangat berharap kepadaku untuk kesembuah keluarganya, sejujurnya kesembuhan itu datang nya dari Allah, aku sebagai seorang hambanya hanya bisa membantu semaksimal untuk saling membantu sesama manusia.

Adzan Dzuhur berkumandang di mushola rumah sakit, menutup map yang berisikan data pasien, dan segera menuju mushola untuk melaksanakan sholat dzuhur berjamaah.

Saat aku menuju lobi rumah sakit yang digunakan untuk mendata pasien yang akan berkonsultasi dengan dokter dan juga untuk pengambilan obat, tak sengaja netra mataku melihat seseorang yang tidak asing bagiku sedang mengantri obat, dan benar saja saat di berbalik arah yang sedang bersama seorang pria berumur 50 tahun, dia indah dan juga ayahnya.

“Dokter Hikam.” Panggilnya terkejut saat dia melihatku. Aku tersenyum dengannya, tak lupa menyalimi ayah Indah.

“assalamualaikum om.”

“waalaikumsalam.” Jawab ayah Indah ramah.

“om, habis chek up?” tanya ku.

“iya, seperti biasa yang nak Hikam lihat, om kan sudah tua jadi harus sering-sering chek ke dokter.” Aku tersenyum mendengarkannya, semenjak kepergian istrinya itu om Wahyu sering memeriksakan kesehatanya, katanya dia tidak mau jika sakit yang akan membuat Indah sedih.

“apa lagi anak om satu-satunya ini, jika om sakit, pasti dia sedih, padahal kan wajar ya, kalau seumuran om ini kan pasti sakit-sakitan. Om suruh nikah belum mau, katanya mau jagain ayahnya dulu.”

“ayah.” Kata Indah malu. Aku yang melihat itu tertawa kecil.

“ya, kan maksud ayah biar kamu ada yang jagain. Gak setiap hari ayah akan jagain kamu, maut gak ada yang tau nak, bener kan nak Hikam?” om Wahyu menatapku.

Aku mengangguk “iya om.”

“ayah, jagan ngomong gitu, memang maut gak ada yang tau, tapi kita sebagai manusia, selalu berikhtiar, Indah belum siap jika harus kehilangan ayah.” Ucap Indah sedih yang memeluk ayahnya.

Birlikte Indah [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang