PART 16

112 6 0
                                    

Assalamualaikum

Jangan lupa untuk membaca Al-Qur'an

Percayalah, ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran (yang kau jalani),
Yang akan membuatmu takjub hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit.

~Ali bin Abi Thalib~
.
.
Maaf typo
🍃
Jangan sinder
.
.
.

Seperti biasanya setiap pagi aku akan berangkat bekerja menuju rumah sakit. Setelah meninggalnya Icha kehidupan yang aku jalani berjalan seperti biasanya, sama seperti sebelum menikan, namun kali ini hanya status ku yang berubah bahkan banyak perubahan yang aku jalani setiap harinya.

Ada perubahan yang sangat drastis, biasanya setiap pagi dia yang selalu membangunkan ku, menyiapkan sarapan ataupun menyiapkan baju kerja. Aku sangat kagung dengannya, walaupun memiliki keterbatasan namun Icha sangat menjalankan peran sebagai istri pada umumnya.

Aku menuruni satu persatu anak tangga yang ada dirumah, aku masih menempati rumah yang aku beli saat menikah dengan Icha, jika kalian bertanya adakah niatan untu pindah? Jawabannya tidak, dan aku juga tidak akan menjual rumah ini.

“sarapannya den.” Kata bik Tun, yang telah menyiapkan sarapn pagi.

“makasih bik.” Aku memulai sarapan yang dibuatkan oleh bik Tun.

“assalamualaikum mah.”

Ucapku saat mengangkat telfon dari mamah.

“waalaikumsalam mas, hari ini ada jadwal opprasi?”

“hari ini jadwal oprasi kosong mah, nanti cuman konsultasi sama pasien aja. Kenapa mah?”

Ucapku sambil memasukkan nasi goreng kedalam mulutku.

“gak papa, cuman nanti sehabis pulang kerja mampir lah kerumah mamah, udah lama mas gak main kerumah.”

Memang benar setelah menikah aku jarang main kerumah mamah, selain faktor pekerjaan yang cukup padat,  ditambah aku sudah menikah sehingga jarang datang kerumah mamah, apa lagi setelah meninggalnya Icha, kerumah mamah hanya dua kali saja, setelah itu aku sibuk dengan pekerjaanku kembali.

“iya mah, nanti mas usahain setelah pulang kerja mampir kerumah mamah.”

“mamah tunggu lo ya, nanti mamah masakin makanan kesukaan kamu.”

Aku tersenyum mendengar perkataan mamah.

“iya mah, yaudah ya mah, mas tutup dulu, mau berangkat kerja.”

“iya, hati-hati bawa mobilnya.”

“iya ma, assalamualaikum.”

“waalaikumsalam.”

Aku menutup sambungan telfon dari mamah, meriaih tas kerjaku.

“bik, saya berangkat dulu ya. Assalamualaikum.”

Bik Tun yang sedang menyapu halaman, menghentikan kegiatannya menatapku. “iya den, waalaikumsalam.”

Birlikte Indah [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang