Joanna sedang menguap sekarang. Hari yang seharusnya menjadi hari paling menyenangkan di hidupnya tiba-tiba saja berubah menjadi membosankan.Iya, apalagi kalau bukan karena kehadiran Jessica. Si ibu-ibu sosialita yang sedang berbaring pada ranjang pijat di sebelahnya. Sejak pertama masuk hingga sekarang, dia tidak berhenti berbicara hingga membuat Joanna tidak bisa tidur sembari menikmati pijatan.
"Aku suka sekali dengan kamu. Setelah sekitar satu tahun ini aku selalu mengamatimu dan baru berani mengajakmi berbicara beberapa bulan yang lalu. Joanna, kamu mau kujodohkan dengan anakku? Dia tampan sekali, loh! Sudah mapan juga, kepribadiannya sangat santun dan tidak pernah sekalipun mendatangi kelab malam. Dia anak baik-baik. Cocok sekali denganmu."
Joanna yang awalnya sedang memejamkan mata, kini langsung membukanya perlahan. Dia akhirnya dapat mengetahui apa maksud utama Jessica kenapa selalu menyamakan jadwal pijatnya pada sabtu siang seperti dirinya.
"Tante, bukannya saya menolak. Tante tahu sendiri, saya anak pertama dan masih punya tanggungan tiga adik yang masih perlu biaya. Saya rasa saya belum siap menikah dalam waktu dekat."
Ucap Joanna seadanya, karena memang hal itu adalah alasan utama kenapa dia enggan memiliki pacar apalagi menikah di usia yang hampir menginjak kepala tiga.
"Tidak masalah! Tante sudah cerita kalau Tante ini kaya, kan? Kalau kamu dan anak Tente menikah, Tante akan menjamin pendidikan adik-adikmu. Tante tidak akan membiarkan mereka terlantar apalagi kekurangan uang karena kamu telah menjadi istri anakku."
Joanna terkekeh pelan dan mulai memejamkan mata. Karena ya... tawaran untuk menjadi menantu para pengunjung di tempat seperti ini memang bukan hal yang tabu.
Mengingat Joanna adalah member termuda yang tidak pernah absen datang. Sehingga membuat para pengunjung lain berpikir kalau Joanan adalah wanita yang kompeten dan pekerja keras sampai-sampai tidak pernah absen datang untuk mergangkan otot-ototnya pasca lima hari bekerja.
"Tante serius, anak Tante anak baik-baik. Bukan seperti anak Jeng Amanda yang bedagulan. Coba saja dulu, ya? Tante benar-benar sudah klik sama kamu. Nanti kalau tidak cocok tidak apa-apa, yang penting dicoba dulu."
Joanna menggeleng pelan, karena dia ingat sekali bagaimana nasibnya ketika menuruti permintaan Amanda untuk mengenalkan dirinya dengan Mega, anaknya. Joanna bahkan langsung menyiramkan es jeruk yang isinya tinggal setengah pada kepala Mega karena laki-laki itu secara terang-terangan mengatakan kalau dadanya besar.
Padahal, itu hanya efek baju yoga yang dia kenakan. Dia tidak sempat pulang dan mengganti pakaian karena Amanda menghubunginya secara mendadak. Sehingga dia tidak dapat bersiap dan berpenampilan lebih layak. Saat itu Joanna sudah memakai jaket berukuran besar milik adiknya. Tetapi tetap saja, hembusan angin sore yang sangat kencang membuat resleting jaketnya turun perlahan hingga memperlihatkan lekukan dadanya yang memang sedang memakai bra sport dan kaos yoga.
"Si Mega itu memang teman SMA anakku, tapi anakku tidak lagi bermain dengan dia sejak satu tahun yang lalu. Jadi kamu jangan takut, anakku tidak akan kurang ajar seperti itu."
Joanna ingin menolak, tetapi karena Jessica selalu berbaik hati mengantarnya pulang setelah pijat di SPA. Mau tidak mau akhirnya Joanna luluh juga. Anggap saja ini sebagai balas budi karena ongkos pulang dari SPA ke kontrakannya bisa dialokasikan untuk membeli lulur atau bodylotion kesukaannya.
Joanna ini orang yang sangat memperhatikan kebersihan apalagi tubuhnya. Tidak hanya tubuh bagian luar saja, tetapi bagian dalam juga. Dia bahkan selalu memakan makanan sehat dan rutin berolahraga setelah adzan subuh berkumandang. Setiap satu minggu sekali dia juga mengikuti kelas yoga untuk menjaga bentuk otot perutnya supaya tidak terlihat mengembang ketika memakai setelan kerja.