4. 30 PM"Istriku di mana, Ma?"
Tanya Jeffrey ketika baru saja menginjakkan kaki di rumah.
"Di taman, sedang loncat tali di sana."
Jeffrey tampak geram, karena Joanna tidak sadar diri kalau sedang hamil sekarang.
"Ma, Tamara kenapa terus datang ke rumah? Dari senin sampai minggu, dari terbit matahari sampai tenggelam lagi. Memangnya Mama tidak terganggu?"
Tanya Jeffrey karena dia mulai tidak nyaman dengan Tamara sejak insiden tadi.
"Tidak, tuh! Mama malah suka kalau ada Tamara. Rumah jadi lebih ramai, dia juga suka Mama ajak mabar free fire. Dan yang paling penting dia bisa menjadi teman istrimu kalau bosan di rumah."
Jeffrey bungkam dan langsung menuju taman yang terletak di belakang rumah.
Tetapi nihil, tidak ada Joanna.
"Ma, istriku tidak ada di taman! Di mana dia? Keluar lagi?"
B ugh...
Jessica memukulkan iPad pada punggung anaknya hingga pemiliknya mengaduh sakit sekarang.
"Kamu apakan menantuku, hah!? Sampai pulang-pulang dengan kaki terpincang! Dia di atas! Sedang dipijit di kamar!"
Jeffrey bergegas menuju kamar, berniat melihat kondisi kaki terkilir istrinya yang sempat dilupakan.
"Lain kali hati-hati, Bu. Jangan pakai sepatu tinggi-tinggi terlebih dahulu. Kandungan Ibu 'kan masih muda dan rawan gugur."
"Iya, Mbak. Lain kali saya pasti lebih hati-hati."
"Sudah selesai, Bu. Saya permisi."
"Terima kasih, Bu. Maaf tidak bisa mengatar ke depan."
Pemijat tadi mengangguk singkat dan mulai keluar kamar. Dia juga sedikit terkejut ketika menatap Jeffrey yang sudah berdiri di depan pintu kamar.
"Mari, Pak."
"Sebentar, Bu. Terima kasih karena sudah memijat istri saya."
Jeffrey mulai membuka dompet dan memberikan 10 lembar uang berwarna merah pada pemijat tadi.
"Tapi tadi Ibu sudah memberi saya upah."
"Tidak apa-apa, anggap ini rezeki Ibu."
"Terima kasih, Pak."
Jeffrey tersenyum singkat dan mulai menutup kamar dari dalam. Dia juga mulai duduk di sisi ranjang karena berniat berbicara dengan istrinya.
"Masih sakit?"
"Apa pedulimu? Jangan menyentuhku!"
Joanna menangkis tangan Jeffrey yang berusaha menyentuh pergelangan kakinya yang semakin membiru setelah dipijat tadi.
"Diperhatikan salah! Tidak diperhatikan tambah salah! Maumu apa!? Aku lelah! Bisa tidak jangan membuatku marah sebentar saja!?"
"Bisa!"
Joanna segera bangun dari ranjang dan memakai sendal rumahnya. Dia juga mulai berjalan tertatih keluar kamar dan meninggalkan suaminya.
Brak...
Jeffrey bergegas memasuki kamar mandi. Menyiapkan air hangat dan memilih baju ganti sendiri.
Flashback...
Kemarin malam, Jeffrey pulang tepat jam makan malam. Hingga membuat Joanna yang baru saja menyuapkan satu sendok nasi ke dalam mulutnya, langusng berdiri karena berniat menyiapakan air hangat dan baju ganti suaminya.