11. 40 AM"Bapak mau makan siang di mana? Supaya bisa langsung saya reservasikan tempat."
"Tidak perlu, istriku mau datang. Oh, iya. Besok sampai minggu depan, semua jadwalku sudah bisa dikosongkan?"
Lucas mengangguk singkat, dalam hati dia sedikit mengumpat karena Jeffrey suka sekali memerintah yang tidak-tidak. Untung saja dia dan Luna bisa melobby para client mereka. Sehingga acara bulan madu bos mereka bisa terlaksana sesuai seperti apa yang telah diminta.
"Sudah, Pak. Bapak mau saya pesankan tiket liburan ke mana?"
"Bagus! Nanti kukabari lagi, aku belum berdiskusi dengan istriku soal ini."
Lucas mengangguk singkat dan pamit untuk makan siang di luar. Bersama Luna, pacarnya.
"Istriku membawa makan siang untuk kamu dan Luna. Tapi nanti kalian makan di luar saja, aku mau pacaran. Jangan diganggu!"
Lagi-lagi Lucas hanya mengangguk singkat sebelum akhirnya benar-benar keluar ruangan. Dalam hati dia merasa senang karena istri bos-nya sangat perhatian.
"Lucas, aku bawa makan siang untuk kamu dan Luna. Ayo, makan di dalam!"
Lucas melirik Luna yang tampak senang dan sudah berjalan di belakang Joanna.
"Kita makan di luar saja, Bu. Ada sesuatu yang mau kita bicarakan, masalah pribadi, hehehe."
Joanna yang paham tentu langsung mengangguk cepat dan memberikan salah satu kotak makanan pada Luna.
"Terima kasih, Bu!"
Seru Luna dan Lucas secara bersamaan. Membuat Jeffrey yang sedikit mendengar langsung menghadap kaca yang tertempel di pojok ruangan.
Rambut oke. Kemeja, jas, dasi, oke. Sudah oke semua. Ini karena Jeffrey harus berpenampilan sempurna kalau mau memikat Joanna.
Kemarin mereka tidak jadi melakuakan nananina. Joanna menolak karena ingin melakukan itu dengan persiapan yang proper. Maksud Joanna, dia harus ke SPA dulu. Dipijat sekalian waxing untuk menghilangkan bulu-bulu yang mengganggu. Tetapi Jeffrey salah paham dan mengira istrinya ingin berbulan madu.
"Sayanggg!!!!"
Panggilan Jeffrey masih terasa aneh bagi Joanna. Bukannya apa-apa, mereka baru saja saling mengungkapkan perasaan. Tentu dipanggil sayang secara tiba-tiba membuat Joanna merasa geli sekarang.
Jeffrey langsung memeluk istrinya erat-erat. Menangkup pipinya dan memiringkan wajah untuk menagih ciuman seperti semalam dan sebelum sarapan.
"Tuh, kan! Bibirmu ikut merah!"
Keluh Joanna setelah menarik wajah. Dengan sigap dia mulai mengambil tisu dari atas meja dan disapukan pada area bibir suaminya.
"Sayang, kamu mau bulan madu ke mana? Aku sudah kosongkan jadwal mulai besok sampai minggu depan."
"Serius? Kok mendadak sekali!?"
Tanya Joanna sembari menyiapkan makaan siang di atas meja.
"Aku tidak sabar, hehehe."
Kali ini Jeffrey sudah memangku istrinya dan memeluk pinggangnya erat-erat. Hingga membuat Joanna kesulitan bergerak.
"Aku terserah, asal ada pantainya dan bebas dari banyak orang. Aku mau turun, nanti makannya bagaimana kalau aku duduk di sini terus!"
Joanna segera melepaskan diri dan mulai menduduki kursi di samping Jeffrey.
"Di kulkas ada air dingin?"
Jeffrey mengangguk singkat, karena saat ini mulutnya sudah diisi oleh dimsum buatan istrinya.
Joanna segera beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kulkas yang terletak di belakang meja kerja suaminya.
"JEFFREY!"
Pekikan Joanna berhasil membuat Jeffrey tersedak dan langsung menghampiri istrinya yang sudah berada di depan kulkas.
"INI APA!?"
Tidak langsung menjawab, Jeffrey justru langsung menutup kulkas setelah mengambil satu botol air mineral sebelum akhirnya diteguk sedetik kemudian.
"Oh, ini. Lucas yang beri, katanya aku harus banyak belajar dan mencari referensi supaya tidak mudah keluar nanti."
Joanna tampak kesal bukan main. Bukannya apa-apa, ini masih dalam jam kerja dan layar komputer suaminya sudah menampilkan adegan seksual dua orang barat yang sudah telanjang. Dalam satu kali tekan saja Joanna yakin videonya akan langsung terputar.
Kedua mata Joanna mulai melirik pada tempat sampah yang sudah penuh dengan tisu bekas yang sedikit basah. Tidak lupa dia juga melirik CCTV yang sudah terpasang di setiap sisi rungan.
"L-Lucas juga yang membantu mengelurkan mereka?"
Tanya Joanna sembari menujuk tempat sampah. Wajahnya tampak jijik sekarang. Bukan, dia bukan homophobia. Tetapi dia tidak rela kalau orang itu suaminya, karena dia tidak mau berbagi akan apa yang dipunya.
"Aku masih normal, ya! Aku lakukan sendiri! Kata Lucas aku harus banyak berlatih. Ini saja baru kulakukan sekali."
Bukannya merasa bersalah, Jeffrey justru terlihat sangat bangga seolah ini adalah suatu pencapaian yang besar.
"Sekali tapi tisu basahnya banyak sekali! Ada kamar mandi Jeffrey! Di sini juga ada CCTV! Kamu tidak malu? Dan lagi, ini jam kerja dan kamu sibuk melakukan ini! Aku tidak masalah kalau kamu melakukan ini di rumah. Tapi ini, di kantor! Ya Tuhan! Kamu benar-benar! Makan sendiri! Aku mau ke ruangan CCTV!"
Joanna segera meninggalkan Jeffrey, dia kesal dan marah karena suaminya ini ceroboh sekali.
"Mau ke mana, Bu?"
Tanya Lucas yang baru saja mengambil dompet Luna yang tertinggal.
"Ruangan CCTV! Lucas, lain kali kalau mau mengajari sesuatu pada bosmu, lihat tempat dan kondisi! Kamu tidak tahu dia mastrubasi di depan komputer? Kenapa kamu tidak menasehatinya untuk melakukan itu di kamar mandi? Aku kira kalian pintar, tetapi sama saja! Kalau seperti ini apa kata orang-orang kalau video tidak senonoh bos mereka tersebar!?"
"Maaf, Bu. Lain kali akan saya beritahu Pak Jeffrey. Tapi, Bu. Rekaman CCTV di ruangan Pak Jeffrey hanya bisa diakses di komputer Pak Jeffrey dan passwordnya menggunakan retina mata Bapak. Jadi sudah dipastikan itu aman."
Antara malu dan bertambah kesal. Kali ini Joanna langsung kembali ke ruangan suaminya. Di sana, Jeffrey sudah kembali makan dan duduk di kursi kerja sembari menatap layar komputer yang masih menyala. Bahkan suara desahan mulai terdengar di setiap penjuru ruangan.
Joanna kira, Jeffrey itu laki-laki yang super dewasa dan berwibawa. Tetapi ternyata dia salah. Ya Tuhan! Ternyata banyak uang dan memiliki tubuh besar saja tidak akan menjadi patokan kalau seseorang bisa dikatakan sebagai orang dewasa.
"Sebelum dimasukkan ke dalam celana, kamu bersihkan dulu, kan?"
Jeffrey menggeleng pelan, karena mulutnya sudah penuh dengan makanan buatan istrinya.
"JEFFREY KAMU JOROK SEKALI!"
Pekik Joanna sembari menarik Jeffrey menuju kamar mandi. Dia juga langsung membongkar lemari yang biasanya diisi oleh baju ganti Jeffrey. Tentu apa yang dicari kalau bukan boxer baru untuk suaminya yang sedang memasuki masa puber saat ini.
Suka sama scene ini?
See you in the next chapter ~