Jeffrey sudah kembali ke kamar. Sendirian, tanpa istrinya. Tetapi dua jam kemudian dia tidak kunjung tertidur. Apalagi kalau bukan istrinya yang menjadi pemicu.Ceklek...
Dengan suara pelan Jeffrey membuka pintu kamar tamu tadi, berniat memeriksa apakah istrinya sudah tertidur malam ini.
Deg...
Hati Jeffrey berdenyut sakit ketika menatap punggung istrinya yang naik turun karena menahan isakan. Saat ini dia juga sedang memeluk guling dan memunggungi dirinya.
Maaf.
Dalam hati Jeffrey mengucap maaf. Tetapi tentu itu tidak merubah apa-apa karena istrinya tidak bisa mendengar apa yang baru saja diucapkan.
Jeffrey, sebenarnya dia tidak begitu merasa bersalah. Karena saat ini dia memang banyak pekerjaan sehingga membuat tenaganya banyak yang terkuras. Ditambah istri yang biasanya mengayomi dirinya berubah menjadi manja, tentu itu semakin membuatnya frustasi dan ingin marah.
Soal Dayana. Ya, Jeffrey mengakui kalau dia memang sedikit tertarik dengan Dayana karena wanita itu memiliki kemiripan dengan istrinya. Jeffrey sengaja mempekerjakan dia dengan harapan agar dapat semakin termotivasi bekerja karena istrinya mulai bersikap menyebalkan.
Tetapi, Jeffrey bersumpah! Tidak pernah sekalipun dia berniat selingkuh dengan Dayana. Jeffrey masih mencintai Joanna dengan sangat, hanya saja stress yang didapat ketika bekerja terus saja terbawa hingga ke rumah dan berimbas pada istrinya.
Karena tidak tega, Jeffrey tidak kembali ke kamar dan mulai tidur dia atas sofa yang terletak di depan kamar istrinya. Tidak peduli rasa akan dingin yang menyapa kulitnya. Jeffrey tidak masalah, yang terpenting istrinya aman ketika tidur di kamar tamu sendirian.
8. 20 AM
Lagi, Jeffrey bangun kesiangan dan langsung berlari ke kamar untuk mandi singkat.
Senyum Jeffrey mengembang karena ternyata Joanna masih mau menyiapkan baju ganti untuknya.
Dengan langkah tergesa Jeffrey menuruni tangga, wajahnya juga sudah terseyum senang karena tidak sabar ingin berbaikan dengan istrinya.
"Ma, kotak bekalku mana?"
"Kata istrimu kamu sudah tidak mau dibawakan bekal. Istrimu masih tidur sekarang. Dia pasti sedang menikmati hidupnya. Buat sarapan sendiri! Hari ini Mama diet dan hanya sarapan apel."
Jeffrey kecewa. Dia mengira Joanna tidak serius dengan ucapannya, karena dia masih mau menyiapkan baju ganti untuknya.
Meskipun lapar, mau marah juga tidak bisa. Dia sadar diri karena bersalah atas insiden kotak bekal kemarin siang.
"Ya sudah, Jeffrey berangkat sekarang."
Jeffrey tampak lesu ketika menyalimi Jessica. Joanna yang diam-diam mengintip dari kamar mulai merasa iba.
Jeffrey itu tipikal orang yang akan pusing jika tidak sarapan. Maklum saja, pekerjaannya mengharuskan dia untuk berpikir keras, tentu sarapan adalah hal yang paling krusial dan tidak boleh terlewat.
"Pak Jeffrey, maaf. Ibu menyuruh saya ke dalam sebentar."
Jeffrey mengangguk singkat, wajahnya tampak muram karena kecewa sekaligus merasa lapar.
"Permisi, Pak. Ini bekal sarapan dari Ibu. Katanya harus dimakan sekarang karena masih hangat, takut berembun lalu basi kalau tidak segera dimakan."
"Terima kasih, Pak."
Jeffrey tersenyum senang. Dia menatap rumah dan menemukan Joanna yang. sedang mengintip dibalik jendela.
Joanna begitu mencintainya dan Jeffrey bisa merasakan itu. Mungkin karena ini adalah hubungan percintaan pertamanya, itu sebabnya Jeffrey bisa terombang-ambing dengan perasaan semu seperti sekarang.