Ini panjang banget, klo kalian suka, jangan lupa kasih banyak komentar. Supaya di chapter selanjutnya bisa kupanjangin kayak sekarang 🙂Enam bulan terasa begitu singkat. Hubungan pernikahan Jeffrey dan Joanna terlihat baik-baik saja.
Ya, bagi orang-orang yang melihat, mereka mungkin mengira kalau keduanya memang saling cinta.
Bayangkan saja. Kemana-mana selalu berdua. Entah itu di kantor, dinas keluar kota, di luar negeri, atau bahkan ketika di rumah. Keduanya terlihat tidak bisa terpisahakan karena memang saling membutuhkan.
"Laporan ini sudah kuperiksa. Mau makan siang sekarang?"
Joanna bergegas berjalan menuju meja suaminya. Di sana, Jeffrey tampak sedang fokus menatap monitor yang sedang menampilkan berbagai arus kas keungan perusahaan.
Ceklek...
Pintu ruangan Jeffrey terbuka, menampilkan Lucas selaku asisten pribadinya.
"Oke, aku keluar sekarang."
Joanna tahu diri. Karena kali dia hanya bertugas sebagai istri yang baik. Istri pengertian yang harus selalu memenuhi kebutuan suami. Termasuk membantunya di kantor seperti saat ini.
"Bu Joanna?"
Panggil Luna, selaku sekretaris suaminya.
"Iya Luna, ada apa?"
"I-ini, mohon maaf sebelumnya. Saya ingin menanyakn soal ini. Tetapi saya takut jika mau menanyakan secara langsung dengan Pak Jeffrey."
Joanna bergegas menatap layat iPad yang sedang ditampilkan Luna. Di sana tertera begitu banyak transaksi keuangan yang dilakukan melalui akun rekening perusahaan.
"Kokain? Ada transaksi seperti itu di sana? Tidak mungkin, suamiku bahkan tidak pernah merokok dan meminum minuman keras. Cek lagi! Pasti kamu tidak fokus tadi!"
"Ini sudah benar, Bu. Ini rekening perusahaan yang biasa dipegang Pak Jeffrey. Saya juga percaya kalau Pak Jeffrey tidak mungkin melakukan ini. Pak Jeffrey itu tidak pernah aneh-aneh selama ini. Selama hampir lima tahun bekerja di sini, saya tidak pernah sekalipun mendengar apalagi melihat gelagat aneh Pak Jeffrey. Jangankan narkoba, miras atau merokok, menyebut nama perempuan selain client saja tidak pernah. Kecuali Nenek Nirmala, Ibu Jessica dan Ibu Joanna."
Antara senang dan cemas. Joanna benar-benar merasa takut sekarang. Takut kalau suaminya yang terkenal tidak suka melakuakan hal yang menyimpang difintah oleh orang yang tidak bertanggungjawab.
Ceklek...
Pintu ruangan Jeffrey terbuka, menampilkan pemiliknya yang mulai terseyum lebar ketika menatap istrinya.
"Ayo makan siang! Kali ini kita makan siang di luar. Bekalnya berikan Luna dan Lucas saja."
Luna yang awalnya menampilkan wajah tegang, kini mulai terseyum senang tentu saja. Karena bekal buatan istri bos-nya memang selalu menggugah selera.
"Aku ingin bertanya tentang ini. Kamu harus cepat-cepat menghubungi pihak bank terkait sebelum ada orang lain yang salah paham ketika melihat ini."
"Sudah aku bereskan. Tadi Lucas datang untuk memberi tahu soal ini. Aku juga langsung menghubungi bank ini. Coba cek lagi, mutasi rekening perusahaan pasti sudah bersih."
Joanna me-refresh aplikasi yang menampilkan mutasi rekening tadi. Benar saja, sudah bersih. Tidak ada transaksi pembelian kokain lagi.
"Syukurlah. Ayo makan siang! Lucas, Luna... bekalnya langsung ambil saja di atas meja samping sofa."