Joanna sudah diperbolehkan pulang esok harinya. Jeffrey tentu senang, dia bahkan sengaja membolos kerja agar bisa menemani istrinya seharian."Sudah, Jeff! Tubuhku semakin sakit kalau kamu terus saja seperti ini!"
Keluh Joanna ketika suaminya terus saja memijat kaki dan tangannya secara bergantian. Padahal, saat ini dirinya tengah terbaring lemah di atas ranjang.
"Sakit, ya? Ya, sudah. Sekarang kamu mau apa?"
Jeffrey mulai mendekati istrinya yang saat ini tengah mengusap perutnya sembari menelan ludah.
"Tiba-tiba saja aku mau mangga muda yang ada di taman belakang."
"Sebentar, aku minta Dimas ambilkan. Mau dikupas biasa atau dibuat rujak?"
Joanna menggeleng, dia bahkan mulai menuruni ranjang dan memakai sendal rumah.
"Tergantung nanti. Aku tidak mau Dimas yang mengambil, tapi kamu. Aku mau melihatmu memanjat pohon mangga."
Jeffrey awalanya enggan mengiyakan, tetapi setelah melihat istrinya yang terus saja menelan ludah, mau tidak mau dia harus mengabulkan.
Setelah tiba di taman belakang rumah, Jeffrey tampak kesusuahan ketika memanjat pohon mangga.
Maklum saja, seumur hidup dia tidak pernah melakukan ini sebelumnya.
Jangankan memanjat pohon, menaiki dan mengejar bus saja tidak pernah.
"Tidak bisa! ?"
Tanya Joanna dengan nada suara kesal karena Jeffrey tidak kunjung berhasil menggapai mangga yang diinginkan.
"Bisa!!!"
Jeffrey terus saja mencengkram pohon mangga dengan jari-jari kaki dan tangannya.
"Bu, bagaimana kalau saya saja?"
Dimas yang baru saja datang langsung melepas sepatunya, berniat menggantikan Jeffrey yang terlihat seperti koala karena hanya bisa memeluk pohon mangga, namun tidak bisa naik ke atas dan meraih mangga yang diinginkan istrinya.
"Jangan! Aku mau suamiku yang mengambil."
Joanna berjalan mendekat, berusaha melihat dari dekat mangga incarannya.
"Itu! Di sebelah kanan, kamu lihat, kan?"
Tanya Joanna sembari menunjuk ke atas.
Jeffrey hanya mengangguk singkat dengan keringat yang mulai mengucur dari pelipisnya.
Glek...
Lagi, ketika menatap ke bawah, Jeffrey melihat istrinya kembali menelan ludah. Membuat semangatnya semakin terpacu untuk naik lebih tinggi dari posisinya sekarang.
Bugh... bugh...
Suara mangga jatuh disusul dengan tubuh Jeffrey yang ikut gugur karena pundaknya digigit semut merah.
Antara senang dan kasihan, saat ini Joanna hanya bisa membantu suaminya melepas kaosnya karena ternyata di atas banyak semut merah yang ikut menjalar di tubuhnya.
Setelah mandi, Jeffrey bergegas turun. Melihat istrinya yang sedang menikmati mangga idamannya yang berhasil didapat suaminya.
"Enak?"
Tanya Jeffrey sembari mengusap rambut istrinya.
Joanna mengangguk singkat, karena saat ini dia sedang sibuk melihat short film di iPad suaminya.
"Terima kasih, Sayang!"
Seru Joanna sebelum memasukkan mangga muda yang sudah dipotong kecil pada mulutnya.
Jeffrey tentu senang, karena dia baru saja mendapat kecupan di bibirnya. Tidak itu saja, ini juga karena wajah istrinya tampak sangat senang sekarang.
"Ya Tuhan! Itu apa!? Kenapa kamu mononton film yang menjijikkan seperti ini, sih!?"
Pekik Jeffrey setelah melihat apa yang baru saja ditampilkan di layar iPad.
"Tutup!"
"Ih! Bagus, tau!"
"Kamu tidak jijik!?"
Tanya Jeffrey dengan suara bergidik ngeri.
"Tidak, aku suka film-film seperti ini. Film yang bisa menapilkan scene berdarah-darah seperti ini. Kamu tidak suka?"
"Suka. Tetapi kalau ini... Ya Tuhan! Sayang, aku ngeri. Orangnya hamil! Kamu tidak takut?"
Joanna hanya menggeleng dan kembali menatap layar iPad lagi.
"Bodoh! Kenapa juga harus menunggu suaminya baru mau melahirkan! Kalau aku jadi dia, jelas kutinggal! Laki-laki tidak bertanggungjawab seperti itu harus diberi pelajaran! Seharusnya kamu pergi dan menikahi laki-laki lain saja!"
Jeffrey mulai menelan ludah kasar. Dia takut, takut kalau Joanna akan meninggalkan dirinya seperti apa yang baru saja diucapkan.
"Sayang, ih! Itu kenapa semakin seram!?"
Pekik Jeffrey ketika melihat tulang dan organ dalam manusia keluar dari mulut perempuan.
"Itu ibunya dibunuh anaknya sendiri karena suaminya tidak memiliki tanggung jawab! Dia meninggalkan istrinya yang hamil besar dan memintanya memakan apa itu namanya... seperti akar supaya anaknya tidak lahir sampai dia datang. Gilanya lagi laki-laki itu tidak pulang selama 13 tahun! Ya begitu, sampai bayinya besar di perut dan mengeluarkan organ dalam ibunya dari mulut! Ya Tuhan! Sayang, kamu tidak akan seperti itu, kan? Awas saja kalau kamu sampai pergi-pergi! Aku tidak mau melahirkan sendiri!"
Jeffrey hanya mengangguk kaku, menatap adegan perempuan tadi yang mulai menggunting kulit perut dan menjahitnya sendiri tanpa bius.
Akhirnya Jeffrey tahu, darimana istrinya ini mendapat ide-ide gila ketika sedang terdesak. Apalagi kalau bukan karena film-film gore seperti yang sedang ditonton sekarang.
Link short film ada di media, di bagian paling atas chapter ini. Kalo udah nonton, kasih komentar kalian di sini. Kalo suka, kapan-kapan aku kasih rekomendasi film kayak gitu lagi 😂
SPOILER
"Kami dari BNN ditugaskan untuk memeriksa kediaman Bapak Jeffrey."
"Jangan bawa suamiku! Di bersih! Pergi!"
"Pak Jeffrey terbukti sebagai pemakai. Dia juga menyimpan serbuk kokain di dalam brankas kecil yang ditanam pada lantai kamar mandi."
Aku ada work Jeffrey mau nyalon jadi Wali Kota. Cek aja work yang judulnya THE WAY :)See you in the next chapter ~