Absen dulu, yuk! Siapa aja yang masih nungguin cerita ini?
Semakin hari, tingkah laku mengidam Joanna semakin tidak terkendali. Pasti ada saja hal-hal di luar nalar yang ingin dimintai. Seperti buah manga dan kelapa muda yang Jeffrey panjat sendiri, sampai memeluk Johnny yang saat ini sudah menjadi sekretaris baru Jeffrey.
"Kamu ke kantor mau bertemu denganku atau sekretarisku?"
Tanya Jeffrey sembari menatap Joanna yang pagi-pagi sudah berpenampilan rapi dengan perut buncit dan heels tinggi.
"Hehehe, mau bertemu Mas Johnny. Serius, ini permintaan si kembar!"
Jawab Joanna sembari menyapukan highlighter tipis-tipis pada batang hidung dan bawah alis. Membuat Jeffrey geram karena sedikit cemburu pada Johnny.
"Gak! Gak boleh! Lebih baik kamu memintaku memanjat pohon pinus daripada melihatmu berpelukan dengan sekretaris baruku!"
Titah Jeffrey sembari keluar dari kamar, meninggalkan Joanna yang tampak sebal karena permintaanya diinterupsi oleh suaminya.
"Memangnya aku yang minta!? Anakmu! Si kembar!"
Pekik Joanna meneriaki Jeffrey yang saat ini menuju walk in closet guna mengganti heels miliknya menggunakan flat shoes yang senada dengan pakaiannya saat ini.
"Bertemu saja! Tidak ada peluk-peluk segala! Duduk!"
Jeffrey mendudukkan istrinya di kursi rias, kemudian mengganti heels setinggi 10 senti menggunkan flat shoes yang baru saja diambil tadi.
"Ini serius tahu! Aku mengidam ingin dipeluk---"
Greb. Jeffrey langsung memeluk istrinya, mengecupi lehernya yang hanya tertutup untaian rambut pendek Joanna.
"Aku juga serius! Aku suamimu, tidak akan kibiarkan siapapun menyentuhmu!"
Joanna tersenyum tiba-tiba, kemudian melepas pelukan dan menatap kedua mata suaminya lekat-lekat.
"Oke, melihat saja. Aku mau melihat Johnny kerja seharian."
Jeffrey tampak kesal dan mendengus sebal. Kemudian mengangguk singkat agar istrinya tidak kembali merengek padanya.
"Fine. Hanya melihat! Tidak ada sentuh-sentuhan!"
Joanna mengangguk cepat, kemudian dibantu suaminya berdiri dari kursi rias dan berjalan pelan menuju meja makan yang sudah ada Tamara dan Jessica.
Sekedar informasi, Tamara mulai ikut tinggal di sini sejak dua hari terakhir. Alasannya, tentu saja karena ingin menjaga Joanna yang setiap hari semakin susah bergerak karena perutnya semakin membuncit.
Padahal, sebenarnya itu hanya akal-akalannya saja karena dia ingin menghilangkan penat dan butuh teman.
Seperti saat ini, pagi-pagi sekali dia dan Jessica sudah bermain free fire sembari menunggu Joanna dan Jeffrey.
"Tuh, Kan! Ayo, Tante!!!"
"Mati, Kau! Mati! Kalau aku menang, nanti siang kutraktir pizza atau apapun itu sepuasnya! Yak!!! Menangggg!"
Jessica dan Tamara mulai bertos ria. Mengabaikan Jeffrey dan Joanna yang baru saja datang dan menatap aneh mereka.
Sebenarnya hanya Jeffrey saja, karena dia masih kurang nyaman akan kehadiran Tamara yang menjadi teman mabar ibunya. Tidak dengan Joanna yang sudah terbiasa mendengar sahabat dan mertuanya mengumpat karena bermain free fire dari pagi, siang hingga malam.
"Mama, sudah tua juga! Seperti anak kecil saja!"
Keluh Jeffrey mengingatkan, karena menurutnya mereka sangat berisik dan mengganggangu ketenangan.