Flashback
Setelah menonton, Joanna dan Tamara berniat langsung pulang. Karena tiba-tiba saja perut Joanna terasa mulas dan dia tidak mau memakai kamar mandi di mall.
Bukannya sombong dan sok elit. Joanna hanya takut. Takut kalau ada kamera tersembunyi yang akan merekam kegiatannya nanti.
Jangankan di mall. Ketika berlibur di Maldives saja dia sampai membawa alat pendeteksi kamera tersembunyi karena dia parno sekali.
Di tengah perjalanan pulang. Tiba-tiba saja perut mulas Joanna hilang setelah melihat Justin yang sepertinya sedang berbelanja pakaian.
"Justin? Kebetulan sekali kita bertemu di sini. Aku ingin bertanya tentang hasil pemeriksaan suamiku. Apakah sudah keluar?"
"Suamimu tidak bilang?"
Joanna menyerengit bingung. Tamara juga melakukan hal yang sama.
"Kita berbicara di tempat lain saja."
Usulan Justin disetujui oleh Joanna dan Tamara. Sehingga mereka berakhir di salah satu cafe yang teletak di food court mall yang sedang mereka datangi sekarang.
"Kamu sudah siap?"
"Justin, jangan membuatku takut."
Joanna sudah berkaca, dia tahu kalau sesuatu yang akan didengar pasti menyakitkan.
"Hasilnya negatif. Tetapi aku yakin Jeffrey masih mengonsumsi barang haram itu sampai detik ini karena dia tampak gelisah ketika disinggung tentang hal itu lagi."
"Suamiku pernah memakai narkoba? Apa maksudmu!? Suamiku tidak mungkin melakukan itu! Dia tidak pernah macam-macam selama ini! Kamu pasti mau memfitnah suamiku, kan? Aku mau pulang!"
Joanna sudah berdiri, berniat meninggalkan sesi percakapan mereka yang menurutnya sudah tidak sehat lagi.
"Joanna... Justin dan Jeffrey sudah saling mengenal sejak lama. Kamu baru orang baru dan tidak tahu bagaimana rekam jejak hidupnya."
Tamara menahan Joanna, dia juga tampak iba ketika melihat wajah sedih teman baiknya.
"Kenapa d-dia memakai itu? Kamu polisi, kenapa tidak kau beritahu kalau apa yang dilakukan tidak baik!?"
"Sudah. Aku sudah melakukannya, bahkan dia kuancam akan kupenjarakan jika tidak mau berhenti. Tetapi itu tidak berhasil karena dia pintar berdalih. Karena jengah kuceramahi, akhirnya dia menjauhiku sampai-sampai tidak mengundangku ketika menikah denganmu."
"Sejak kapan? Apa alasannya memakai barang haram itu?"
Justin menggeleng pelan, membuat air mata Joanna semakin bercucuran.
"Aku kurang tahu. Tapi mungkin karena dia merasa tertekan dan tidak mau berbagi dengan orang-orang terdekatnya. Untuk detailanya, lebih baik langsung kamu tanyakan."
Setelah tiba di rumah, Joanna tampak murung. Dia bahkan membalas sapaan Jessica dengan nada tidak semangat.
Di dalam kamar, Joanna bergegas mencari keberadaan brankas suaminya. Bukannya lancang, dia hanya ingin mencari bukti apakah tuduhan Justin benar adanya.
Karena jujur saja, sampai sekarang dia masih belum percaya kalau suaminya memakai narkoba.
Setelah sekitar setengah jam berkutat dengan password brankas, akhirnya Joanna berhasil membukanya.