7. Minggu [sudah di REVISI]

240 20 0
                                    

7. [Minggu🔥10:30]

"Gue pulang dulu," ucap Gio.

"Kenapa Buru-buru. Baru juga nyampe." ucap Rendi yang sedang menyiapkan cemilan untuk teman-temannya. Saat ini mereka sedang berkumpul di rumah Fandi.

"Gak tau. Kata Cici harus pulang sekarang,"

"Yaudah hati-hati." ucap Fandi. Lalu Gio pun bergegas pulang ke rumahnya.
Setelah sampai dirumah, Gio melihat 1 mobil mewah tersimpan rapih di garasi nya. Gio sempat berpikir, apakah ayahnya berulah lagi.
Tak mengambil pusing, Gio pun membuka pintu rumahnya.

Saat akan melangkah masuk Gio melihat satu wanita dan satu laki-laki yang sedang duduk membelakangi nya, entah siapa itu. Anehnya Cici bersandar di bahu lelaki itu.

Gio pun menghampiri mereka. "Ci." panggil Gio.

"Bang Gio,"

"Mereka siapa?!" Tanya Gio melihat dua orang itu, perasaannya seperti pernah melihat dua orang itu, tapi siapa? Dan Dimana?

"Abang gak kenal?" ucap Cici terkekeh saat melihat Gio mengeleng. "Coba Abang perhatiin baik-baik." Lanjutnya dan memegang tangan Gio untuk mendekati dua orang itu.

Melihat dua orang itu tersenyum, mengingatkan Gio ke seseorang yang sudah lama tak ia temui. Dan benar, Gio pernah melihat dua orang itu. "Kakek, nenek." teriak Gio menghambur kepelukan kakek dan neneknya itu.

"Apa kabar, cucu kakek," ucap Dirga terkekeh melihat cucunya yang sudah besar.

"Baik. Kalian kemana aja, Gio kangen." Ucap Gio merengek manja.

"Udah dulu dong manja-manja nya," Ucap Dirga.

"Masih kangen,"

"Abang Malu tau, Udah gede," ucap Cici melihat manjanya Gio.

"Biarin, Wlee."

Setelah melepas Rindu yang berat. "Kalian mau ngapain kesini? Huh." ucap Gio sambil melepas pelukannya itu.

"Yah mau liat cucu dong. Emangnya gak boleh?" ucap Lastri.

"Masih inget cucu, kirain udah lupa," Ucap Gio pura-pura merajuk.

"Marah tuh bang Gio." Ucap Cici.

"Maafin kakek Yah. Udah lama gak jenguk cucu kakek." ucap Dirga.

Memang setelah kejadian itu Dirga dan Lastri langsung pergi ke luar Negeri. Mereka tak pernah kembali lagi. Hingga kembali disaat Gio sudah besar. "Kakek Sama nenek masih tinggal di swiss?" Tanya Cici.

"Iya," ucap Lastri.

"kakek, nenek, baik-baik aja kan disana?" ucap Cici.

"Kita baik-baik aja kok disana. Dan kakek juga selalu pantau kalian dari jauh." Ujar Dirga.

"Jadi kakek udah tau semuanya." Ucap Gio.

"Kita udah tau tampa dikasih tau," ucap Dirga. "Jadi tujuan kita datang kesini ada hal penting yang harus kita sampaikan."

"Hal Penting apa itu kek?" ucap Cici dan Gio penasaran.

"Tapi sebelum itu panggilkan Ayah kamu." Ucap Dirga kepada Gio.

"Males." ucap Gio sambil bersandar di kursi. Dirga merasa Gio benar-benar benci atas apa yang ayahnya lakukan itu. Bukanya Dirga tidak tau apa yang selalu mereka lakukan. Dirga selalu memantau mereka dari jauh.

Dirga pun menyuruh Mbok Asri untuk memanggil Rios. Lalu Rios datang menghampirinya. Sepertinya Rios baru bangun tidur.

"Baru bangun tuan?!" Ucap Dirga dingin.

"Ayah kapan datang?" tanya Rios basa-basi, dan duduk di dekat Gio.

"Jangan panggil saya ayah. Jika anda masih berperilaku seperti itu. Apakah pantas seorang ayah berpakaian serperti ibu." Ucap Dirga dingin melihat anaknya dengan tatapan tak suka seperti ingin membogem wajahnya itu.

"Langsung saja keintinya." ucap Lastri kepada Dirga, Jujur Lastri pun masih merasa kecewa terhadap anaknya itu.

"Baiklah. Tujuan saya datang kesini ingin memberikan harta warisan. Selanjutnya baca disini." Ucap Dirga memberikan dokumen itu.

Lalu merekapun membacanya. Terlihat Rios menampilkan wajah tak suka atas apa yang tertulis disana. "Ayah gak bisa gitu dong. Aku anak Ayah tapi kenapa tak ada satu persen pun warisan untuk Rios." teriak Rios marah menahan emosi.

"Kenapa. Kamu butuh uang? Bukanya penghasilanmu cukup memuaskan?" Ledek Dirga Menekan kata terakhirnya dengan senyum smirk Nya itu.

"Saya tegaskan sekali lagi. perusahaan kamu Rios. Selagi kamu berperilaku seperti ini. Perusahaan itu akan saya berikan kepada Gio cucu saya. Perusahaan, Rumah ini, Mansion, Hotel, Villa, dan Toko eskrim milik Risti akan saya berikan kepada cucu saya Gio Dirgantara."

"Ini gak adil." Teriak Rios sambil mengacak rambutnya prustasi.

"Ini semua sudah adil." Tegas Dirga.

'Aku suda tak punya apa-apa'. batin Rios miris.

"Kalau kamu mau warisan, cuma ada satu cara." Ucap Dirga menawarkan sesuatu. Mungkin dengan Cara itu Rios mau berubah.

"Apa itu yah?" tanya Rios antusias.

"Berubah." ucap Dirga dingin.

Rios yang mendengar kalimat itu pun tak setuju."Enggak sampai kapanpun aku gak akan berubah. Aku lebih baik jadi miskin daripada harus berubah."

"Terserah. Sekarang kamu mau tinggal dimana. Rumah ini sudah milik Gio. Dan Gio bisa saja mengusir kamu."

'Benar sekarang aku harus tinggal dimana. Sedangkan semunya milik Gio. Apa aku tinggal di apartemen saja. Perasaanku tadi ayah gak menyebutkan apart itu milik Gio.' Batin Rios.

"Apartemen dan juga villa sudah termasuk milik Gio." ucap Dirga Seolah-olah tau isi kepala Rios.

"Lihat sekarang. Kamu sudah miskin. Tidak punya apa-apa lagi. Ini semua karena ulah mu sendiri. Berubah Rios kamu gak pantas seperti ini." Ucap Lastri menahan isak tangisnya yang akan keluar.

"Jika kamu masih ingin aku anggap anak, berubah Rios cuma itu jalan satu-satunya."

"Oh iya Gio. Setelah ini kakek dan nenek akan langsung pulang ke Swiss. Kita akan kembali setelah pekerjaan kita selesai disana."

***

Different (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang