19. Jangan Pergi [sudah di REVISI]

132 10 1
                                    

'Dari seribu teka teki, Baru satu yang berhasil aku jawab'

19. [jangan Pergi🔥]

Pagi ini terlihat sangat mendung mungkin karena efek hujan semalaman, atau mungkin bakalan datang hujan lagi. Langit pagi ini terlihat begitu gelap sama seperti didalam kamar Gio, gelap dan hening. Gorden dibiarkan tertutup tidak ada celah sedikitpun cahaya yang masuk.

Gio masih betah menutup tubuhnya dengan selimut tebal. Menatap kedepan dengan pandangan kosong, Kegelapan ini sangat membantu dirinya untuk menenangkan dari setiap masalah yang menimpa dirinya.

Tok tok tok

"Bang bangun udah siang." panggil Cici diluar kamar Gio.

Namun Gio tidak mendengarkannya ia malah menenggelamkan kepalanya di dalam bantal. Dirinya tidak ingin Diganggu oleh siapapun.

'Gak boleh keluar, gak boleh keluar sebelum ayah jelasin semuanya' Gio terus saja berguman pelan sambil mengulang kalimat itu.

"Bang, abang gak ngampus?" Tanya Cici, namun Gio tidak Menjawabnya. Cici membuang nafas nya pelan tersenyum simpul menatap pintu kamar yang tertutup didepannya.

"Gimana? Gio masih gak mau keluar?" Tanya Rios menghampiri Cici yang masih berdiri didepan kamar Gio.

"Enggak Om," ujar Cici lesu.

"Biar Om Yang coba, kamu bantuin lagi Mbok Asri." lalu Cici pergi kedapur untuk membantu Mbok Asri. Lalu Rios mengetuk pintu sembari memanggil Gio.

"Gio bangun, udah siang! Kamu gak berangkat kekampus?" Namun Gio masih diam didalam kamarnya.

"Gio keluar! Atau enggak ayah akan dobrak pintunya!" namun masih tidak ada jawaban dari dalam.

"Gio jangan seperti ini, keluar. Kamu kenapa Gio? Kamu mau apa?" Ujar Rios dengan nada yang sedikit keras.

"Gio gak minta apa-apa selain penjelasan ayah!" Ujar Gio didalam sana. Rios membuang nafas kasar, memijat pangkal hidungnya. "Gio keluar jangan seperti ini!"

"Enggak, sebelum ayah jelasin semuanya!"

"Terserah kamu Gio." ujar Rios lalu pergi dari depan kamar Gio.

Gio yang tidak mendengar ada orang yang berteriak lagi diluar, Gio didalam kamar tersenyum getir. "Apa begini rasanya gak dipeduliin, gak ada yang mengerti," ujar Gio sambil membuang nafas memprihatinkan. "tapi tidak apa Gio ini bukan yang kesekali tapi kesekian kali." ujar Gio menguatkan hatinya.

***

Gio berjalan gontai ke meja makan untuk sarapan, setelah insiden permintaan Gio yang ingin penjelasan. Gio tidak peduli dengan prinsipnya ia lebih mengutamakan mengisi perutnya yang kosong, daripada merajuk tidak jelas.

"Akhirnya kamu keluar." ujar Rios tersenyum saat Gio baru menempati kursi yang kosong.

Namun Gio tidak menghiraukannya. Ia menatap kosong kedepan seolah-olah tidak ada kehidupan setelahnya. Lalu Gio memakan roti yang disiapkan oleh Mbok Asri. Mengigitnya dengan pelan seolah tidak ada selera makan. Entah kenapa perutnya mendadak tidak ingin diisi.

"Gio kamu mau kemana?" Tanya Rios.

Gio tidak memperdulikannya ia malah melanjutkan jalannya dan pergi tak tentu arah.

***

Disinilah Gio berada didepan rumah besar yang menjulang tinggi. Gio bertekad ingin menanyai statusnya secara langsung kepada pemilik hati. Walaupun penolakan akan Gio dapat, Gio tidak akan pernah mundur.

Different (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang