25. Menjauh [sudah di REVISI]

67 6 2
                                    

25. [Menjauh🔥]

Menjauh adalah cara terbaik agar keduanya tidak merasakan sakit hati. Tapi apakah aku sanggup berpisah dengan orang yang sangat aku cintai. Aku tolol sungguh tak berguna. Kenapa aku harus jatuh cinta sama orang yang hatinya entah untuk siapa. Cuma karna ucapan beberapa tahun lalu saat diriku masih kecil, kenapa aku menggangap itu sungguhan. Bahkan dengan janji saja dia suda lupa, apalagi dengan diriku.

Sungguh aku ingin sekali melupakan itu semua. Tapi tidak bisa, Semakin aku mencoba melupakan, rasa itu semakin besar. Saat dia menolakku aku terima, walau sakitnya masih terasa. Tapi aku menggangap itu semua tidak pernah terjadi.

Dikamar berwarna pink muda gadis itu sedang menangis sambil menyelesaikan isi curahan hatinya di buku diary.

Dia Cindi gadis yang beberapa waktu lalu ditolak, walau dengan cara yang berbeda tapi Cindi merasakan bahwa dia ditolak sebelum bertindak.

Ia merasa sangat sakit hati dengan sebuah janji omong kosong itu. Cindi tak bisa menyalahkan siapapun entah Gio yang mengingkari atau Cindi yang bodoh karena telah menggangap itu semua nyata.

"Kamu mau kemana?" Tanya anak laki-laki yang bernama Gio.

"Aku harus pergi,"

"Jangan pergi aku takut," Ujar Gio sembari matanya berkaca-kaca.

"Aku pergi tak akan lama, nanti aku akan kembali lagi, jangan nangis yah."

"Aku gak akan nangis, kalau kamu gak pergi."

"Aku gak akan lama kok,"

"Kamu mau janjikan?"

"Janji apa?" Gio mengambil sebuah kotak kecil bewarna merah lalu membukanya.

"Kamu harus kembali, dan kamu harus bersama aku, nanti setelah kita besar. Aku akan menikahimu seperti orang-orang." Janji seorang Gio sembari memberikan kotak merah yang berisi kalung berliontin Bulan.

"Bulan ini akan selalu menemani kamu saat kamu tidak bersama aku,"

"Aku janji." Mereka berdua saling menautkan jarinya sembari tersenyum.

Cindi menangis pilu saat mengingat kebersamaan mereka dulu. "Kak apa kamu masih ingat dengan semua itu? Kenapa kakak melupakanya."

"Arghhh."

***

"Cindi." Panggil Gio sembari menghampiri Cindi. Gio ingin meminta maaf atas kejadian kemarin.

"Ah iya kak, ada apa yah?"

"Kamu sibuk gak,"

"Emm kayaknya Enggak sih, emangnya kenapa kak?"

"Emm aku." tak sengaja Gio melihat kalung yang dipakai Cindi, ia baru pertama kali melihat kalung itu, dan sepertinya Gio pernah melihat kalung itu. "Kok aku kayak pernah lihat kalung kamu Cin, tapi dimana yah?"

"Hi iya bagus gak," Ujar Cindi tersenyum sembari memegang liontin Bulan.

"Bagus,"

"Kakak tau gak Ini pemberian seseorang loh waktu aku dan dia masih kecil, Aku masih menyimpanya dengan baik,"

"Wah baik banget yah dia," ujar Gio.
'kakak gak tau ini pemberian kakak loh,' ujar Cindi didalam hati.

"Dan katanya, Bulan ini akan selalu menemani aku saat aku tidak bersamanya."

Gio hanya menyimak apa yang Cindi sampaikan. Gio sepertinya Dejavu, dia seperti pernah mengalaminya, kapan? dan dimana?

"Oh ya kakak ada apa panggil aku," tanya Cindi yang sedikit kecewa karna Gio tidak mengingatnya.

"Oh ya aku lupa, eumm aku mau.."

"Cindi." Panggil Bagas diseberang sembari berlari menghampiri Cindi.

"Ada apa?" Tanya Cindi ketus, pasalnya Cindi Sangat kesal dengan Bagas. Bisa dibilang mereka musuh dikelasnya. Tadi saja Bagas menempelkan bekas permen karet kerambut Cindi hingga mengakibatkan Rambutnya harus dipotong sebagian, sungguh jailnya bukan maen.

"Aciee.. masih marah, jangan marah-marah nanti cepat tua loh,"

"Bodoamat, buruan mau ngapain, aku gak ada waktu yah buat cowo tengil kayak kamu,"

"Eh btw Kita harus ngerjain tugas kita." Ucap Bagas.

"Jangan deh nanti nangis,"

"Eh nih bocah serius napa."

"Iya-iya bukanya besok yah?" tanya Cindi bingung, kan mereka janjinya besok bukan sekarang.

"Iya gue besok ada acara makanya gue mau nyelesaiinya sekarang."

"Lah ko gituh," ujar Cindi tak terima.

"Emang nya lo besok mau ngerjain sendiri kalau gue sih enggak yah kan gue ada acara."

"Iya deh, Kak maaf yah aku mau ngerjain tugas dulu, kita ngobrolnya nanti aja," ujar Cindi yang hampir melupakan kehadiran Gio.

"Iya gakpapa kok," ujar Gio sembari tersenyum kecil.

"Bang minjem Cindi bentar," ujar Bagas.

"Iya santai aja,"

"Emangnya aku barang," Ujar Cindi jutek.

"Diem ah lu bocil." Bagas merangkul Cindi dan Gio merasa ada yang aneh dengan dirinya kenapa melihat Cindi akrab dengan Cowok sedikit membuat hatinya sakit. Apa mungkin Gio sudah memiliki sedikit perasaan kepada Cindi.

***

Keesokan harinya Cindi mengajak Cici ngobrol dikantin. Mereka sedang makan Mie ayam dikantin kampus. "Ci, aku mau nanya dong," Ujar Cindi membuka obrolan. "Emm kamu tidak perlu menjawab kalau ini terlalu pribadi."

Cici hanya menganguk sembari memakan Mie ayam dan mendengarkan apa yang akan ditanyakan Cindi. "Kenapa Kak Gio lupa sama aku,"

"Uhuk," Cici tersedak. "Maksudnya?"

"Eh bukan, bukan. Maksudnya aku ituh, kenapa kak Gio sering kali lupa?"

"Oh," Cici terdiam sejenak. Cindi bertanya-tanya didalam hatinya apakah Cici marah atas pertanyaan Cindi. "Jadi dulu tuh, dia pernah kecelakaan,"

"Maksudnya kecelakaan karna apa?"

"Dulu Gue sama Bang Gio punya teman cewek, Nah temen kita itu pergi entah kemana katanya sih bakal balik lagi sampe bang Gio nunggu 10 tahun pun dia belum kembali hingga membuat Bang Gio kepikiran tiap harinya. Terus saat Bang Gio mengendarai mobil dia mengalami kecelakaan dan kepalanya terbentur dan mengakibatkan koma beberapa bulan, tapi pembenturan tidak terlalu parah sih dan dia juga masih ingat kok sedikit demi sedikit."

Cindi yang mendengar Cerita Cici dibuat syok. "Cuma karna Cewek itu," jika memang benar Cindi merasa bersalah ia yakin seratus persen itu adalah dirinya yang meningalkan Gio.

Cici menganguk membenarkan. "Tapi ini bukan tentang cewek itu saja, sebenarnya kehidupan bang Gio jauh dari kata bahagia. tapi maaf Cin lo memang sahabat baik gue tapi gue gak bisa ceritain kehidupan bang Gio karna yang berhak menceritakan itu bang Gio sendiri,"

"Iya Ci aku ngerti kok, karna gak semua bisa diceritain, kan kita berhak mempunyai privasi masing-masing." Cici menganguk membenarkan.

"Oh ya kalau boleh tau siapa cewek itu?"

"Gue gak tau namanya karna dulu dia ngenalinnya adek cantik atau dia mau dipanggil princes cantik. Cewek itu princes nya gue ratunya dan bang Gio pangeran gantengnya. Bang Gio dan cewek itu harus jadi pasanganya karna kalau enggak cewek itu bakal nangis dan gak mau main lagi, Lucu banget."

"Aku masih ingat Ci kenangan kita dulu, aku gak bakalan melupakanya."

***

Different (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang