24. Awal Baru [sudah di REVISI]

92 7 2
                                    

"Semuanya serba baru, apa pacarpun harus baru?"

...

24. [Awal Baru🔥]

Matahari di Pagi hari ini terasa sangat cerah, secerah wajah Gio. Daritadi Ia terus tersenyum. Dimeja dapur mereka sedang berkumpul untuk sarapan pagi.

Cici yang melihat Gio daritadi senyum-senyum sendiri pun bergidik ngeri. "Bang gak pegel tuh mulut daritadi perasaan senyum terus kenapa, menang lotre?"

"Iyain," jawab Gio masih dengan senyumnya yang belum pudar.

"Hish nyebelin."

Terlihat Rios keluar dari kamarnya berjalan menuju meja makan tempat Gio berkumpul. Semua orang yang sedang bercanda disitu tiba-tiba terdiam dengan tatapan datar. Hingga Gio tersenyum simpul, senyuman spesial pagi hari yang pertama kalinya diberikan kepada Ayahnya.

"Selamat pagi Ayah," sapa Gio.

"Selamat pagi Boy." Jawab Rios sembari menarik kursi untuk ia duduki.

"Aku dan ayah akan membuka lembaran baru ya kan
Yah," Ujar Gio membuka percakapan sembari melirik Ayahnya yang sedang menganguk dan tersenyum. Cici dan Mbok Asri yang berada disitu ikut senang.

"Aku ikut senang mendengarnya Bang," Ujar Cici. Mereka berbicara seperti keluarga sebelumnya. bercerita tentang keseharian, seperti tidak ada kejadian buruk dimasa lalu.

"Tapi Abang masih kepikiran sama Bella, Abang selalu bertanya-tanya. Sedang apa dia? udah makan atau belum? apa dia baik-baik aja?" Ujar Gio membuang nafas pelan.

"Abang gak perlu khawatir, kak Bella pasti bahagia bareng keluarga barunya,"

"Semoga aja yah Ci, tapi firasat Abang dia kayaknya sedang tidak baik-baik aja, waktu nikah aja dia nangis katanya gak mau bareng Fero dia orang jahat apa bener yah?"

"Aku juga gak tau bang, Aku pernah ketemu sama aki-aki tua itu katanya harus jauhin abang sama kak Bella, aku gak tau apa yang terjadi sama mereka, semoga aja kak Bella baik-baik aja,"

"Iya kamu Gak usah khawatir, Semoga aja Bella baik-baik aja, sehat dan bahagia selalu, kita doain yang terbaik buat Bella." Ujar Rios. Gio pun menganguk.

"Apa Abang masih cinta sama kak Bella?" Tanya Cici.

"Ya gimana yah dibilang cinta sih iya, malah masih sayang, tiap waktu kepikiran mulu. Tapi mau bagaimana lagi diakan udah bukan siapa-siapa Abang."

"Abang yang sabar aja. Aku punya sesuatu buat abang biar bisa lupain kak Bella,"

"Apa?"

"Nanti abang akan lihat sendiri."

***

"Apa!" Ujar Gio Kaget.

"Enggak. Apa-apaan ini?"

"Ini cara terbaik buat Abang agar bisa lupain kak Bella," ujar Cici terus terang. Mereka kini sedang berada didalam Caffe tema alam.

Gio melirik Cindi yang sedang menunduk. "Dengan jadiin Cindi pelampiasan?"

"Kok Abang mikirnya gitu sih! Emangnya Abang mau jadiin Cindi pelampiasan?" Ujar Cici dengan Kesal.

"Ya enggak gitu juga Ci, kita gak bisa maksa perasaan buat seseorang. Aku gakmau disaat aku masih kepikiran Bella ada orang yang sakit hati.  Aku gak mau Cindi jadi sakit hati karena gara-gara aku yang gak bisa ngelupain Bella."

"Abang bukanya gak bisa tapi Abang gak mau. Cobalah buka hati lagi siapa tau nanti lupa sama kak Bella."

"Tapi gak gini juga caranya Ci, soal perasaan itu tidak mudah, abang gak mau melibatkan seseorang untuk melupakan seseorang."

"Ya terus gimana, aku gak mau abang kepikiran istri orang terus." tekan Cici dengan sinis.

Gio bungkam daritadi Cindi hanya diam. Cici menghela nafas berat setelah beberapa menit terdiam. "Emang Abang gak suka yah sama Cindi?" Ujar Cici sambil melihat Cindi. "Dia baik bang, cantik pinter abang gak suka?"

"Bukanya gak suka Ci, tapi gimana yah abang bingung,"

"Bingung kenapa bang?" Ujar Cici greget.

Gio menghela nafas panjang. "Cindi." Cindi pun memutar tubuhnya menghadap Gio yang duduk disebelahnya. "I-iya kak," Ujar Cindi Gugup ia tidak berani menatap wajah Gio.

"Maafin aku yah. Bukanya apa tapi aku takut nyakitin kamu."

"Abang gak mikir yah Abang udah nyakitin dia sekarang," teriak Cici dengan emosi. Cindi yang menunduk pun terlonjak kaget mendengar teriakan Cici, daritadi ia terus menjadi penonton perdebatan antara dua saudara itu.

"Udah Ci udah Aku gakpapa kok, aku ngertiin kak Gio karna kak Gio butuh waktu. kamu jangan maksa kak Gio yah, karna perasaan itu tidak boleh dipaksakan."

"Katanya Abang mau memulai awal baru, aku gak mau Abang kepikiran dia terus."

"Abang tau ini demi kebaikan Abang, tapi kamu mikir gak sih gimana susahnya jadi aku ditingalin nikah tampa sebab, dipaksa Pacaran sama orang yang gak aku suka. Kamu egois Kamu terlalu memaksakan keinginan kamu, Asal kamu tau Ci, akan ada korban disini yaitu Cindi, dia akan makan hati terus kalaupun kamu tetap maksa aku untuk pura-pura cinta saja gak akan aku lakuin, karna apa? Karna didalam hati aku masih ada nama seseorang yang pernah singgah dihati aku."

"Jadi disini aku yang egois atau kamu?" Teriak Cici sambil menunjuk wajah Gio.

"Mikir sendiri!" Lalu Gio pergi dari tempat itu dengan perasaan campur aduk.

"Apa aku terlalu maksa yah, apa aku egois yah." Cindi mengeleng.

"Semua butuh waktu Ci, ini terlalu cepat buat kak Gio."

"Aku cuma gak mau Bang Gio kepikiran kak Bella Terus, aku gak tau harus ngapain lagi,"

"Biarkan kak Gio yang menentukanya, kita gak perlu ikut campur tentang perasaan kak Gio, yaudah mending kita pulang aja yuk, kamu gak papakan?"
Cici mengeleng. lalu mereka pulang dengan perasaan campur aduk.

"Kalau kamu tau siapa aku? Apa kamu bakalan tetap seperti ini?" Batin Cindi sedih.

***

"APA!"

"WHAT!"

"NAON?" Ujar Angga Beda sendiri.

"Apa Gue Egois yah?" Ujar Gio.

Saat ini mereka sedang berada dirumah Rendi. "Lo gak salah sih, karna semuanya emang butuh waktu buat lo. tapi Menurut Gue Cici juga gak salah tujuan dia itu baik, dia gak mau lo kepikiran Bella terus, tapi ini terlalu cepat." Ujar Rendi panjang lebar.

"Gue gak tau harus ngapain lagi?"

"Ikutin kata hati lo! lo mau apa saat ini?" Usul Rendi.

"Gue, Gue mau Bella,"

"Yaudah."

"Yaudah apa?"

"Rebut, gampang kan." Ujar Rendi enteng.

Angga yang mendengar itu melotot. "Gampang pala lo jajar genjang,"

"Abisnya Lo jadi cowok plin-plan banget sih!" Kesal Rendi.

"Menurut Gue yah, lo bunuh diri aja deh kalau hidup lo merasa berat," Ucap Fandi.

"Enak aja, digentayangin mau?" Ujar Gio.

"Hehe enggak canda,"

"Menurut Gue sih yah, mending lo pacaran aja sama Cindi, nanti juga lo bakalan cinta sama dia, daripada lo gini terus, gak jelas hidup lo. Ini gak mau, itu gak mau. Kan bingung." Ucap Fandi.

"Kaya Baby, Awsh ah.." Ujar Angga.

"Ih jijay banget sih lo." Ucap Rendi bergidik ngeri.

***

Different (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang