#23

402 66 24
                                    

Kepercayaan yang baik
Akan berujung baik juga kan?

-setiase-

Gadis itu masih terdiam, jemarinya pun belum juga berhenti memainkan bolpoin. Jesi yang duduk di sebelahnya melirik sekilas, mengamati Antara yang fokus menatap papan tulis di depan. Meskipun terlihat biasa saja, Jesi sangat yakin bahwa pikiran gadis itu sudah melayang kemana-mana sejak tadi. Sembari kembali memfokuskan pandangannya ke depan, lengan gadis itu bergerak menyenggol Antara.

"Tar,"

Antara menoleh sekilas, "Apa?"

"Gajah punya kaki berapa?"

"Apaan sih setan."

Jesi mencibir gadis itu, "Lo kenapa sih? ada masalah ya?"

"Overthinking doang gue."

"Yaelah, masih pagi udah mikir berat, kalo bunuh diri jangan gentanyangin gue lo ya!"

"Amit-amit, mending gue gentanyangin Angkasa."

"Serius nih, lo kenapa?" tanya Jesi membuat Antara meliriknya lagi.

"Kalo pacar lo nih misal, nanggepin chat dari cewek lain, nah tapi dia nggak tau kalau lo tau, menurut lo, lo harus gimana?"

Jesi meletakkan tangannya di dagu, "Tergantung dulu respon dia ke chat cewek lain itu kayak gimana, ya kalo biasa aja sih gue diem aja."

"Kalo si cewek ngajak ketemu dan di iya in sama pacar lo, gimana tuh?"

"Ya gue tanya aja langsung, daripada salah paham kan, siapa tau itu sepupunya, sodaranya," Jesi terdiam sebentar. "Tapi tunggu dulu deh, emang Angkasa ngapain? dia ketemu cewek lain?"

"Iya kemarin, kayaknya sih."

"Ha?!"

Antara menutup mulut gadis itu, "Jangan berisik!"

"Bentar, jangan-jangan kakak ceweknya. Lo inget kan Tar, waktu kita ketemu mereka di mall?"

"Iya juga sih, kontaknya juga cuman dinamain R doang."

Jesi mengangguk, "Nama kakaknya kan Rainata, bisa jadi tuh."

"Duh nggak tau deh, pusing aing."

"Aneh lo kadang-kadang emang! Udah mending ntar tanyain aja langsung ke manusianya."

Pintu kelas tiba-tiba diketuk oleh seseorang dan membuat seluruh pandangan teralihkan kesana. Beberapa siswi sempat menahan senyum dan buru-buru merapikan duduk saat melihat siapa yang bertamu ke kelas mereka. Pak Ammar menghentikan acara tulis menulisnya dan menoleh pada Angkasa yang kini hanya berdiri di ambang pintu.

Panjang umur emang.

"Ada apa Angkasa?"

"Nyari pacar saya, Pak." jawab Angkasa membuat seisi kelas riuh dengan siulan.

"Saya serius Angkasa."

"Mau manggil Antara, disuruh Bu Lia ke ruangannya."

Pak Ammar mengangguk paham dan menatap Antara yang kini sudah berjalan menghampiri beliau dengan senyum lebar.

"Salim dulu atuh cikgu."

"Nanti selesai dari sana, cepat kembali ya Antara." Pak Ammar menerima uluran tangan muridnya sambil mengingatkan gadis itu untuk tidak kabur.

"Siap!" Antara buru-buru keluar dan mengamit lengan Angkasa setelah sebelumnya menjulurkan lidah pada temannya yang duduk di bangku pojok paling depan. "Iri kan lo? belepotan tuh lipsticknya."

ANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang