Menjadi ketiga diantara kata satu,
menjelma rasa di antara,
menyelinap dalam diam di sela-sela.-setiase-
Antara memeluk erat pinggang Angkasa selama perjalanan pulang. Gadis itu menghirup banyak-banyak aroma maskulin yang selalu ia rindukan. Sebanyak mungkin juga mengumpulkan apa-apa tentang Angkasa yang dirasa mampu menutupi rasa sakit hatinya. Mencoba melewati halaman kekecewaan yang mungkin masih menimbulkan tanda tanya besar tanpa jawaban. Dan di bawah kesaksian bisu langit sore pada hari itu, Antara menyatakan bahwa ia akan menjadi perempuan paling egois dalam mencintai Angkasa.
"Mas pacar!"
Angkasa meliriknya lewat kaca spion, "Hm?"
"Tara sayang mas pacar!"
"Udah tau."
Antara ikut tersenyum saat Angkasa menarik sudut bibirnya singkat, "Kamu nggak mau bilang sayang aku juga gitu? pacar kamu paling cantik loh ini sejagad raya."
"Nggak mau, males."
"Dih ngeselin!"
Motor Angkasa berhenti tepat di depan gerbang rumah Antara. Gadis itu turun dan berusaha membuka helmnya. Kegiatan yang jelas tak luput dari perhatian Angkasa. Melihat Antara masih juga kesusahan, ia menyingkirkan tangan gadis itu dan membantu Antara membuka kaitan helmnya.
"Gitu aja lama banget."
"Ya kan susah," Antara tersenyum. "Nggak mau mampir dulu?"
"Nggak usah, keburu hujan."
Gadis itu menatap langit yang mulai mendung. "Habis ini mau kemana?"
"Basecamp mungkin."
"Angkasa,"
"Apa?" tanya Angkasa sambil menatap gadis di hadapannya dengan seksama.
"Lupa mau ngomong apa."
"Aneh lo."
"Sana ah pulang, aku itungin nih, kalo sampe lima nggak pergi hukumannya nggak boleh pulang."
"Lah apa apaan?"
"Satu," Antara menaikkan jari telunjuknya dengan muka tanpa dosa. "Dua.."
"Tar,"
"Tiga.."
"Nanti malem gue jemput ya?"
"Empa..ha?! ngapain? kemana?"
"Ya kemana aja."
"Asikkk!!! ya udah jangan telat ya?! jam berapa?"
Angkasa mengangguk, "Jam 7 udah bisa siap kan tuan putri?"
"Laksanakan pengawal!"
"Pangeran gitu kek minimal."
"Males! bye! Antara mau siap-siap dandan dulu!" ucapnya sambil melambaikan tangan, buru-buru masuk ke rumah dengan senyum bahagianya. Tapi baru sebentar hilang di balik gerbang, kepalanya sudah kembali menengok ke arah Angkasa yang terdiam.
"Kamu pulangnya hati-hati ya!"
"Cium dulu sini."
"Ih takuttt," Antara terkekeh. "Bayangin aja deh."
"Udah sana."
"Belum salim loh," Antara mengacungkan tangannya dari pintu gerbang. "Tapi aku males jalan ke situ."
Angkasa menggeleng heran dengan tingkah laku gadis itu, namun tak urung ia pun tetap turun dan mendekati Antara. Mengamit tangan gadis itu untuk berpamitan dan menciumnya tepat di punggung tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA
Teen FictionKamu pilih mana Angkasa? aku menunggu perasaanmu baik-baik atau kubiarkan saja? Karena ternyata, Semakin dikejar tanpa jenuh, larimu semakin jauh. Kamu sudah ada di depan sana saat aku masih disini-sini saja. Beginilah aku, masih memaksa ingin mene...