#2

899 99 4
                                    

Ada sesuatu yang
sengaja kau tutup pada aku
yang memilih tetap.

-setiase-

Gadis dengan rambut coklat yang ujungnya sengaja dibuat bergelombang itu menatap pantulan dirinya di depan cermin. Setelah menyisir rambut dan mengoleskan lip balm di bibirnya, Antara tersenyum. Matanya beralih menatap Jesi yang baru saja keluar dari salah satu bilik toilet.

"Kadang suka nggak ngerti ya, kenapa gitu si Vena cabe-cabean itu nggak ada habisnya gangguin gue."

Antara tertawa, "Ya lo sih pake mancing-mancing juga."

"Gedek banget gue Tar, semuanya aja digodain. Nggak Angkasa, nggak Darel, nggak Arka."

"Ya udah sih, yang penting dia udah nggak deket-deketin Angkasa lagi."

"Cepet lulus aja deh tuh orang, males banget gue liat mukanya."

Jesi bergerak membetulkan posisi dasinya setelah selesai mengucir rambut. Gadis itu menoleh pada Antara, menarik tangan sahabatnya agar lebih mendekat. Mereka sama-sama menatap pantulan keduanya di dalam cermin, membuat Antara bingung juga apa maksud gadis ini.

"Ngapain sih, ayo ah."

"Lihat dulu deh kita," Jesi tersenyum. "Gara-gara kita berdua cantik banget kali ya Tar, makanya banyak yang pada iri."

"PD banget gila!" Antara tertawa lepas.

"Suka capek sendiri kadang jadi cantik gini."

"Ayo ah Jes! laper nih gue."

Jesi pun akhirnya mengangguk dan mengikutinya keluar dari toilet, bertepatan dengan beberapa siswi yang bergantian masuk kesana. Untung saja, adegan memuji diri sendiri tadi terjadi saat di toilet hanya ada mereka berdua. Kalau nggak, bisa malu nanti Antara.

Belum juga sampai kantin, kedua gadis itu berpapasan dengan Angkasa yang berjalan bersama Darel di koridor. Antara tersenyum, matanya menatap lurus seseorang yang saat ini juga mengamatinya sambil tetap berjalan. Seragam yang tidak pernah rapi berpadu dengan wajah tampan dan rambutnya yang ditata sembarangan. Satu kancing seragamnya juga sengaja dibuka hingga memperlihatkan kaus hitam polos yang Antara yakin sama wanginya dengan kemeja Angkasa.

"Kedip Tar."

"Jes, cowok gue ganteng banget ya."

"Hilih halu!" Jesi menatap kedua orang yang kini sudah berhenti tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Mau kemana Kas?"

"Kantin belakang."

"Di kantin dalem aja biar barengan."

Angkasa menggeleng, "Gue duluan Tar."

Antara menahan lengan cowok itu saat melewatinya, bermaksud agar membuatnya berhenti. Mata gadis itu mengernyit, menelisik wajah Angkasa yang sepertinya berbeda dari biasanya. Antara menghembuskan nafas pelan saat menyadari sudut bibir Angkasa berdarah, apalagi pelipisnya yang kini sudah bewarna keunguan.

"Berantem lagi?"

Angkasa diam saja.

"Berantem lagi kan, Rel?" tanya gadis itu pada Darel yang setelahnya dijawab anggukan.

"Kebiasaan."

"Eh tolongg, ini jadi makan nggak?"

Tara menoleh pada Jesi, "Makan sama Darel aja ya, gue mau ngurusin anak ganteng dulu."

"Gue nggak papa."

Antara menggeleng, "Diem deh, biar gue obatin."

"Nggak usah."

ANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang