Saat kulihat kamus,
Kutemukan aku dengan
definisi yang tetap mencintaimu.-setiase-
Gadis itu mengecek jam tangannya sekali lagi, memastikan bahwa jarum jam tidak berjalan cepat dan lambat secara bersamaan. Cepat pada kenyataan, namun terasa lambat saat disandingkan dengan acara menunggu seseorang. Ia melihat lagi pantulan dirinya di depan cermin yang sudah siap dengan seragam sekolahnya. Menghembuskan nafas sebentar lalu bangkit untuk keluar dari kamar.
Tidak lupa bahwa kemarin Angkasa mengajaknya berangkat dan pulang bersama untuk hari ini kan?
"Loh Non Tara belum berangkat? tapi tadi Mbak Jesi saya liat udah pergi."
"Iya, tadinya sih mau dijemput. Tapi kayaknya nggak jadi deh."
Mbak Nur hanya mengangguk, "Mau sarapan dulu, Non?"
"Nggak usah, langsung berangkat aja." pamit gadis itu sebelum memesan ojek online dari aplikasi di ponselnya.
Setelah menunggu beberapa saat, suara deru motor terdengar samar-samar. Antara diam sebentar, namun ia buru-buru menyadari bahwa banyak orang yang memiliki motor yang sama dengan Angkasa di perumahan ini. Jadi ia memutuskan untuk tetap menunggu ojek online pesanannya yang sudah hampir sampai.
"Mbak, Tara pergi dulu ya." teriak gadis itu saat melihat bapak-bapak dengan jaket hijau sudah berhenti di depan rumahnya.
Gadis itu memakai helmnya sendiri dan menoleh saat suara deru motor yang tadi didengarnya kini mendekat. Melihat Angkasa yang menghentikan motor tidak jauh dari tempatnya berdiri, Antara spontan tersenyum dan berjalan menghampiri cowok itu.
Antara tetap Antara yang sangat jatuh cinta pada Angkasa kan!
"Sorry, susah bangun."
"Tapi gue udah terlanjur pesen ojek, Kas. Kalo gitu berangkat barengan aja, kasian bapaknya."
Angkasa mengangguk dan turun dari motor untuk mendekati bapak ojek. Antara bingung, ia mengamati cowok itu berbicara sebentar sebelum menyerahkan uang kepada ojek onlinenya. Kemudian Angkasa berbalik, mendekati Antara dan menyuruh gadis itu untuk naik ke atas motornya.
"Katanya tadi berangkat bareng."
"Lah," Antara memutar bola matanya malas. "Maksudnya, barengan ke sekolah. Lo bawa motor, gue sama bapaknya."
"Itu orangnya udah pergi."
"Ya soalnya udah lo suruh!"
"Mau dipanggilin lagi?" Antara hanya menatap datar cowok itu sebelum memutuskan naik ke atas motor Angkasa.
"Udah?"
"Udah."
"Ya udah turun."
"Angkasa jangan bercanda deh, udah telat ini!" ucap gadis itu menatap tajam Angkasa dari kaca spion.
"Untung gue sayang, Kas."
"Apa?" tanya Angkasa yang sudah menjalankan motornya keluar dari perumahan.
Dengan kesal Antara memposisikan helm Angkasa menghadap ke depan seperti semula, "Udah ah, nggak usah noleh-noleh."
Angkasa mulai memasuki jalan besar yang biasa dilewati Antara, bergabung dengan kendaraan lain yang mungkin sama-sama akan berangkat sekolah atau menuju tempat kerja. Sesuai dugaan, gerbang sudah ditutup rapat dari dalam dan mereka berdua harus berakhir di tangan Bu Lia seperti yang seharusnya.
"MasyaAllah, ini malah telat paket double. Bentar yo, tunggu sini, biar saya panggilkan Bu Lia."
Antara sedang malas mendebat Pak Solikin sehingga gadis itu hanya diam.
Ia mengamati punggung Angkasa dari belakang. Bertanya-tanya apa orang di depannya ini masih hidup? Apakah setiap hari dia seperti ini? seperti permukaan air yang tenang namun justru mematikan karena kedalamannya yang tak terkira. Lalu bisakah dia kembali ke permukaan saat sudah terlalu lama tenggelam?
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA
Teen FictionKamu pilih mana Angkasa? aku menunggu perasaanmu baik-baik atau kubiarkan saja? Karena ternyata, Semakin dikejar tanpa jenuh, larimu semakin jauh. Kamu sudah ada di depan sana saat aku masih disini-sini saja. Beginilah aku, masih memaksa ingin mene...