Aku baru menyadari
bahwa aku merasa patah pada setiap bagian yang belum tumbuh.-setiase-
Siapa yang pertama bilang bahwa hanya laki-laki yang boleh berjuang? Bukankah kita sama-sama diberikan sepotong hati untuk bisa merasakan mana yang harus diperjuangkan dan mana yang sebaiknya dibiarkan? Memang sih pada dasarnya, pandangan masyarakat bilang laki-laki harus memperjuangkan perasaanya. Lalu, bagaimana jika saat melihat perasaannya sendiri saja dia tidak mampu?
Siapa yang pertama bilang bahwa perempuan hanya boleh menunggu? Apakah kita bisa dipaksa untuk tetap diam saat ingin bergerak? Jika tidak, apakah hatimu juga dapat dipaksa diam saja untuk menunggu seseorang yang bahkan belum tentu mengejar kita? Kalau kita hanya berdiri di utara sambil menunggu dia mengejar, padahal dia lari ke arah lain, sampai kapan perasaan itu harus dibiarkan tanpa pernah mencoba diutarakan?
Siapa yang pertama bilang bahwa menghindar artinya menolak? Bukankah semua punya waktunya sendiri untuk menyadari perasaannya? Ada yang butuh waktu sebentar untuk akhirnya mengakui juga, ada yang butuh waktu lama untuk berani mengungkapkan, dan bahkan ada yang sama sekali tidak berani membalas meski telah diberi kesempatan berpikir sangat lama, tentunya karena beberapa alasan.
Siapa yang pertama bilang bahwa perempuan tidak boleh mengambil langkah duluan? Beberapa perasaan bisa datang karena undangan. Banyak perempuan di luar sana yang tidak mendapat apa-apa, baik jawaban, balasan, atau penolakan sekalipun hanya karena mereka tidak berani mengambil langkah duluan. Setidaknya dengan mencoba melangkah, kita tidak akan hanya diam tanpa tau perasaan kita terbalaskan atau terabaikan.
Siapa yang pertama bilang bahwa perempuan yang memperjuangkan perasaannya adalah perempuan gampangan? Apakah mengungkapkan perasaan segampang itu? bukankah justru butuh keberanian dan usaha lebih untuk bisa melakukannya? Seharusnya, menganggap perempuan yang berjuang sebagai perempuan gampangan adalah hal terakhir yang menjadi keputusan.
Tapi kalau sudah kuketuk masih tak kunjung dibuka, artinya apa? Apakah aku harus tetap mencoba? Apakah aku harus terpaksa mendobrak? Atau justru aku harus pergi saja? Jangan bingung! Sebagai tuan rumah harusnya kamu bilang, mau kau persilahkan aku masuk, kau suruh aku menunggu di luar, atau kau usir saja aku. Bilang Angkasa, jangan diam saja. Kalau begini, bagaimana bisa aku menerka apa yang sedang kau pikirkan? bukankah aku juga manusia biasa? Maaf, suaramu tidak bisa kudengar jika kau belum berbicara.
***
Awalnya, gadis itu bermain ponsel seperti biasa sambil tiduran di karpet ruang keluarga. Dengan masih menggunakan sheetmask, ia asik bermain instagram dan sesekali dengan diam-diam merekam Jesi yang daritadi sibuk berkomentar karena kesal dengan film yang dia tonton.
"Jes!!!!" Gadis itu tiba-tiba bangkit dari rebahannya saat Instagram story miliknya barusan dikomen oleh seseorang.
Jesi memegangi dadanya sebentar sebelum memukul Antara dengan bantal sofa, "Kaget!"
"Jes!"
"Apa sih njir?!"
"Ngerjain tugas diluar yuk!"
Gadis itu menggeleng tegas, "Ogah! orang udah pake baju begini diajak keluar."
"Ayo ah!" Antara membuang maskernya di tempat sampah dan menarik tangan gadis itu agar berdiri, "Biar tugas kita cepet kelar."
"Biir tigis kiti cipit kilir, nggak! alasan doang idup lo."
"Lagi rajin ini ayo!"
"Kerjain sana sendiri kalo gitu," Jesi bukannya bangkit, justru semakin mencari posisi nyamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA
Teen FictionKamu pilih mana Angkasa? aku menunggu perasaanmu baik-baik atau kubiarkan saja? Karena ternyata, Semakin dikejar tanpa jenuh, larimu semakin jauh. Kamu sudah ada di depan sana saat aku masih disini-sini saja. Beginilah aku, masih memaksa ingin mene...