Karena bagaimanapun,
ganjil tidak akan terlihat
pas untuk sesuatu
yang harusnya genap.-setiase-
Antara menambah kecepatan kakinya saat suara di belakangnya terdengar semakin lantang. Jika ingin tau, saat ini ia sedang main kejar-kejaran dengan guru ketertiban di jam delapan pagi. Dengan sepatu putih yang terlihat sangat mentereng, Antara berlari sekuat mungkin agar tidak sampai ditangkap. Rambut coklatnya yang sedikit ikal di ujung bergerak kesana kemari mengikuti pergerakan gadis itu. Bahkan saking rusuhnya, beberapa orang di dalam kelas yang sedang mengikuti pembelajaran spontan menoleh saat suara langkah Antara yang ribut itu melewati kelas mereka.
Rafa yang duduk di bangku pun menyadari keberadaan Antara dan segera membuka jendela di sebelahnya sebelum melambaikan tangan. "Bu bos, oi! semangat!"
"Haiiii!!!" gadis itu ikut melambaikan tangan dengan senyum lebar tanpa menghentikan laju larinya.
"Berhenti Antara!"
"Lari Bu bos! Belanda sudah dekat!!"
"Antara Galista!!!"
Antara menoleh ke belakang sekali lagi. "Udah nyerah aja ya pak! nggak capek apa lari-lari?!"
"Sini kamu!!!"
Gadis itu melihat kelasnya dari jauh, terlihat beberapa murid sekelasnya sedang duduk di teras depan. Bahkan ia bisa melihat Jesi sedang menyanyi di koridor bersama beberapa orang yang salah satunya adalah ketua kelas mereka. Kesimpulan yang dapat ia ambil adalah : kelasnya pasti belum ada guru.
"Rem rem woi!"
"Penting genting bahaya!"
Antara buru-buru masuk kelas, melewati mereka yang sekarang ikut masuk karena melihat guru ketertiban baru saja sampai di belokan koridor menuju kelas mereka. Gadis itu langsung bersembunyi di bawah mejanya yang memang terletak di deretan paling belakang. Jesi yang sudah hafal dengan tingkah sahabatnya pun kini memutuskan duduk di kursinya sambil membenahi poni, bersikap seolah tidak ada Antara di bawah meja mereka.
"Mana Antara?"
"Antara siapa dah pak?" tanya Gildan, ketua kelas baru mereka yang malah terlihat bodoh.
"Dia kabur kesini kan?"
"Nggak tau kita pak."
Guru ketertiban menatap Jesi yang sedang memoleskan lip balm. "Jesi!!!"
"Tarik napas dulu pak, tarikkkk!" Jesi menggerakkan tangan seolah sedang menyuruh laki-laki itu menarik napas. "Buang!!!"
"Dimana Antara?"
"Belum dateng kayaknya, tadi saya tinggal gara-gara nggak bisa dibangunin."
"Kemana sih anak itu?" gumam guru ketertiban lalu keluar dari kelas untuk lanjut mencari Antara.
"Keluar nyet, udah hilang orangnya."
Antara mengintip dari balik meja dan mengacungkan jempol ke arah teman-temannya yang sudah membantu. "Capek banget gue gila!"
"Ya lo sih! kebo banget heran."
"Lah kok jadi nyalahin gue? lo yang banguninnya nggak bener!"
"Gue udah gedor-gedor pintu kayak orang ronda lo tau!"
"Masa sih? gue nggak denger apa-apa perasaan."
"Nggak denger apa-apa mulut lo," Jesi menyentil telinga Antara kesal. "Budeg!"
"Kemana gurunya?"
"Tau deh, masih ngelahirin kayaknya."
"Gildan!! bayar kas buruan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA
Teen FictionKamu pilih mana Angkasa? aku menunggu perasaanmu baik-baik atau kubiarkan saja? Karena ternyata, Semakin dikejar tanpa jenuh, larimu semakin jauh. Kamu sudah ada di depan sana saat aku masih disini-sini saja. Beginilah aku, masih memaksa ingin mene...