Beberapa hal
terkadang tidak butuh
diucapkan terlalu banyak.Termasuk perasaan.
-setiase-
Di sudut ruang kelas, saat bel pulang sudah berbunyi diiringi dengan hiruk pikuk keramaian murid-murid lain menuju gerbang. Keempat manusia ini justru masih betah duduk di kelas sambil bermain kartu. Menyalakan AC ruangan sambil menikmati musik yang disetel dari ponsel milik salah satu diantaranya.
"Ngomong-ngomong, kayaknya tadi ada yang digandeng nih pas ke kantin?"
Antara melirik Nugi sekilas tanpa menghentikan senyumnya, "Julid amat jadi cowok!"
"Kaget gue pas denger anak sebelah ngomongin perkara lo digandeng doang, Tar."
"Gue aja kaget!" Jesi ikut menimpali sambil mengeluarkan kartunya.
"Tapi nih ya," kini temannya yang bernama Anan mulai tertarik. "Seumur-umur gue di sekolah ini, nggak ada tuh denger cerita Angkasa deket sama cewek."
"Gue juga! dari jaman dulu sampek sekarang, nggak ada juga denger cerita Antara ngejar-ngejar cowok lain."
Antara memukul lengan Nugi setelah mengambil kartu, "Bener-bener lo ya!"
"Ganteng padahal, kita aja kalah ganteng, Gi."
"Iya lah! cowok gue!"
"Belum nyet."
"Oiya belum, maaf suka kelepasan."
"Tapi kayaknya dia mulai terbuka sama lo deh," Nugi menatap Antara yang saat ini mengangguk.
"Doain ya, nanti kalo gue jadian, kalian pada gue traktir, tenang aja."
"Aman kalo itu mah," Nanta mengeluarkan kartu terakhirnya dan menyambar tas. "Ke lapangan dulu deh gue."
"Bareng dong!"
Nugi ikut menyambar tas punggungnya dan melambaikan tangan pada Antara dan Jesi. Kedua gadis itu kini sendirian di kelas, awalnya mereka ingin mengerjakan tugas kelompok bersama. Namun jangan tanya, ujung-ujungnya juga malah main kartu.
"Balik yuk?"
Jesi mengangguk sambil merapikan kartu yang tadi mereka pakai, "Mau makan dulu nggak, Tar?"
"Gass."
Setelah berkemas, keduanya berjalan keluar kelas menuju parkiran. Dari jauh, sudah jelas terlihat gerombolan Angkasa sedang duduk bersama beberapa orang yang tidak dikenal Antara. Rafa yang duluan sadar, cowok itu menunjuk Antara dan membuat semua orang langsung menoleh ke arah mereka berdua.
"Mau pulang, Tar?" tanya Arka sambil membenarkan ikat kepala hitam yang menjadi ciri khasnya.
"Iya nih, duluan ya!"
"Apa sih mak lampir lirik-lirik!"
Jesi yang mendengar celotehan Arka yang jelas ditujukan kepadanya langsung memutar bola mata malas, "Jangan sampai gue doain lo suka sama gue ya."
"Ampun, mundur gue, disikut Elang dong nanti."
"Nggak mau dianter aja?" Rafa menunjuk Angkasa dan Elang bergantian. "Bu bos sama pak bos, Neng Jesi sama mas mantan."
"Nggak boleh tau gangguin pacar kalo lagi kumpul sama temen-temannya."
Jesi mengangguk setuju atas ucapan Antara, "Nggak boleh juga tau gangguin mantan kalo lagi kumpul sama temennya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA
Teen FictionKamu pilih mana Angkasa? aku menunggu perasaanmu baik-baik atau kubiarkan saja? Karena ternyata, Semakin dikejar tanpa jenuh, larimu semakin jauh. Kamu sudah ada di depan sana saat aku masih disini-sini saja. Beginilah aku, masih memaksa ingin mene...