#28

596 87 95
                                    

Bagaimana mau melupakan
kalau memiliki saja ternyata belum pernah?

-setiase-

"Tara udahh! lo udah minum banyak!"

Antara menggeleng lemah dan menuang lagi minuman beralkohol itu ke dalam gelas kecil. Sudah empat jam dia duduk di kursi depan bartender bersama Jesi yang kini uring-uringan. Antara sejak tadi hanya diam saja, sesekali menggeleng atau mengangguk, dan tak jarang Jesi melihat setetes air mata terjatuh begitu saja tanpa izin pemiliknya. Bila ingin tau bagaimana keadaan gadis itu sekarang, bayangkan saja, ia begitu terlihat berantakan.

"Tara, pulang yuk?"

"Kita udah disini empat jam loh nyet."

"Lo udah mabuk banget setan!"

"Tara!"

"Angkasanjing emang," Jesi merengek dan menghentakkan kakinya. "Lo apain sahabat gue sampe kayak gini bangsul! sumpah demi kerang laut, gue bakal garuk wajah sok gantengnya mantan lo itu Tar! Ayo pulang!"

"Duluan aja."

"Mulut kau duluan, nanti bisa-bisa lo diculik om-om nyet!"

Antara mendengus geli, jarinya memutari pinggiran gelas dengan sangat pelan. Dentuman musik yang semakin keras bahkan tak mengusik pergerakannya. Ia menoleh, menatap Jesi saat gadis itu beranjak dari duduknya sambil mengangkat panggilan dari seseorang.

"Mau lagi?" tanya bartender saat melihat botol yang digenggam Antara sudah kosong.

"Boleh."

"Jangan," Elang duduk di tempat Jesi tadinya duduk.

"Tuh kan liat kelakuan adek lo! dari tadi nggak mau berhenti dia."

"Udah lama?"

"Lama banget," Antara terkekeh. "Tapi dalam sekejap, wusss, semuanya patah."

"Ayo pulang."

"Masih pagi, Lang."

"Siwer ni orang ye," Jesi menyentil kening Antara pelan. "Pulang bego, udah pagi yang ada bukan masih pagi."

Elang menghembuskan nafas beratnya lagi, entah sudah keberapa kali dalam sehari ia melakukan itu. Tapi jujur, perasaannya campur aduk saat melihat Antara sekacau ini karena sahabatnya sendiri. Seseorang yang sempat ia percayai mampu menjaga Antara dengan lebih baik saat ia sendiri tidak mampu terus berada di samping gadis itu.

"Nih ambil," Elang melempar kunci mobilnya kepada Jesi dan bergegas menggendong Antara yang kini mulai memejamkan mata.

Selama perjalanan pulang, pikirannya tak kunjung berhenti bekerja. Mulai menelisik sendiri segala macam kemungkinan yang membuat Angkasa melakukan hal yang memang tidak masuk akal. Tapi nyatanya, sekeras apapun ia mencoba berpikir positif soal Angkasa, sekeras itu juga kemarahannya semakin tinggi pada cowok itu. Demi apapun, meski Antara adalah adik tirinya, ia jelas tidak rela melihat gadis itu merasakan kesakitan yang luar biasa.

"Maafin gue, Tar."

Elang melirik ponselnya yang bergetar, tertera nomor mamanya disana, lebih tepatnya mama kandung Antara yang kini sudah menjadi mama mereka berdua. Elang segera mengangkat panggilan itu dan memotong pertanyaan mamanya bahkan saat wanita itu baru mengucapkan satu kata.

"Maafin Elang, Ma. Tolong bilang ke ayah, besok Elang siap dihukum."

"Kamu bikin kesalahan apa bang?"

"Elang gagal jagain Galista."

Hening di ujung sana dan Elang termenung saat suara berat ayahnya terdengar.

ANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang