#26

525 86 92
                                    

Adalah kita,
Yang berdekatan
Namun berbatas.

-setiase-

Gadis itu masih sempat melempar senyum saat tangannya melambai pada Angkasa yang kini mulai melajukan motor meninggalkan rumahnya. Tepat setelah Angkasa menghilang di belokan, raut Antara berubah detik itu juga. Ia berjalan lunglai masuk ke rumah dengan pikiran melalang buana. Dalam hatinya jelas berkecamuk duri dari segala sisi, namun nyatanya Antara seolah masih baik-baik saja. Dengan begitu, kini semesta hanya bisa menanyakan satu hal, entah dia yang sudah tidak berperasaan atau dia yang sudah terbiasa kesakitan.

"Tara!"

"Gila ya lo!"

"Eh?" Antara tersadar dari lamunannya dari berdiri canggung di hadapan Jesi yang kini bersedekap di daun pintu. "Ngapain sih lo?"

"Lo yang ngapain nyet! bukannya masuk malah berdiri doang depan pintu."

"Ya sabar!"

"Nggak ada lagi sabar-sabaran!" Jesi berjalan mendahului Antara yang masih mengunci pintu.

"Nggak sabaran sih, makanya nggak dapet pacar."

"Bodo amat yang penting seneng."

Antara ikut duduk di samping Jesi, menatap layar TV yang kini sedang menayangkan film aksi. Meski matanya seolah fokus seperti orang di sebelahnya, Antara sejujurnya sedang tidak melihat apa-apa. Lebih tepatnya, ia tidak tau lagi harus melakukan apa.

"Tar? sumpah lama-lama lo kesambet gue nggak mau tanggung jawab ya."

Jesi menoleh lagi, "Woi nyet!"

"Apa sih?"

"Kenapa sih lo?" gadis itu mengecilkan volume film yang ia tonton. "Mau cerita nggak?"

"Gue bingung mau mulai dari mana."

"Lah, dari awal coba."

"Kepanjangan dong."

"Bodo amat njir."

Antara terkekeh geli, "Intinya aja ya?"

Jesi mengangguk sambil meneguk minuman yang tadi sempat ia beli dari aplikasi pesan online. Sepertinya tamu bulanan akan datang, karena sejak tadi ia tidak henti-hentinya memesan sesuatu untuk dimakan. Sambil melirik Antara yang masih diam, gadis itu perlahan mengunyah boba dalam mulutnya.

"Gue ternyata selingkuhan."

"Gue orang ketiga diantara hubungan Angkasa sama orang lain."

"Uhuk!" Jesi memukul dadanya karena tersedak minuman. Buru-buru gadis itu berlari ke dapur mencari wastafel, meninggalkan Antara yang kini malah cemberut.

"Gila ya lo?!"

"Emang gitu faktanya, Jes."

"Sumpah gila ya?"

"Gue juga bingung!"

"Sumpah parah Angkasa anjing emang."

Antara menarik gadis itu agar duduk, "Sini dengerin dulu. Jadi awalnya gue kira Angkasa yang selingkuhin gue, ternyata justru pacarnya yang dia selingkuhin. Gue nggak tau apa-apa, makanya gue bingung harus gimana Jes."

"Ya lo putusin lah nyet, bego juga gue lihat-lihat lo ya."

"Tapi gue sayang banget sama dia."

"Gini nih," Jesi memandang heran gadis itu. "Tar, dengerin gue ya, kalo rasa sayang lo ini justru bikin lo sakit, ya tinggalin Tar. Banyak orang diluar sana pengen sembuh loh, jangan malah lo nyari penyakit."

ANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang