Kurasa tidak baik menamatkan sesuatu bahkan sebelum sampai di lembar terakhir dari buku yang kita baca.
-setiase-
Pagi ini desas-desus mengenai kabar bahwa Angkasa berada di kantor polisi mulai menyebar keseluruh penjuru sekolah. Antara bahkan sampai mengabaikan pertanyaan dari beberapa orang yang berpapasan dengannya saat berjalan menuju kelas. Gadis itu memilih menggunakan rok lebih panjang dari seragamnya yang biasa, dengan dasi yang dipasang sembarangan dan jas sekolah yang tentu saja tidak ia bawa. Masih dengan rambut yang dicepol asal, ia duduk malas di samping Jesi yang sedang sibuk menyisir rambut coklat panjangnya sambil bercermin.
"Hari ini ada dua kabar yang bikin sekolah gempar."
Jesi mengembalikan sisir ke dalam tas. "Pertama, Angkasa ditangkep polisi. Kedua, kabar putusnya dua primadona sekolah."
"Bagaimana pendapat anda ibunda?"
"Diem deh."
"Ye gue kan ceritanya lagi wawancara lo nyet."
"Gue yang ogah jadi narasumber."
Antara meletakkan kepala di atas meja bertepatan dengan guru sejarah yang masuk bersama dua buku tebal di lekukan lengannya. Lelaki itu menatap Antara dari meja guru, menggeleng heran saat sudah hafal dengan kelakuan murid perempuan yang hobi membuatnya pusing sejak masa orientasi.
"Antara!"
"Ada yang bisa dibantu bapak ganteng?"
Lelaki itu bersedekap dada ketika melihat Antara yang belum bergerak dari posisinya. "Mau sekolah apa mau pulang aja?"
"Pulang aja."
"PR kamu sudah dikerjakan?"
"Emang ada PR?" Antara langsung bangkit dan menatap Jesi yang hanya meliriknya.
"Sudah belum Antara?!"
Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Belum baginda!"
"Keluar kalo gitu!"
"Pak, Jesi juga belum nih."
Jesi spontan menimpuk Antara dengan buku paket sejarah yang tidak pernah ia buka, membuat gadis cantik di sebelahnya mengaduh pelan sambil terkekeh saat melihat ekspresi wajah Jesi yang sudah ingin menelannya hidup-hidup.
"Cepu banget anjir!"
"Kalian berdua keluar!"
"Tuh kan setan," Jesi menimpuk Antara sekali lagi. "Aelah rambut gue baru jadi!"
"Hukumannya cuman keluar kan pak?"
"Nggak usah ikut kelas saya dan pergi ke perpus sekarang, kerjain rangkuman bab 3 terus kumpulin di meja saya jam istirahat pertama nanti," jawab guru sejarah membuat Jesi melotot.
"Tapi pak,"
"Nggak terima tapi-tapian."
"Ayo udah," Antara buru-buru menarik tangan gadis itu untuk keluar, meninggalkan pandangan teman-teman sekelasnya yang sudah terbiasa melihat dua gadis paling cantik di sekolah mereka terlibat masalah.
___
Dilain sisi, satu lapangan serentak menoleh saat melihat Angkasa berjalan santai melewati mereka. Dengan seragam yang dua kancing teratasnya terbuka, Angkasa seolah membiarkan seluruh dunia melihat kaus hitam dan rantai kalung identitasnya yang mengintip tipis-tipis dari balik kemeja. Ia menyugar rambutnya yang berantakan, membuat beberapa orang yang melihat justru menginginkannya melakukan hal itu lagi. Namun dengan datangnya Angkasa ke sekolah pagi ini, satu kabar burung seolah sirna begitu saja. Padahal tanpa mereka tau, ia bahkan tadi harus mandi di kantor polisi untuk mengejar waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA
Teen FictionKamu pilih mana Angkasa? aku menunggu perasaanmu baik-baik atau kubiarkan saja? Karena ternyata, Semakin dikejar tanpa jenuh, larimu semakin jauh. Kamu sudah ada di depan sana saat aku masih disini-sini saja. Beginilah aku, masih memaksa ingin mene...