#5

651 85 11
                                    

Saat aku yang hilang,
tapi aku juga yang merasa kehilangan.

-setiase-

Sinar matahari yang menembus melalui celah tirai jendela kamarnya yang belum terbuka membuat gadis itu mengernyit. Ia memegangi kepalanya sejenak saat rasa pusing masih menyerang. Ia terdiam, mencoba mengingat hal apa yang terjadi semalam sampai ia berakhir menyakitkan seperti ini.

Ah dia ingat, ada tragedi penolakan Angkasa dan aksi bodohnya yang kembali mabuk-mabukkan. Sejenak ia menghembuskan nafas dan mengamati pantulan sinar matahari yang ada di lantai kamarnya. Tidak bisakah perasaanya seperti sinar itu? meski tirainya tertutup, tapi ia masih mampu menelusup melalui celah-celah untuk menerangi kamarnya. Bisakah hati Angkasa merasakannya meski hanya sedikit? atau tirainya memang sama sekali tak pernah bisa ditembus oleh Antara?

Cklek

"Udah bangun ternyata," Antara menoleh dan melihat Jesi berdiri di ambang pintu sambil bersedekap dada.

"Makan dulu sana, udah disiapin sama Mbak Nur."

"Jes,"

"Gila ya lo Tar!" Jesi berjalan menghampiri gadis itu. "Coba lo kemarin mabuknya bukan di Colosseum, seandainya di tempat lain yang nggak ada temen gue, bisa abis lo ditangan cowok mesum apalagi om-om genit!"

"Ih mulutnya."

"Ya lo stress nyet!"

Antara bangun dari tidurnya dan mulai mengikat rambut, "Gue kesana juga karena gue udah tau ada Mario, jadi kalau ada apa-apa dia bisa hubungin lo, pinter ya gue gini-gini."

"Pinter pala lu!"

Antara baru menyadari sesuatu, gadis itu belum siap dengan seragamnya. "Lah Jes, lo nggak sekolah?"

"Orang udah telat."

"Terus lo ngapain nggak berangkat?"

"Nggak pengen."

"Ya udah ayo sekolah, gue siap-siap dulu bentar."

"Ini udah jam berapa pinter!" Jesi bangkit dan berkaca di meja rias Antara.

"Tidak ada kata terlambat untuk belajar."

"Nggak gitu konsepnya, Tara." ucap Jesi memilih keluar dari kamar saat Antara sudah masuk ke kamar mandi.

Setelah selesai bersiap dan makan secepat mungkin, keduanya berangkat ke sekolah. Seharusnya betul kata Jesi, mending bolos daripada telat seperti ini. Ujung-ujungnya hukuman lagi, padahal hari ini terlalu cerah untuk disandingkan dengan Bu Lia dan segala bentuknya. Kan sayang, paginya jadi rusak tanpa alasan.

Tin

"Pak!!! bukain dong pak!"

"Astagfirullah Mbak Tara Mbak Jesi! saya lo sampai bosen bukain pintu buat kalian berdua ini, kenapa telat lagi?"

Jesi turun dari mobil dan menyodorkan lembaran kertas ke arah satpam sekolah, membuat Tara mengernyit bingung. Sedangkan satpam sekolahnya terlihat membaca sebentar isi surat dan mengangguk ke arah Jesi sebelum membukakan pintu gerbang untuk mereka berdua.

"Apaan tuh?"

Jesi menahan tawa, "Surat panggilan buat tes SIM, untung masih gue simpen barengan sama surat izin dari sekolah."

"Lah, itu kan udah lama, boong ya lo!" Antara memukul pelan lengan Jesi yang sudah mengemudikan mobilnya masuk ke dalam sekolah.

"Strategi Tar."

Mereka turun dan berjalan keluar dari parkiran. Suasana sekolah sudah sepi karena jam pelajaran memang telah berlangsung. Beberapa murid di dalam kelas yang dilewati mereka sejenak menoleh, ada yang masih heran tapi banyak yang sudah terbiasa dengan pemandangan ini. Kalau bukan gengnya Angkasa ya pasti Jesi dan Antara.

ANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang