Kamu yang sudah berdiri disana
mungkin terlalu jauh untuk
aku yang masih disini.-setiase-
Harusnya kubuka dengan Hari Senin seperti yang lain. Tapi mau bagaimanapun, waktu sudah berjalan sampai di Hari Selasa. Dan gadis itu menarik selimutnya semakin tinggi, mengabaikan getaran pada nakas yang entah kenapa sejak tadi belum juga berhenti. Sejenak nafasnya kembali teratur saat kamar bercat abu-abu itu mulai sunyi seperti sedia kala. Namun belum juga lima menit, matanya kembali mengernyit saat getaran itu lagi-lagi mengusik tidurnya.
"Astaga Jesiiii! apa lagi sih?!"
"Tar!!!!!! dimana lo?"
"Kasur."
"Ihhhhh!!!" gadis itu menjauhkan ponselnya karena suara Jesi di seberang sana begitu melengking, "Sekolah nyet!"
"Udah pernah ngerasain kemaren, ini Hari Minggu, Jes! udah ah jangan ganggu," ujar gadis itu kembali menutup mata.
"Tar ampun deh, otak lo ilang apa gimana? ini Selasa!"
Tara terdiam, "Oh cepet banget, jam berapa sekarang?"
"Jam 7, lo telat."
"Kok lo nggak bangunin gue!!!" gadis itu buru-buru menutup panggilan dan segera pergi mandi, kepalanya bahkan terasa pusing karena spontan terbangun.
Dengan gerakan cepat, Antara segera turun dari taksi untuk menuju gerbang. Percuma saja sebenernya, gerbang tinggi bewarna hitam itu sudah ditutup rapat dari dalam. Ia melirik jam tangan dan menghembuskan nafas kasar saat menatap jarum jam sudah menunjuk pukul 8 tepat.
"Pak, bukain dong."
Pak satpam menggeleng heran, "Mbak Tara lagi, nggak capek dihukum Bu Lia terus?"
"Tadi macet banget pak, bukain ya?"
"Wah bapak nggak berani mbak."
Tara memasang tampang melasnya, "Pak, ayo dongg. Bapak tau Angkasa kan?"
"Tau, yang ganteng tapi nakal itu to?"
"Iya," Tara menggangguk. "Dia lagi olahraga lo pak sekarang, nanti nggak ada yang nyiapin minumnya."
"Saya panggilin Bu Lia aja ya mbak?"
"Ahh bapak nggak seru mainnya! mana dicuekin lagi!"
Gadis itu menatap kesal laki-laki perut buncit yang saat ini berlari kecil menuju dalam sekolah. Sepertinya orang itu akan benar-benar memanggil Bu Lia. Dan benar saja, wanita berkacamata itu datang dengan muka garang serta tangan yang siap menjewer telinga Antara untuk menuju lapangan.
"Buk pelan-pelan buk, anting saya baru ini."
Bu Lia melotot kesal, "Kenapa telat lagi?"
"Ini salah Jesi nih buk, saya dikasih obat tidur tadi malem."
"Alasan itu sudah kamu pake lima hari yang lalu, Antara."
Tara memegangi tangan Bu Lia, "Duh ibuk anting saya, iya iya telat bangun buk tadi."
"Pasang alarm Tara atau suruh orang tua kamu bangunin, telat bangun bukan alasan."
Tara terdiam dan pasrah saja diseret Bu Lia menuju lapangan. Gadis itu diperintahkan berdiri di depan tiang bendera dengan masih memakai tas punggung kecil warna hitam miliknya. Sedangkan Bu Lia memilih duduk di bangku pinggir lapangan untuk mengawasi Antara supaya tidak kabur seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA
Teen FictionKamu pilih mana Angkasa? aku menunggu perasaanmu baik-baik atau kubiarkan saja? Karena ternyata, Semakin dikejar tanpa jenuh, larimu semakin jauh. Kamu sudah ada di depan sana saat aku masih disini-sini saja. Beginilah aku, masih memaksa ingin mene...