Kamu butuh pulang,
lalu kusiapkan kamu rumah.
Tinggal pilih,
mau kesini sendiri,
atau saya jemput?-setiase-
____
"Kemarin jadi jalan, Kas?"
"Kemana bos?"
"Parah banget kita ditinggalin."
"Parah banget kita dicuekin," saut Rafa lagi membuat Arka mengangguk setuju.
"Kas, gue mau tanya deh."
"Daritadi juga lo ngoceh sambil nanya-nanya, kenapa baru bilang sekarang?" tanya Darel yang tentunya langsung disambut umpatan dari Arka.
Angkasa tetap fokus memetik gitarnya. Mengabaikan temannya yang justru kini bertengkar dengan Darel, padahal tadi katanya mau tanya sesuatu. Rafa pun masih terlihat asik dengan es jeruk nipis kesukaannya. Mengabaikan Elang, yang tentu saja sibuk berbaring sambil memilih mendengarkan lagu, tidak peduli seperti biasa.
"Kan, gue jadi lupa kalo tadi mau nanya," Arka mulai kembali mendekati Angkasa. "Jawab ya kalo ditanya!"
"Apa?"
"Lo suka beneran sama Antara?"
"Menurut lo?"
"Ya kalo gue tau nggak bakal nanyain lo anjim."
Angkasa melirik cowok itu sekilas, "Iya."
"Sayang gitu?"
"Nggak tau."
"Kok nggak tau?!" kini justru Rafa yang mendadak sewot.
"Kayak nggak tau aja gengsinya Angkasa segede gajah."
Angkasa menatap sekilas ke arah Darel yang berkomentar sambil tetap memainkan ponsel. Lalu beralih pada Elang yang sudah bangkit dan melepas salah satu airpod dari telinganya. Ikut menatap Angkasa seperti kedua temannya yang lain. Alamat.
"Jangan malu atuh pak bos, kita mah mendukung banget kok kalo pak bos sayang sama ibu negara."
Arka mengangguk setuju, "Jadi sayang nggak nih?"
"Kalo sayang juga bagus Kas, berarti lo bukan cowok brengsek yang cuma mau main-main sama Antara," Darel kini sudah menatap Angkasa tanpa meletakkan ponselnya.
Rafa tertawa sebentar, "Ini ceritanya hari evaluasi Angkasa."
"Kas,"
Angkasa menoleh pada Elang dengan gerakan perlahan, "Apa?"
"Gue rasa kita sama-sama tau, ada tipe orang yang cuma bisa nunjukin tanpa pernah mau ngasih tau."
"Maksudnya gimana sih?" tanya Rafa kini mulai bingung dengan ucapan Elang.
"Dari gue cuma satu, jangan sakitin dia."
Dan Angkasa hanya terdiam, tanpa menjawab apapun, tanpa mendebat apa-apa juga.
***
Gadis itu berkali-kali menahan senyum tanpa peduli bahwa sinar matahari tepat menyorot di tempat dimana ia duduk sekarang. Sambil menatap ujung sepatu yang sengaja ia gerakkan, Antara kembali memutar memori tadi malam. Mengingat-ingat bagaimana detail tiap perlakuan dan ucapan Angkasa yang dulu ia kira hanya akan menjadi mimpi semata.
Sudah setengah jam gadis itu duduk disini sendirian. Bukan karena apa-apa, tapi hari ini, untuk kesekian kali ia kembali menerima hukuman. Menjahili guru dan tidak mengerjakan tugas menjadi alasan yang cukup bagi Pak Agus untuk mengusirnya dari kelas sampai jam pelajaran beliau selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA
Teen FictionKamu pilih mana Angkasa? aku menunggu perasaanmu baik-baik atau kubiarkan saja? Karena ternyata, Semakin dikejar tanpa jenuh, larimu semakin jauh. Kamu sudah ada di depan sana saat aku masih disini-sini saja. Beginilah aku, masih memaksa ingin mene...