11| Surprise!

621 72 30
                                    

"Hey dude! Its okay, Im here!"
-Tae

Suara riuh di kelas ini mulai terdengar saat beberapa detik yang lalu bel istirahat berbunyi. Banyak siswa yang segera berjalan menuju kantin, namun tidak sedikit pula yang menetap di dalam kelas. Seperti Shena yang masih belum terjaga dari tidurnya.

Rasanya, tidur di penghujung jam pelajaran hingga waktu istirahat tiba adalah kesukaan Shena. Dan hal itu sudah tidak perlu dikeluhkan lagi oleh teman-temannya. Karena merekapun memiliki tabiat yang sama, ikut tertidur bersama Shena di dalam kelas.

Beberapa menit kemudian, Shena dalam posisi yang begitu nyaman berpangku kepala pada meja, tiba-tiba saja gadis itu tersentak. Hal itu mengartikan bahwa jam tidurnya telah usai. Ia akan selalu terbangun sepuluh menit sebelum jam istirahat usai.

Gadis berambut coklat gelap itu lantas menatap teman-temannya. "Ayo ke kantin!" ajaknya. Ia pun bangkit dari duduknya. Tentunya diikuti dengan teman-temannya yang dengan cepat ikut bangkit dari posisi tidurnya.

"Shen, bagaimana jika kita melakukan pesta kecil untuk menyambut rumah barumu?" tawar Hyera sesaat mereka telah duduk di meja makan.

Shena tak bergeming. Menurutnya, bukanlah hal yang bagus. Dia tidak ingin lagi akhir malamnya akan terkurung bersama Taehyung yang mabuk di dalam kamar seperti beberapa minggu yang lalu. Secepatnya, ia pun menggeleng.

"Kurasa tidak perlu. Lagipula, kakek dan pamanku akan segera tinggal bersamaku." Shena mencoba lebih terbuka kepada teman-temannya, barangkali dengan begini temannya tahu bahwa ia tidaklah seorang diri di dalam rumah.

"Kakek? Kakek Jalyo? Keluarga angkat dari ayahmu?" tanya Biya memastikan.

Shena mengangguk. "Iya. Dia masih mengurusi diriku. Dia satu-satunya keluarga yang kumiliki saat ini."

Mendengar penjelasan Shena yang begitu sentimentil, lantas membuat temannya saling melempar tatap. Mereka patut terperangah melihat Shena yang begitu berbeda. Tidak biasanya ia begini, membawa perasaan dalam perkataannya.

"Hatimu mulia sekali," ujar Biya. Alih-alih temannya terharu, mereka justru mengangguk dengan menahan tawa atas apa yang baru saja Biya katakan.

Shena pun mulai peka terhadap suasana. Dia sempat lupa pada kenyataan--- temannya bukanlah orang yang tepat untuk mendengarkan cerita yang menyedihkan. Dengan begitu, Shena pun memaksa gelaknya.

Miris sekali.

"Sudahlah! Ayo makan!" ucapnya. Bahkan, dia sempat terkekeh. Dan lebih miris lagi, saat temannya tertawa, lalu mengabaikan cerita sedih Shena.

Mereka kembali melanjutkan makan siang setelah dengan cepat topik pembahasan sedih itu berubah menjadi pembicaraan yang tidak penting.

****

Sudah hampir lima belas menit Taehyung duduk di kursi besi halte bus yang dingin ini. Sesekali ia menggerakan tubuhnya guna mengubah sedikit saja posisi duduknya karena tulang bokongnya sudah mulai ngilu.

Matanya tertuju pada gedung megah di sebelah kanan sana. Menunggu gerbangnya sampai terbuka, lalu mencari sosok yang menyeramkan itu untuk segera dibawa pergi. Iya, sosok itu adalah Shena.

Dia sudah mengirim pesan singkat sebelumnya, namun Shena tidak membalas. Gadis itu hanya membacanya, dan Taehyung anggap ceklis dua pada pesannya itu sebagai kata sepakat dari Shena. Itulah mengapa dia sabar menunggunya sore ini.

Akhirnya, penantian Taehyung pun berujung pada pintu gerbang yang terbuka. Alih-alih mendekati gerbang itu, Taehyung lebih memilih menghubungi Shena, dia hanya berdiri seraya menyematkan ponselnya.

AUGURYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang