44| The Fault

530 78 183
                                    

Perpisahan.

Kata itu, kau menyukainya?

Apa yang kau rasakan saat kau mengatakan hal itu kepada seseorang yang sangat kau cintai? Lantas apa pula yang kau rasakan jika kau mendengar hal itu dari seseorang yang sangat kau cintai?

Adakah seseorang yang berhasil menyambut perpisahan dengan senyum merekah dan hati yang bahagia? Adakah seseorang yang sedetik kemudian akan kembali menjalani hidup normal setelah 'perpisahan' baru saja bertamu padanya?

Adakah seseorang yang setegar itu melewati sebuah perpisahan? Adakah? Selain Shena.

Iya, benar, selain Shena yang saat itu dengan senyum tipisnya mulai melangkah ke dalam kamar dan mengemas barang-barangnya ke dalam koper. Dia sepertinya tidak sempat menangis, atau mungkin tidak akan bisa menangisi perpisahan semacam ini.

Tidak butuh satu atau dua jam, dia telah siap meninggalkan rumah ini, dan segala kenangannya. Dia membasahi bibir bawahnya saat dia mengedarkan pandangan ke setiap sisi kamarnya, kemudian dia siap melangkah pergi.

Saat itu, Taehyung masih duduk di ruang keluarga, tatapannya lurus pada televisi yang menyala tanpa mempedulikan keberadaan Shena. Namun, saat lelaki itu mendengar langkah kaki dan suara roda koper berputar di belakangnya, barulah dia menoleh ke belakang.

"Apa yang kau lakukan? Ini rumahmu, biar aku saja yang pergi," ucap Taehyung. Tentu itu bukan sebuah usaha mencegah, karena Shena sendiri tahu bahwa rumah ini memang Taehyung beli atas nama dirinya, rumah yang Taehyung beli sebagai hadiah untuk Shena karena sudah menerima lamaran lelaki itu.

Shena pun menghentikan langkahnya dan menatap Taehyung dengan santai.

"Aku datang kesini hanya membawa barang-barang ini, lantas aku akan pergi hanya dengan membawa barang-barangku." Dan jawaban Shena pun cukup jelas bahwa dia menolak hadiah besar ini, itulah mengapa Taehyung telah mengunci rapat mulutnya.

"Tolong segera urus perceraian kita. Terimakasih."

Taehyung masih terdiam, menatap Shena yang telah berjalan sambil menggeret kopernya, tanpa ada bertanya kemana dia akan pergi, bahkan tidak ada kalimat yang mendoakan Shena agar selamat sampai di tujuan.

Saat pintu rumah telah tertutup kembali, Taehyung lantas kembali menyandarkan tubuhnya pada sofa. Dia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang setelah dengan cepat ia menemukan kontak itu.

"Shera-ssi, boleh aku mampir ke apartmu?"

****

Rumah yang menyimpan banyak kenangan, kini kehilangan penghuninya. Tidak ada lagi perbincangan bahagia yang menggema di dalamnya, bahkan rumah itu tidak diberi kesempatan lagi untuk menjadi tempat pulang bagi penghuninya.

Perpisahan itu mengubah segalanya di rumah ini. Tidak ada lagi Shena maupun Taehyung, tidak ada lagi keduanya.

Terhitung satu minggu Shena pergi. Dan sejak kepergian Shena pula Taehyung ikut meninggalkan rumah ini dan memilih tinggal bersama Shera.

Beruntungnya, Shera menyambut Taehyung tanpa ada pertanyaan lebih lanjut tentang alasan kepergian Taehyung dari.

"Hari ini aku pulang sedikit larut, apa tidak masalah?" tanya Shera saat ia masih merias dirinya di depan cermin.

Sementara Taehyung yang juga bersiap untuk ke Treefpunkt pun bergumam sedikit panjang. "Tidak masalah, sepertinya pekerjaanku juga sampai larut, karena ada beberapa hal yang kemarin sempat tertunda."

Shera pun mengangguk seraya beranjak mendekati Taehyung. "Kalau begitu, hati-hati menuju Treefpunkt," ucap Shera sambil merapikan kerah blazer yang dikenakan Taehyung.

AUGURYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang