50| A Guess

789 109 72
                                    

"Ah! Brengsek!!!" pekik Taehyung penuh amarah saat ia membanting seloki ke atas meja.

Dua wanita berpakaian minim yang berada di sisinya pun terkejut seraya mengelus pundak Taehyung.

"Ingin kuberikan ciuman di biraimu, atau ingin kuberikan di milikmu yang terbawah? Mungkin dengan begitu aku bisa meredakan kekesalanmu," bisik sang wanita di tengah dentuman musik yang menggemakan isi ruangan.

Menggelikan. Entah mengapa rasanya begitu menggelikan sampai Taehyung harus menatap sinis ke arah wanita itu.

"Ternyata semua wanita sama saja." Lelaki tinggi itu pun bangkit dari duduknya dan meninggalkan dua wanita yang kebingungan melihatnya. Mereka saling melempar tatap penuh tanya terkait sikap Taehyung yang berubah. Padahal lelaki itu acap kali meminta kedua wanita itu untuk melayaninya dengan baik, kendati Taehyung hanya ingin berciuman dan menjilati leher jenjang wanita itu, tanpa melakukan hal lain.

Taehyung sendiri tidak mengerti atas perubahan sikap yang ia rasakan. Semua wanita terasa begitu menjijikan saat ia melihat Shera yang setengah bertelanjang untuk memuaskan klien-kliennya.

Lantas Taehyung memilih untuk pulang ke Treefpunkt---kafe yang telah menjadi tempat tinggalnya sejak perpisahannya dengan Shera.

***

Namun rencananya berubah setelah ia menyadari bahwa bukan hanya dia yang memakai kafe ini sebagai tempat tinggalnya. Kakek Jalyo telah lebih dulu menjadi penghuni tempat ini, dan biasanya mereka saling berbagi tempat untuk tidur.

Mengingat kejadian siang tadi, saat ia menggunakan orang sewaan untuk masuk ke dalam Peach Kafe dan duduk di belakang Shena agar dia bisa menghubungi orang itu dan mendengar seluruh pembicaraan mereka. Isi pembicaraan itu sudah cukup membuktikan bahwa kakek Jalyo telah berkhianat darinya, kakek Jalyo berpihak kepada Hejoon.

Ditambah pula dengan dugaannya bahwa kakek Jalyo menyuruh Shera untuk mendekati dirinya. Entah karena alasan apa, namun hal itu sukses membuat Taehyung kecewa kepada kakek.

Waktu telah menunjukan pukul satu malam. Dan Taehyung baru saja sampai di depan Treefpunkt yang hanya disinari oleh lampu luar pada Kafe. Sementara seluruh ruangan di dalam Kafe selalu gelap di tengah malam.

Taehyung lantas melangkah masuk ke dalam kafe, lalu menghentikan langkahnya di ruang istirahat---tempat dimana biasanya ia dan kakek tinggal. Ruangan gelap yang hanya di terangi oleh pendar temaram itu memberi kesan hangat dan nyaman. Taehyung dapat melihat kek Jalyo disana, sedang berbaring dengan selimut cukup tebal, karena musim gugur kali ini terasa sedikit lebih dingin dari biasanya.

'Namun aku berharap lebih dari sekedar rekan kerja. Tapi tenang saja, itu hanya harapanku.'

Kalimat kakek di Peach Kafe kembali terngiang, sehingga Taehyung refleks menunduk sebelum ia melangkah untuk keluar dari ruangan itu. Taehyung mengembus napas kasarnya, seakan menggambarkan kekecewaannya kepada kakek yang teramat dalam.

Langkah Taehyung pun berujung di dalam dapur, tepatnya di depan pantri yang telah menjadi tempat singgahnya setiap hari. Taehyung mengerutkan keningnya kala ia menyadari bahwa pantri miliknya telah rapi dan bersih, padahal seingatnya siang tadi ia meninggalkan pantri dalam keadaan berantakan. Setelah ia menduga bahwa mungkin saja karyawannya yang membereskan, Taehyung pun mulai melupakan pikiran itu. Kini atensinya beralih pada tumpukan menu yang berada di salah satu rak dapur.

Lelaki itu mendekatinya dan meraih satu buku menu. Dia termenung menatap sampul menu dan menatap ketebalan kertas menu yang menjadi satu kesatuan hingga terbentuk menjadi sebuah buku menu.

'Lagipula aneh sekali. Membuat menu, tapi isinya hanya bbuldak.'

'Hey paman! Seharusnya kau menerima kritikkan dari seorang pembeli! Justru aku bingung kenapa toko setua ini mempunyai pelanggan.'

AUGURYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang