13| I Feel Foreign

577 71 32
                                    

"Sedang mencari cara untuk menjadi satu-satunya arah yang harus kau tuju."
-Taetae

Jika saat berpergian jauh dari kota terasa seperti meninggalkan segala beban yang ada di kediaman. Maka saat kembali ke rumah, Shena merasa segala bahagia yang terjadi di Osan hanyalah kenangan semata, dan tidak akan mengubah hubungannya dengan Taehyung.

Taehyung merasakan bagaimana dingin itu mulai menguasai Shena lagi. Kendati pun terkadang dia mulai mampu menjinakan Shena, namun tetap saja tidak ada lagi Shena yang semanis saat di Osan. Bagaimanapun ia harus kembali kepada kenyataan, nyatanya semesta juga tidak mau menghentikan waktu untuk kebahagiaannya.

Sudah seminggu yang lalu mereka kembali menjalani rutinitas bersama di rumah yang cukup megah ini. Dan pagi tadi, Shena pergi ke sekolah bersama Sulwo, seperti biasa.

Taehyung sudah mulai menerima, mungkin memang inilah yang terbaik. Sejauh ini, saat dia mulai memahami Shena, gadis itu pun jarang berontak dan sepertinya juga mulai mencoba untuk berdamai dengan keadaan, sama seperti Taehyung.

Maka secepatnya Taehyung menggelengkan kepala guna menepis pikiran buruk yang menghampirinya, setelahnya ia mengangguk---meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Hingga lamunannya berakhir saat pintu toko terbuka.

"Selamat datang." Taehyung mengangkat kedua alis matanya serta tersenyum ramah saat seorang gadis kecil, berusia sekitar 10 tahun memasuki toko dengan sedikit kebingungan. Lalu gadis kecil dengan seragam sekolah dasar itu tersenyum hingga matanya tenggelam karena pipi gembulnya mendadak naik.

"Halo, Paman." Gadis bersurai sebahu itu membungkuk sekilas. "Paman, boleh aku duduk disini? Aku menunggu jemputan," tanya nya dengan ramah dan riang.

Taehyung lantas mengangguk seraya berjalan mendekati gadis kecil itu. "Tentu saja boleh. Duduklah dengan nyaman disini."

Gadis itu mengangguk ramah dan memilih salah satu kursi.

"Kau baru saja pulang sekolah? Ini masih jam satu siang," tanya Taehyung, dia bertanya lebih jauh.

Di tengah pembicaraan, Jowha ikut bergabung, ia duduk di meja kasir seraya mengamati Taehyung dan gadis kecil itu.

"Hari ini aku tidak sekolah. Lebih tepatnya, aku terpilih sebagai perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba melukis."

"Woah! Itu hebat.." puji Taehyung.

Namun gadis kecil itu menggeleng. "Tidak juga. Ibuku tidak terlalu setuju dengan melukis. Matematika dan sains, ibu lebih setuju jika aku menjadi perwakilan olimpiade ilmu pengetahuan. Tapi untung saja ayah mendukungku, karena ayah tahu sejak kecil aku sangat suka menggambar."

Taehyung mengangguk, dia berusaha menggenggam situasi. "Itu bukan sesuatu yang buruk. Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk menyukai apa yang kita suka. Tapi, kita bisa membuktikan kepada mereka bahwa apa yang kita sukai bisa menghasilkan sesuatu," jelasnya selayaknya seorang dewasa yang memberikan petuah. Bahkan Jowha saja sampai menahan senyumnya saat menyaksikan sikap dewasa Taehyung.

"Paman benar! Dan aku sedang melakukan pembuktian itu. Hari ini aku membawa hasil dari hal yang kusukai," sahut gadis itu seraya tersenyum riang. Setelahnya ia mengangkat kedua alis matanya. "Oh iya, aku ingin memesan, paman."

"Ah, iya. Tunggu sebentar." Taehyung lantas berjalan mengambil selembar menu untuknya.

Kerut pada dahi gadis kecil itu hadir saat membaca menu, lalu dia sedikit memiringkan kepalanya seraya perlahan lirikan matanya kembali ke arah Taehyung dengan ekspresi kecewa yang merangkak pada wajahnya.

"Hanya ada fire bbuldak dan cola?" tanya gadis itu memastikan kembali.

Taehyung pun mengangguk mantap---membenarkan bahwa lembar pada menu itu hanya satu, dan hanya berisikan satu minuman dan makanan.

AUGURYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang