"Shal," Shalika menoleh setelah berhasil mengemasi barang-barangnya.
Perempuan itu sontak melotot saat laki-laki yang beberapa bulan lalu membuatnya muak, berjalan pelan mendekatinya.
"Aku mau ngomong bentar sama kamu." Shalika menatap tajam laki-laki di hadapannya, lalu beranjak dari depan ruang kerja berusaha menjauh.
"Please!" Laki-laki itu menarik pergelangan tangan Lika, berusaha menahan langkah perempuan itu.
"Nggak ada yang perlu dibahas, bukannya semua udah jelas?!" Seru perempuan itu sembari melepas tangannya dengan paksa, lalu keluar rumah sakit menuju parkiran.
Seperti tidak ingin menyerah, laki-laki itu nekat mengejar.
"Apa lagi sih Do?!" Sarkas Lika hingga sempat menjadi pusat perhatian.
"Aku mau minta maaf," Tuturnya pelan.
"Aku nggak mau dengar!" Bantah perempuan itu.
"Kalau kamu bersedia, ayo kita lanjutkan pertunangan." Lika langsung menatap nyalang pada mantan pacarnya.
"Urat malu kamu udah putus ya?!" Geramnya sembari tertawa.
"Aku serius, aku menyesal membatalkan rencana pertunangan kita waktu itu."
"Kamu sadar nggak, selama berbulan-bulan aku menunggu penjelasan, menunggu kamu datang dan bicara baik-baik tapi itu semua tidak pernah terjadi."
"Sekarang, kamu seenaknya menampakkan diri di depan aku, dan gampang banget minta maaf! Kamu pikir semudah itu mengampuni sikap kamu yang keterlaluan?" Shalika hampir lupa tempat, dirinya benar-benar emosi.
"Aku akan melakukan apapun asal kamu mau maafin aku dan terima aku kembali."
"Nggak! Kamu nggak perlu melakukan apapun, cukup pergi sejauh mungkin dan jangan kembali!"
"Shal, aku menyesal... Sungguh!" Redo menahan kedua tangan Lika.
"Terlambat, aku udah nggak butuh penjelasan kamu lagi. Stop ganggu aku." Lika menarik kembali tangannya.
"Lika,"
"Panji, akhirnya kamu datang. Ayo kita pulang." Sahut Lika sesaat setelah menoleh ke arah lain.
"Pa-Panji?" Ucap Redo pelan dengan suara sedikit tertahan.
"Bang Alfa?" Shalika menoleh bingung ke arah dua laki-laki di depannya.
"Ka-kalian saling kenal?" Tanya Lika.
"Ada hubungan apa kamu sama Panji, Shal?" Alih-alih memberi jawaban, Redo justru membalikkan pertanyaan mantan pacarnya.
"Bukan urusan kamu!" Cetus Lika sembari menarik tangan Panji untuk beranjak.
"Oh, sepertinya kalian punya hubungan serius, hebat banget lo Nji, sejak kapan keluar dari rumah sakit jiwa?" Ucapan itu mampu membuat langkah Lika dan Panji terhenti.
"Jaga ucapan kamu ya Do!"
"Shal, Panji adalah pasien rumah sakit jiwa! Ah, bukannya ini tempat lo ya Nji?" Redo tampak menunjuk ke arah bangunan di belakang mereka, tempat kerja Shalika yang tidak lain adalah tempat Panji di rawat dulunya.
"Atau jangan-jangan, lo memanfaatkan Shalika agar bisa keluar dari sini?" Panji hanya terdiam, dia menatap Redo dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Panji, sebenarnya Redo ini siapa kamu?"
"Wah, sepertinya kamu mulai lupa sama aku ya sayang.. Alfaredo Kenzin Rutama, aku adalah kakak tiri dari Panji. Ibuku dan papanya Panji menikah setelah ibunya Panji meninggal." Jelas Redo membuat Lika mematung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Crazy Love
ChickLit[CERITA LENGKAP] "Besok, kalo udah mentok dan nggak ada laki-laki yang mau serius sama lo, cari gue!" "Hah.. Maksudnya?" Alih-alih menjelaskan apa maksud ucapannya, dia justru pergi begitu saja. ................................. Di da...