"Main ke rumahku dulu yuk." Ajak Shalika saat keduanya selesai bermain di rumah Riza dan Felicia.
"Ke rumahmu?" Tanya Panji ragu.
"Iya, kamu nggak ada kegiatan lain kan setelah ini?"
"Ehmm, nggak ada Shal, tapi apa nggak sebaiknya lain waktu aja." Ucap Panji ragu.
"Kalo kamu nggak mau juga nggak pa-pa sih."
"Bukan, bukan nggak mau. Tapi aku yang nggak enak sama keluarga kamu." Tutur laki-laki itu tidak ingin membuat Lika kecewa.
"Malu kenapa?" Tanya Lika Cepat.
"Memangnya kamu nggak malu bawa aku ke rumahmu?"
"Aku cuma ngajakin kamu berkunjung ke rumah. Main biasa, nggak ada maksud lain, kenapa harus malu?"
Panji menghela nafas pelan.
"Ke rumah kak Arfan dulu ya, aku ambil motor biar nanti dari rumah kamu bisa langsung pulang, nggak perlu kamu anterin lagi." Lika sontak menggeleng.
"Nggak usah, aku anterin aja. Lagian kalo harus ke rumah kak Arfan lebih jauh."
"Ya udah aku nurut kamu, selama nggak bikin kamu repot."
Duapuluh menit kemudian, mobil Shalika berhenti di depan sebuah rumah berlantai dua.
Panji mengedarkan pandangan keluar kaca mobil. Dilihatnya bangunan besar itu dengan raut gugup.
Rumah Shalika terbilang besar dan mewah. Sudah bisa Panji bayangkan bagaimana kehidupan perempuan itu di rumah sebesar ini.
Panji merasa semakin kerdil, hingga tepukan pelan di bahu laki-laki itu membuyarkan lamunannya.
"Ayo turun," Ajak Shalika membuat Panji mau tidak mau mengangguk.
"Silahkan masuk," Lika membuka pintu besar di depan rumah lalu mempersilakan Panji masuk ke rumahnya.
Perempuan itu membawa Panji ke ruang tamu serta mengajaknya duduk di sofa.
"Siapa yang datang Shal,"
"Kak Fitri, kenalin ini Panji, temanku. Panji ini kak Fitri istrinya kak Arfan." Panji beranjak dan menyalami istri Arfan dengan sopan.
"Oh, kamu yang bantuin mas Arfan bikin desain gedung untuk proyek barunya?" Tanya perempuan itu.
"Iya kak,"
"Aku suka sama desain yang kamu buat loh."
"Masih harus banyak belajar kak," Tutur Panji merendah.
"Ya udah, silahkan duduk. Kebetulan mas Arfan masih di kantor belum pulang. Kakak bikinin minum dulu ya."
"Thanks kak!" Seru Lika.
"Nggak perlu repot-repot, Shal."
"Udah tenang aja, kamu duduk dulu."
"Ada tamu?" Shalika menoleh ke arah tangga, begitu juga dengan Panji.
Bardi berdiri di dekat anak tangga dengan raut wajah yang sulit diartikan.
"Ayah, kenalin ini Panji." Ujar Fitri sembari meletakkan minuman di meja.
Shalika hanya diam, pertengkarannya dengan sang ayah kemarin memang belum menemui titik penyelesaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Crazy Love
ChickLit[CERITA LENGKAP] "Besok, kalo udah mentok dan nggak ada laki-laki yang mau serius sama lo, cari gue!" "Hah.. Maksudnya?" Alih-alih menjelaskan apa maksud ucapannya, dia justru pergi begitu saja. ................................. Di da...