“Sedang membiasakan diri dengan keadaan, walaupun begitu menyakitkan.”
—Fake Good Boy—
Di sinilah, Garaga berakhir.
Ruang bimbingan konseling yang sudah ia anggap sebagai salah satu sahabatnya sendiri. Kenapa tidak? Cowok itu sudah akrab dengan ruangan ini, sebab apalagi, kalau bukan karena langganan masuk ke sini.
Seperti biasa, Garaga ditemani oleh Ibu guru cantik yang selalu menatapnya sinis. Namanya Patiah, umurnya sudah mencapai kepala tiga. Orang-orang sekolah sering memanggilnya Bu Pati.
Di balik kacamata minus-nya, Bu Pati menyorot Garaga tajam. Duduk tegak di sofa tunggal yang ada ruangan itu. Posisinya dengan Garaga hanya dibatasi oleh meja berbentuk persegi panjang yang ada di hadapannya.
"Kamu lagi, kamu lagi," sindirnya terhenti, dengan hembusan napas yang keluar dari mulutnya. "Seragam kamu mana? Ke sekolah kok, pake baju warna item, cosplay jadi areng?"
"Tadi, kan Ibu lihat sendiri. Seragam saya, habis ketempelan tubuhnya si anjing, Bu," Garaga menutup mulutnya, menilik raut Bu Pati yang seakan mau menelannya hidup-hidup. "Eh, maksud saya Anji.
"Kalo saya pake seragam itu, yang ada nanti ketularan buriknya lagi."
"Kamu ini ada-ada aja! Itu, di telinga kamu ada apanya lagi, bukannya kemarin Ibu sudah bilang buat lepas anting kamu?!"
Garaga hanya meringis, mendengarkan guru tersebut ngomel dengan kecepatan 180 km/jam!
Oke, itu berlebihan.
"Saya benar-benar, udah gak habis pikir sama kamu, Garaga!"
"Saya juga gak minta Ibu pikirin, kok."
"Bera---"
Tok! Tok! Tok!
Akhirnya, pipi peri datang juga!
Begitu mendengar suara ketukan pintu dari luar, Bu Pati langsung berdiri dan menyambut seorang itu dengan senyuman hangat.
Orang itu adalah Winata. Yang tak lain dan tak bukan adalah ayah kandungnya Garaga. Laki-laki yang usianya sekitar empat puluh tahunan itu tengah berjabat tangan dengan Bu Pati di sana. Sedetik kemudian, guru perempuan itu segera mengajak Winata untuk duduk di sofa tamu.
"Aduh, Bu. Saya benar-benar minta maaf, untuk kelakuan nakal anak saya ini," Winata merapatkan sepasang telapak tangannya di depan dada.
Bu Pati membuka mulut, namun langsung tertutup kembali. Menelan bulat-bulat ucapan yang baru sampai di tenggorokannya, begitu mendengar ponselnya bergetar.
"Maaf, saya tinggal dulu, ya. Mau angkat telepon sebentar."
Winata hanya mengangguk sembari tersenyum. Sedetik kemudian, Bu Pati langsung berlalu begitu saja, menutup pintu dan berjalan keluar.
DUK
"ANJIR!" keluh Garaga, begitu tiba-tiba saja Winata memukul pahanya dengan begitu keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARAGA; FAKE GOOD BOY (HIATUS)
Teen Fiction💢ZONA MERAH‼️ -Brutalitas is as always- Berawal dari sebuah insiden tak terduga. Garaga Atalaric Winata, seorang bad boy ulung yang terkenal kejam dan jauh dari kata berperikemanusiaan itu, harus rela pindah sekolah. Meninggalkan geng motor yang i...