34. [FGB] Nightmare

1.3K 56 24
                                    

Melvan sengaja belum pulang ke Rumah dan memilih pergi ke sebuah Club langganannya, sejenak untuk melepas rasa stres.

Sudah berkali-kali dia menenggak alkohol sembari didampingi oleh dua wanita penghibur di sampingnya, emosinya masih belum stabil hanya karena bayangan kejadian menjijikan tadi sore terus berputar di otaknya seperti kaset rusak.

Dia bahkan sama sekali tidak menghiraukan gerayangan dari tangan-tangan nakal wanita di sampingnya. “What’s wrong, babe?” tanya salah wanita dengan rok mini yang menampilkan belahannya tanpa menghentikan gerakan tangan yang setia membelai dada bidang cowok itu.

Namun Melvan tak susah-susah menjawab pertanyaan wanita itu dan malah menuangkan satu botol alkohol lagi pada gelasnya, meskipun hal tersebut berlangsung tak lama sebelum sebuah keributan terpaksa mengambil alih atensinya.

“Anjing! Temen gue gak mau, kenapa lo maksa sih?!”

“Cewek murahan kayak lo berdua gak usah sok jual mahal bangsat!” seru seorang laki-laki setelah mendorong tubuh salah satu cewek tadi.

“Iyalah mahal, emangnya lo, murah!” seru cewek yang tadi dia dorong.

“ANJING LO!!” tangan lelaki itu melayang di udara hendak menampar perempuan yang menurutnya kurang ajar itu,  namun dia tampak meringis saat sebuah tangan lain lebih dulu mencekalnya.

“Siapa lo, ikut campur urusan gue?”

“Cuma pelanggan di sini.” Melvan melepaskan cekalannya dengan santai. “Kalau ceweknya gak mau, gak usah dipaksa. Kelihatan banget gak laku nya.”

“Apa lo bilang?!” laki-laki itu hendak meninju Melvan namun salah satu teman laki-laki itu lebih dulu menahannya dan terlihat membisikkan sesuatu sebelum mereka pergi dengan terpaksa dari sana.

Melvan dan kedua cewek di sampingnya hanya saling diam, sebelum akhirnya salah satu dari mereka angkat bicara, untuk menghilangkan kecanggungan.

Thanks ya, udah bantuin kita,’’ ucapnya sebelum akhirnya mengulurkan tangan pada Melvan. “Gue Alina, dan ini temen gue.” Cewek itu meringis sambil menyenggol lengan temannya.

Cewek yang tadi didorong.

“Gue Sanca.”

***

Brigitta tampak makan dengan lahap, sesekali tersenyum kecil saat mendapati Garaga yang terus menatapnya tanpa henti meskipun wajahnya tidak menunjukan emosi apapun.

Suasana hati cewek itu mendadak baik tatkala tiba-tiba Apartement nya kedatangan tamu, Garaga— sambil membawakan banyak makanan kesukaannya.

Tenyata cowok itu masih ingat, hal-hal kecil tentangnya.

Garaga menghela napas berat, berhasil membuat Brigitta sedikit mengerutkan kening.

“Kenapa, Ga?’’

“Lo masih bisa makan selahap ini setelah semua hal yang terjadi sama lo?” tanya Garaga bingung.

Sejenak cewek itu termenung, menghentikan kegiatan makannya sebentar, sebelum senyumnya kembali lagi.

“Terus aku harus gimana? Sedih? Terpuruk?’’ tanya cewek itu. “Masih ada banyak hal yang jauh lebih pantas aku pikirin.’’

“Lo hampir dilecehin sama Darel, dan itu terjadi bukan hanya sekali—”

“Ga, itu udah berlalu.” Brigitta menatap Garaga dengan raut sedih. “Please, stop bahas ini.”

Garaga menggertakan giginya dengan rahang mengeras. “Gue gak akan berhenti, sebelum berhasil dapetin dan bunuh si brengsek itu.”

GARAGA; FAKE GOOD BOY (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang