haloo semua!
how's your day?💙
seperti biasa, sebelum baca vote dulu yaaa
kalo ada typo tandain nderr
-HAPPY READING-
Garaga duduk di kursinya dengan tampang kesal mendengarkan kedua temannya yang asyik berceloteh menggodanya."Lah iya, masa jalan berduaan doang kagak ada hubungan apa-apa? Kan aneh yakk?" Radit berceletuk, melirik sekilas pada muka kusut Garaga.
Wong mengangguk-angguk seraya mengusap dagunya, pura-pura berpikir. "Iya juga, kalau di lihat-lihat juga, Desya sama Melvan emang dari dulu lumayan deket sih."
"NAHH!!"
"Gak menutup kemungkinan mereka tuh backstreet coyy?!" Radit berteriak di depan wajah Garaga, spontan membuat empunya mendesis tajam.
"Bisa biasa aja gak ngomongnya?" tekannya dengan lirikan kesal.
Radit membuka mulutnya. "Lah lu kenapa dah, kusut amat muka lu?!" katanya memancing.
"Cemburu ya, Ga?"
Tawa Radit kontan pecah. "Jangan diperjelas juga jing?!" Radit menepuk bahu Wong sambil terbahak geli.
"Sialan! Diem lo semua!"
Garaga benar-benar kalap. Padahal ini masih pagi, namun suasana hati cowok itu sudah terlihat sangat buruk-dapat dilihat dari wajahnya yang tertekuk namun sialnya kedua teman kampretnya itu masih setia menggodanya.
Radit dan Wong kompak menghentikan obrolan, ketika mendapati seseorang yang sedang mereka bicarakan melangkah menuju salah satu kursi yang berada di barisan depan. Sama halnya dengan Garaga, lewat ekor matanya cowok itu mengikuti setiap pergerakan Desya dari belakang. Berharap jika gadisnya mau berbalik dan menghampirinya untuk menjelaskan sesuatu, namun sepertinya Garaga hanya terlalu berharap-karena kenyataannya Desya sudah asyik sendiri dengan dunianya.
Hingga bel pelajaran dimulai pun, Garaga masih setia menunggu penjelasan cewek itu-bolak-balik dia mengecek ponselnya, barangkali Desya mengirimkan pesan padanya, namun ternyata nihil.
Cowok itu hanya bergerak gelisah di tempatnya, bingung harus berbuat apa, sebetulnya Garaga ingin sekali menarik cewek itu dan meminta penjelasan padanya terkait dengan kejadian tadi malam yang sempat dibicarakan oleh kedua temannya tadi, namun sayangnya cowok itu terlalu menjunjung tinggi harga dirinya.
Sedangkan di lain sisi, Desya juga sama gelisahnya dengan Garaga.
Dia yakin, pasti dirinya berhutang penjelasan dengan Garaga, namun Desya terlalu bingung harus memulainya dari mana-sungguh ia merasa malu jika harus berhadapan dengan Garaga-bahkan dia tidak berani untuk sekedar menoleh ke belakang. Dia yang membuat janji, dia juga yang mengingkari.
Tanpa dia sadari, bel tanda jam istirahat berbunyi nyaring, membuat seisi kelas mendadak berisik, guru yang tadi mengajar pun sudah melangkah keluar kelas.
Satu persatu, teman-temannya tampak mulai pergi dari dalam kelas berbeda halnya dengan Desya yang malah mengembuskan napas-dia berusaha membulatkan tekadnya untuk berbicara dengan Garaga.
Ini waktu yang tepat untuk menjelaskan kesalahpahamannya!
Tiba-tiba Desya berdiri dari duduknya sampai menimbulkan suara decitan yang mampu membuat Kumala berjengit kaget.
"Kenapa, Sya?"
Sayangnya Desya memilih untuk tak menghiraukan pertanyaan yang dilontarkan oleh temannya, memilih membalikkan badan seraya melangkahkan kakinya mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARAGA; FAKE GOOD BOY (HIATUS)
Teen Fiction💢ZONA MERAH‼️ -Brutalitas is as always- Berawal dari sebuah insiden tak terduga. Garaga Atalaric Winata, seorang bad boy ulung yang terkenal kejam dan jauh dari kata berperikemanusiaan itu, harus rela pindah sekolah. Meninggalkan geng motor yang i...