26. [FGB] Di Hukum

1K 70 6
                                    

vote dulu cuy🤙

maaf kalo ada typo

-FAKE GOOD BOY-


Sebagian besar orang berkata bahwa masa remaja merupakan fase yang paling indah dalam kehidupan, entah itu karena masa remaja adalah saat dimana kita bebas berekspresi dan mulai menjelajahi hal-hal yang baru atau mungkin karena masa remaja merupakan masa dimana usia kita sudah terbilang cukup matang untuk merasakan indahnya jatuh cinta. Namun, sepertinya hal itu tidak berlaku bagi perempuan bermata coklat terang yang semakin hari makin meredup itu.

Awalnya Desya tidak pernah menyangka jika masa remajanya benar-benar akan sehancur itu. Tunangan dan dipaksa nikah muda, sama sekali tidak pernah ada dalam list hidupnya.

"Coba kamu ngobrol baik-baik dulu sama Papi kamu."

Desya menghela napas untuk kesekian kalinya. Mata sayunya tidak lepas, tertuju pada layar laptop yang menampakkan seorang wanita paruh baya terlihat sedang sibuk memotong berbagai macam buah-buahan di seberang sana.

"Percuma Mi... nggak akan didenger juga."

"Sayang...." Terdengar keluhan kecil dari Dian.

"Desya capek, Mi... Desya pengin ikut sama Mamih." Suaranya terdengar mulai parau. "Walaupun Desya tau, itu nggak akan mungkin."

Di seberang sana Dian terlihat mengehentikan aktifitasnya sejenak, ia menarik kursi yang ada di sekitarnya dan duduk menghadap kamera ponselnya. Jujur saja ia juga menginginkan hal tersebut. Tapi yang anak gadisnya bilang itu benar, hal tersebut terbilang mustahil untuk bisa direalisasikan.

"Dulu kan kamu udah pernah janji sama Mami, kamu bakal jagain rumah kita di sana."

"Dan Papi kamu, pasti punya alasan tersendiri atas perlakuannya sama kamu."

Desya mengedarkan pandangannya ke arah lain, entah kenapa matanya tiba-tiba terasa panas dan perih.

"Buat apa juga jagain rumah yang udah lama hancur." Walaupun lirih, samar-samar Dian bisa mendengar ucapan anak gadisnya itu.

"Mommy, can i have another apple, please!"

(Ibu, bisakah aku minta apel lagi, ku mohon!)

Dian tersadar di sela-sela lamunannya begitu ia mendengar suara anak kecil yang memanggil. "Of course baby!"

"Ya udah sayang, Mami udahin dulu ya. Nanti kapan-kapan Mami Video Call kamu lagi. Adik kamu udah manggil-manggil soalnya."

Tidak sampai lima detik, sambungan telepon sudah terputus.  Membuat Desya nampak tersenyum kecut ke arah layar laptopnya.

"Adik apanya?"

***

"GAWAT, GA!!"

Abbas berdiri dari kursinya dengan gerakan secepat kilat, sampai-sampai menimbulkan suara decitan yang cukup keras. Tubuhnya menegang seraya melotot ke arah Garaga yang sedang memandanginya bingung, begitu juga dengan anak-anak Sandreas yang kini sedang nongkrong di Wabang.

"Johan ngajak lo balapan. Kalau lo nolak, dia ngancem bakal nyerang SMA Sakti." Cowok itu menunjukkan instastory milik Johan, di sana tertulis bahwa Johan mengajaknya balapan, dan jika sampai Garaga menolaknya maka ia tidak segan-segan menyerang anak-anak Sakti.

Garaga tentu tidak akan membiarkan hal itu terjadi, apalagi anak-anak Sakti tidak ada sangkut pautnya dengan permusuhan antara Sandreas dan Black Mamba, lebih tepatnya antara Garaga dan Johan.

GARAGA; FAKE GOOD BOY (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang