Happy Reading!
________________________Hari Sabtu ini, Rani rencananya mau goleran seharian di kamarnya.
Namun tentu saja, rencana itu harus digagalkan.
Setelah melihat catatan tugasnya sendiri, sudah tidak kaget dirinya. Tentu saja rencana di kalimat pertama tadi gagal, seperti Sabtu-Sabtu sebelumnya. Rani hanya menarik napas berat waktu melihat beberapa tugas dadakan yang diberi deadline sekitar hari Senin-Selasa-Rabu. Dan lagi, ada beberapa kuis hari ini.
Ah tolonglah, hari Minggu besok harus terselamatkan! Tetapi beruntung sih, begadang kemarin ia gunakan untuk menyicil tugas-tugas itu. Oke, semangat Rani!
Ia menuju kamar mandi dulu, membasuh muka dan sikat gigi. Mandinya nanti saja, sekitar pukul tujuh pagi. Setelah itu Rani meneguk satu gelas air putih hingga tandas. Memasuki kamarnya sendiri dan merasa bosan untuk menugas disana, Rani memindahkan alat tulisnya menuju ruang tamu.
Kalau kau tanya Lisa kemana, tentunya gadis itu sudah berada di Rumah Sakit.
Lalu Anya? Ia sedang mandi.
Baru saja membuka dokumen tugas, ponselnya berdering. Karena cukup sibuk mengerjakan, jemari telunjuknya ia julurkan untuk menggeser panel panggilan itu. Mikrofonnya sengaja dinyalakan, karena sedikit malas untuk mengangkat ponsel dan didekatkan ke telinga.
"Halo, Rani"
Suara Tian terdengar, membuat Rani menghela napasnya berat. Akhir-akhir ini keduanya memang sering bertelepon dan jarang untuk bersua langsung. Padahal tinggalnya di sebelah apartemennya, tetapi tampaknya Tian itu sibuk. Diam-diam tersenyum, ia menjawab "Halo juga."
"Hehe. Kemarin gimana tidurnya?"
Kalau Rani sedang minum, tentulah tersedak. Sekarang Rani terhenyak, sambil menghentikan jemarinya sebentar. Pikirannya sedikit kacau, mengingatkan pada mimpinya semalam.
Bingung mau menjawab apa, tanpa sadar telepon itu berlangsung diam. "Rani, masih disana?"
"Eh iya, kemarin tidur gue baik-baik saja" jauh di lubuk hati terdalamnya sudah berkata, bahkan mimpinya seindah negeri dongeng.
"Lo sendiri gimana? Nyenyak?"
"Puji Tuhan, nyenyak."
Suara rendah dan ringan Tian itu menghangatkan hatinya. Sungguh, memang akhir-akhir ini mereka jarang bertemu. Tetapi pada perjumpaan tanpa saling tatap muka itu, terdapat kerinduan yang tersemat di setiap kata dan suaranya. Ya, karena mereka juga sering bertukar pesan lewat ponsel.
Manis? Iya. Tian semakin manis sekarang.
"Oh, iya. Kemarin gue mimpi,"
"Mimpi apaan Ti?" Balasan itu tersampaikan dari bibir Rani memang, namun gadis itu tidak sadar. Perlahan ia menepuk sendiri bibirnya, yang sekarang tengah tersenyum sendiri—layaknya remaja belia yang dirundung asmara.
"Mimpi gitu, kita kaya pacaran lagi"
Tunggu, apa? Bagaimana kronologinya? Kalau diingat-ingat, mimpi Rani mungkin bisa disimpulkan begitu. "Tapi kayanya nggak mungkin deh. Lo kan nggak mau balikan,"
"Ngaca sendiri, Ti. Lo waktu mutusin gue, bilangnya sorry dear, nggak terima mantan gitu!" Balas Rani, yang merasa tertuduh. Ah, tapi memang benar sih. Pasangan apapun yang sudah pernah bercerai atau putus, lebih baik jangan disambung lagi. Tidak baik.
Namun mendengar Rani yang menirukan gaya bicara Tian itu, membuat si penelepon tertawa sekarang. Mood-nya sudah membaik. Ya tadi sempat buruk, karena ia terlambat bangun. Jadi di seberang sana, Tian juga menggarap tugas sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE REWIND [WenYeol] √
Fanfiction[completed] Pernahkah kau jatuh cinta, tapi tak tahu untuk siapa? Memang, cinta ini sudah pernah ada. Dia yang pertama, tapi bukan terakhir untukku. Awalnya, aku meragukan adanya 'cinta kembali'. Tapi ternyata, itu benar adanya. Dan konyolnya, itu...