22. Patung Batu

68 17 41
                                    

!! Harsh word, mature scene, and slave words !!

Silakan dilewati, bila belum cukup umur atau tidak nyaman dengan hal-hal berbau 'seksual'

Terima kasih, selamat membaca^^

______________________________________________

"...ya terus gimana, dad?"

Lita berbicara pada earphone, yang tersambung pada sebuah panggilan telepon. Gadis itu menarik napas panjang, lelah juga mendengar daddy yang meracau sepanjang waktu hanya karena gagal menjadikan Lisa sebagai jalang keduanya.

"Duh, kok jadi pasrah gini? Kitty, you should help—"

Lita berdecak kasar, sambil meletakkan kembali pakaian dalam tanpa pengait bra itu. "Aku harus bantu daddy? Iya, Lita udah berusaha keras buat bantuin daddy. And you never come to my apartement... I live here as your request!"

"Kitty, kamu berani kasar sama daddy?"

"Aku kira, satu udah cukup. Mau punya berapa jalang, win?" Lita berusaha meluapkan emosinya. "Udah capek ya, dianggap pelakor padahal bini lo itu orang ketiganya!"

"Kitty—"

Tuuuutt!

Panggilan itu diputus sepihak oleh Lita. Jadi, Lita sudah paham kalau mata Erwin seliar itu. Bahkan melihat Lisa saja, sangat ingin ia miliki sebagai jalangnya. Sungguh, Lita tak habis pikir. Mau punya berapa? Satu saja, tidak cukupkah?

Awalnya, Lita menolak ide untuk membiarkan Lisa dimiliki Erwin. Ya, karena masih ada rasa sayang dari Lita untuk lelaki mesum itu. Namun akhirnya disetujui, karena Lisa itu teman dekatnya Rani. Dan ia berani sumpah, kalau Rani akan kalang kabut bila terjadi sesuatu yang buruk pada kerabat atau keluarganya.

Ya, seperti saat itu. Ia melihat kedatangan Rani, Dean, Lisa, dan Anya dari pintu utama. Kalau ia perhatikan, raut wajah Rani terlihat sangat panik. Lita tahu, kalau Erwin baru saja melakukan 'sesuatu' pada Lisa. Namun saat ini, Lita tidak terkesan akan hal itu. Erwin saja menyebutnya gagal, sedangkan Lita sendiri menganggap itu kesialannya.

Maka, Lita ingin mendinginkan pikirannya sejenak. Mungkin, segelas koktail bisa menyembuhkannya. Ia hanya duduk sendirian di satu meja klub malam, menunggu koktailnya selesai diracik. Saat itulah, matanya menangkap suatu pemandangan menyenangkan.

Tian, tampil live music disana. Dengan sebuah gitar klasik, juga lagu Bad Guy dari Billie Eilish yang ia gubah dengan sedikit mengandung genre jazz. Oh, terlihat suntuk dan tampan bagi Lita. Tinggal berharap pada takdir, kira-kira Tian mau menghampirinya atau tidak?

Harapannya terpenuhi! Tian duduk di depan Lita, sambil membawa gelas kosong dan sebotol whiskey. "Gue duduk disini aja ya? Penuh soalnya,"

"Iya, silakan"

Tian menuangkan whiskey hingga gelas itu penuh. Diminumnya seteguk, kemudian mulai bertanya pada Lita. "Lit, tadi lo liat Rani nggak?"

Sungguh, dia galau karena memikirkan Rani? Hei Tian, andai kau tahu saja. Rani lebih mengkhawatirkan Lisa, sahabatnya, dibanding mantan yang masih ia sayangi. "Nggak, gue kira pulang bareng kamu."

Tian menggeleng lagi, sambil meneguk minumannya hingga tandas. Kemudian, lelaki itu mulai meracau tentang Rani. Entahlah, kalau mendengar Erwin yang meracau Lita menjadi sebal dan emosi. Berbeda kalau Tian, malah jadi seru—ya walaupun obrolannya tidak jauh tentang Rani.

Yang Lita dengar, hanyalah curhatan Tian tentang Rani. Mengenang masa-masa indah pacaran, hingga kejadian ketika Rani tak sengaja menunjukkan kata sandi apartemennya. Beruntung sih, Lita sudah tahu.

LOVE REWIND [WenYeol] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang