Happy Reading!
_____________________________Nasi Padang sangat mengenyangkan. Namun alasan itu tak membuat Anya untuk memulangkan Lisa ke habitatnya, Rumah Sakit. Yang seharusnya dari Rumah Makan Padang itu belok kanan, Anya malah membelokkan mobil ke arah kiri. Sepanjang perjalanan, hanya pekikan Rani dan erangan kesal Lisa yang menjadi musik.
Anya ini, mengebut! Sudahlah, mari kita berharap mereka aman.
Berhentilah mobil itu di sebuah tempat parkir, di depan sebuah tempat yang mana selalu menjadi tempat haram untuk anak-anak dibawah 17 tahun. Tempat ini juga selalu menjadi tempat yang selalu mengundang pro-kontra di kalangan manusia normal.
Ya, sebuah klub mewah. Tempat yang bahkan tak pernah terpikirkan oleh Rani dan selalu luput dalam dugaannya. Anya sendiri tak sadar, jiwanya sendiri yang menyetir kesini. Sedangkan Lisa, kesal sendiri karena jam istirahatnya berakhir tak lama lagi. Anya ini, diluar dugaan.
Anya dan Lisa sudah berada di luar mobil. Melainkan Rani, masih ragu untuk keluar mobil padahal pintunya sudah terbuka.
Ma, Rani nggak pernah kesini.
Rani nggak keluar, boleh kan?
"Anya, ide darimana nyulik gue kesini?" Tanya Lisa diiringi sedikit jitakan di dahi Anya. Si pengemudi hanya tertawa ringan, ingin saja mengerjai dua gadis ini. Sungguh, sedikit bangga Anya memikirkan sebuah klub.
"Kok ya pinter banget, klubnya om gue" lanjut Lisa sambil mengacak rambut Anya.
"Serius?" Tanya Anya heran pada Lisa, yang dijawab anggukan oleh si oknum terculik. "Asik! Dapet diskon, dong?"
"Sip deh, gue ga perlu traktir lagi" ujar Lisa puas, tidak perlu mengeluarkan uang lagi. Anya sedikit cemberut. Ingin berkata bahwa bukan itu maksudnya, namun pandangannya terkunci pada Rani.
Ya, gadis yang lebih memilih mendekap tasnya di mobil—enggan keluar.
Senyum miring tersungging di wajah Anya.
"Rani, ayo keluar!" Anya langsung menarik tangan Rani, agar segera keluar mobil. Rani langsung panik, bahkan makin masuk ke dalam mobil. Gelengannya kuat sekali, seperti anak polos yang diajak mencuri.
"Enggak! Ih, nggak mau!" Tolak Rani, sedikit takut. Melihat itu, Lisa hanya tertawa sambil berusaha membujuk Rani agar keluar mobil. Takutnya, bila Rani tetap di mobil dan pintunya terbuka, malah dia yang diculik. Dan lagi, kalau pintunya ditutup, nanti mati bagaimana?
Rani itu tak pernah pergi ke klub. Dalam benaknya, klub itu identik dengan tempat yang jahat dan berdosa. Rani percaya, bahwa disana akan ada banyak pria hidung belang, wanita-wanita berpakaian minim dan kurang belaian, juga aroma minuman yang sangat pekat.
Bayangan itu terdapat pada benaknya, semenjak Rani suka membaca Wattpad dan cerita dewasa. Mungkin, hal itu benar. Tapi itu hanya terjadi di waktu malam. Lagipula, klub yang mereka datangi adalah klub mewah—yang bisa dibilang elegan dan sopan.
"Rani, kebanyakan baca Wattpad sih!" Ledek Anya sambil tertawa keras-keras.
Lisa langsung memilih masuk, duduk di sebelah Rani lagi. Kemudian Rani sedikit bergeser, memberi tempat. Rani kira, Lisa masuk lagi karena juga bersikeras untuk tidak ikut ke klub. Mata Rani sedikit berbinar, bersyukur.
"Klubnya punya om gue, gak mungkin kaya yang lo bayangin. Serius deh," ujar Lisa, yang ternyata memupuskan harapan Rani. Aku kira kita ada di kubu yang sama, pikir Rani. Sedangkan Anya, setia di luar mobil—memantau kemanjuran jurus Lisa.
"Yang bener? Pelanggannya nggak ada yang hidung belang?" Cicit Rani, sedikit ragu.
"Kita nggak bisa nebak pikiran orang. Tapi setahu gue, nggak mungkin mereka doyan grepe-grepe di tempat umum. Mana siang bolong lagi," giliran Anya yang menjawab, didukung anggukan Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE REWIND [WenYeol] √
Fanfiction[completed] Pernahkah kau jatuh cinta, tapi tak tahu untuk siapa? Memang, cinta ini sudah pernah ada. Dia yang pertama, tapi bukan terakhir untukku. Awalnya, aku meragukan adanya 'cinta kembali'. Tapi ternyata, itu benar adanya. Dan konyolnya, itu...