21. Pelangi

75 17 42
                                    

Awas kaget:')
.

.

.

Happy reading!

_____________________________

Sudah sekitar 2 minggu, semenjak Lisa terakhir kali menginjakkan kaki di Rumah Sakit. Setelah itu, ia sibuk menenangkan diri dengan caranya sendiri. Kehidupannya juga semakin monoton, hanya mengurusi skripsi bab akhir dan bereksperimen dengan berbagai resep masakan. Kalau diingat-ingat, gadis itu bahkan menerapkan jam malam untuk Rani dan Anya.

Sebagai sahabat yang sudah kenal selama lebih dari 1 tahun, tentunya Rani semakin khawatir. Terlebih kala ditanya tentang kondisinya, Lisa hanya tertawa kecil sambil mengatakan "Tidak apa-apa." Namun kekhawatiran Rani sembuh ketika menemani Lisa di kamar, saat tidak menemukan satupun obat di dalamnya. Syukurlah, calon dokter itu tidak mengonsumsi obat aneh-aneh.

Sudah 2 minggu juga, Rani tidak berjumpa ataupun bertukar pesan dengan Tian. Iya, laki-laki yang kali terakhir menggibahkan soal mimpinya sendiri dan juga sempat amnesia akan teman SMA-nya itu sudah jarang—bahkan tidak menemui Rani. Bahkan di kampus juga, tidak bertemu.

Aneh bukan? Tentu!

Bahkan sewaktu putus saja tidak begini. Setelah putus dulu, Rani dan Tian masih sering berpapasan—dan karena Tian tidak menyapa, Ranipun tidak.

"Nya, lo masih sering ketemu Tian nggak?"

Mata Anya menerawang sebentar, dengan jemari yang semula sibuk lalu diam. "Hmm, nggak. Gue kira malah lo yang sering ketemu."

Rani hanya menghela napas. Sepi juga tak ada satupun notifikasi dari Tian. "Tama nggak ada nanyain lo gitu?"

"Gue tanya, kata Tama juga nggak tahu. Dih, cowok gue pasrah banget?!"

Rani mengangkat alisnya. "Tama juga nggak tahu?"

"Iya woy! Pasrah banget, gue jadi khawatir juga sama Tian" Anya meneguk minuman ringannya. "Masa iya, Lita jadi kriminal kaya yang di film-film itu?"

"Aneh-aneh aja lo," kendati begitu, sempat terpikir juga hal demikian. Tapi, tidak mungkin. Lita hanya ingin Tian menjadi kekasihnya, bukan menjadi tawanan atau bahkan target pembunuhan. Tidak mungkin juga, gadis itu berniat untuk menghancurkan mimpi masa depan lelaki itu.

"Eh iya. Tadi lo bilang 'cowok gue' gitu? Balikan sama Tama?"

Anya menelan ludahnya kasar. Demi Tuhan, ia keceplosan. Aduh, memalukan juga kalau ketahuan begini. Memang dia masih sering terlihat uwu-uwu, sehabis putus dari Tama. Namun, tidak seru juga kalau balikan. Jadinya ingin mati lebih cepat saja.

Tidak-tidak, hanya bercanda.

"Hehe, iya" Anya pasrah setelah mendengar gelak tawa dari Rani—bahkan dari Lisa, yang baru saja keluar toilet. Setelah itu, si gadis termuda diledek habis-habisan. Yang katanya kena karma, makan ludah sendiri—uh, iya benar sih.

Lagipula, dirinya ini sempat berikrar untuk tidak memacari lagi spesies jamet macam Tama. Makanya, betulan kena karma.

***

"Rani, temenin ke supermarket yuk"

Menoleh sebentar, berpikir sekotor apa telinganya? Jujur, ini pertama kalinya Lisa mengajak keluar apartemen. "Eh? Iya bentar, gue matiin laptop dulu"

"Bosen di rumah terus," seakan bisa membaca pikiran Rani, Lisa berucap demikian. Ya, mungkin dirinya sudah tidak apa-apa. Setelah Rani mematikan laptop, keduanya langsung menuju ke supermarket. Tidak jauh dari apartemennya, cukup berjalan kaki tidak sampai 5 menit.

LOVE REWIND [WenYeol] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang