Boleh dibaca, kalau sedang istirahat atau nganggur. Kalo masih sekolah, kuliah, atau kerja, jangan duluu:'))Happy Reading!
———————————Rani tidak menyangka, kalau dia akan benar-benar meninggalkan Indonesia. Bukan berarti ia tak akan kembali ke sini, tapi Rani teringat akan cita-citanya. Ya, dia mau lanjut S2.
Sudah satu tahun lamanya, Rani menggantungkan jawaban dari surat papanya. Dan kata papa, beliau siap saja kapanpun Rani siap. Buktinya, sekarang tinggal berangkat.
Satu tahun itu, tak cukup untuk mengobati luka hatinya. Oh, sudah sembuh sebenarnya. Tapi, jenis lukanya itu berbekas ternyata.
Selama satu tahun setelah wisuda itu, Rani memilih untuk membantu mama di prefektur rumah. Gadis itu melamar menjadi guru les Bahasa Inggris, di salah satu lembaga bimbingan belajar. Dari sanalah, Rani juga menabung untuk lanjut kuliah S2.
Dan ternyata, satu tahun itu cukup. Tentu dibantu juga oleh ayahnya. Hingga tak terasa, satu tahun berlalu begitu cepat, dan sampailah Rani di bandara Halim Perdanakusuma lagi.
Iya, lagi. Semua berawal dari sini. Dan baiknya, bandara ini tak ada perubahan samasekali. Sama seperti perasaan Rani, sejak turun dari pesawat hingga mau naik pesawat lagi, selalu sama.
Satu tahun lebih yang banyak cerita itu, telah Rani lewati. Dan masih terekam jelas di pikirannya, tentang bagaimana dirinya dan Tian bertemu. Bagaimana struggle-nya Rani ketika bertemu mantan.
Mengingat mantan, Rani tertawa kecil. Bahkan status mantan di waktu itu, berakhir baik sekali. Tak seperti sekarang ini, dimana keduanya saling menjauh dan tak bersua. Sesak di hatinya mulai terasa semakin pedih.
Jadi, memang semuanya kembali ke awal ya?
Menghela napasnya, Rani masih tidak menyangka. Akhir yang benar-benar jauh dari dugaannya, yaitu akhir yang buruk. Setelah akhir kedua ini, apakah ada akhir ketiga? Entahlah, akupun tidak tahu.
"Rani!" Gadis itu segera menoleh lalu tersenyum, mendapati Lisa dan Anya berlari mendekatinya. "Tungguin kita dulu, dong!"
Rani tertawa kecil, tanpa sadar matanya sudah basah. "Kalian lama sih."
"Dikira koper kecil lo nih ga berat? Hih, dasar..." Sahut Anya sambil bersedekap dada. Temannya itu masih saja menggemaskan, membuat Rani tak kuasa menahan jari untuk tidak mencubit.
"Jadi, beneran pergi ya?"
Rani mendengus kecil, menanggapi pertanyaan retoris Lisa. "Kenapa? Mau ikut?"
"Mau!" Seru Lisa dan Anya, lalu tertawa bersamaan. "Tapi gue ga siap duit, hehe!"
Rani mengangguk, lalu menyembunyikan matanya yang sudah memerah dengan menutup wajahnya. Ah, sungguh. Beginikah perpisahaannya? Rasanya tak lega. Masih ada relung hatinya yang kosong, membuat Rani tidak betah.
"Pacar lo mana?"
"Tau nih, katanya mau ikut ngapelin Rani..." Lisa tentu sadar bahwa Rani sedang menangis dalam diam. Perlahan, Lisa merengkuh bahu Rani. "Kalau Tuhan menghendaki, yang berpisah masih bisa bertemu kembali."
Benar juga, ya. Semua memang kembali ke tempat asalnya, namun bukan berarti tidak mungkin bertemu lagi. Christianno Siregar, selamat bertemu di lain waktu yang lebih baik.
Semoga memang ada waktu-waktu itu. Sebenci apapun lelaki itu pada Rani, kelamaan nanti akan pudar. Dan tentu lelaki tidak bisa membohongi diri lagi.
Sosok yang ditunggu itu datang. Tama, langsung memeluk Rani. "Mbak! Jangan tinggalin aku sama dua ular ini, dong!"
"Hah, ular? Yakin lo?!" Protes Anya. Cantik-cantik gini, kenapa ular deh?
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE REWIND [WenYeol] √
Фанфик[completed] Pernahkah kau jatuh cinta, tapi tak tahu untuk siapa? Memang, cinta ini sudah pernah ada. Dia yang pertama, tapi bukan terakhir untukku. Awalnya, aku meragukan adanya 'cinta kembali'. Tapi ternyata, itu benar adanya. Dan konyolnya, itu...